Penulis: Astuti Djohari, S.Pd | Aktivis Muslimah
RADARINDONESIANEWS COM, JAKARTA — Polemik pergantian kurikulum menjadi sebuah problematika yang hingga saat ini belum ada titik temunya. Kita lihat dari awal kurikulum 1947 saat Indonesia merdeka sampai yang terakhir ini adalah Kurmer atau kurikulum merdeka. Tercatat sudah 10 kali pemerintah menggonta-ganti kurikulum demi mengupayakan sistem pendidikan di Indonesia agar lebih maju dan bisa bersaing dikancah internasional.
Salah satu tujuan pendidikan adalah “Mencerdasakan Kehidupan Bangsa” itulah bunyi dari pembukaan UUD Republik Indonesia tahun 1945 pada alinea ke-4. Segala upaya dihalalkan oleh pemerintah dalam upaya membenahi sistem pendidikan agar bisa melahirkan manusia-manusia yang tidak hanya cakap di bidang pengetahuan dan moral tetapi mereka juga memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik sehingga dapat menutupi retak yang terjadi pada generasi sebelumnya.
Dilansir dari Kompas, menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menyebutkan akan menggagas Kurikulum Deep Learning sebagai pengganti Kurikulum Merdeka Belajar yang diterapkan saat ini (9/11/24)
Wacana pergantian kurikulum menjadi headline berita yang sangat buruk dalam dunia pendidikan. Bagaimana tidak, kurikulum yang berjalan saat ini tergolong masih berusia seumuran jagung dan dinilai masih belum merata secara keseluruhan serta banyak sekali kekurangan dalam implementasinya. Lagi dan lagi hal semacam ini berimbas kepada siswa yang seakan menjadi kelinci percobaan yang dilakukan oleh penguasa dalam menjalankan penelitiannya.
Sama halnya mana kala bapak Anis Baswedan menjabat sebagai menteri pendidikan pada tahun 2014 silam, beliau mengusung kurikulm baru yakni Kurikulum 2013 atau yang biasa disebut Kurtilas untuk menggantikan kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dalam perjalanannya dinilai tidak berhasil juga sehingga Kurtilas pun diganti.
Ajang pergantian kurikulum ini seakan menunjukan kepada khalayak bahwa siapa sesungguhnya menteri pendidikan yang kompeten tanpa melihat dampak lain yang terjadi atas kompetisi tersebut. Maka tidak heran, bukan hanya siswa saja yang menjadi objek melainkan para guru pun ikut terseret dan semua pihak terkena imbas.
Buah dari ketidak jelasan sistem ini terlihat ketika fenomena beberapa siswa SMA belum bisa membaca dengan baik, bahkan tidak sedikit dari mereka ada yang belum paham dengan konsep perkalian seperti apa, yang mana materi itu seharusnya sudah mereka dapatkan ketika di bangku sekolah dasar.
Alih-alih mencerdaskan kehidupan bangsa justru sebaliknya menjadi boomerang bagi sistem pendidikan itu sendiri dan tidak sedikit korban pun berjatuhan.
Setelah melihat kejadian demi kejadian yang ada, maka patut dijadikan bahan refleksi untuk pemerintah agar bisa mewujudkan tujuan pendidikan sesuai UUD 1945 yakni “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. Bagaimana bisa suatu bangsa dikatakan cerdas sementara sumber daya manusianya jauh dari kata cerdas.
Kita tarik mundur garis sejarah pada masa kejayaan Islam. Pendidikan bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, melainkan pendidikan adalah sebuah tarbiyah yakni pengajaran yang bukan berfokus pada individu melainkan fokus Individu kepada Tuhan (Hablum Minallah) individu kepada manusia lainnya (Hablum minannas) dan hubungan individu denga alam ( Hablum minal alam).
Maka tidak heran jika kita menjumpai para cendikia terdahulu yang tidak hanya menguasai ilmu dunia tetapi mereka juga seorang alim ulama.
Salah satu bukti terealisasinya sistem pendidikan Islam yaitu Al-Khawarizmi, bapak matematika dunia sang penemu teori Aljabar. Beliau bukan saja seorang ahli matematika tetapi juga seorang ahli dalam bidang astronomi, filsafat dan yang paling utama beliau adalah seorang alim ulama penghafal Quran dan Hadist.
Beliau adalah representasi dari terlaksannya sistem pendidikan Islam sehingga ilmu yang beliau dapatkan dan sebarkan menjadi rujukan di seluruh dunia hingga saat ini.
Kita sudah mendapatkan tamparan yang sangat keras dengan melihat berbagai bentuk kezhaliman yang ada dengan diterapkannya sistem liberal sekuler saat ini. Maka sudah saatnya kita kembali kepada sistem yang bersumber dari penguasa langit dan bumi yakni sistem Islam.
Karena sistem Islam bukan hanya mengatur masalah pendidikan saja melainkan semua aturan hidup manusia sudah terorganisir di dalamnya.
Wallahu a’lam Bishowab.[]
Comment