Islam dan Pemuda Dambaan Umat

Opini319 Views

 

 

Penulis: Nur Aini Putri Tanjung | Praktisi Pendidikan Khoiru Ummah

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Sudah tidak asing lagi kita mendengar kasus kekerasan, pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, tawuran dan segudang kejahatan lainnya yang selalu muncul di laman berita atau beranda media sosial kita.

Para pelaku tindak kejahatan yang semakin menjamur tidak hanya orang – orang dewasa saja, kebanyakan anak – anak muda negeri tercinta ini bahkan yang lebih miris lagi seusia anak SD pun termasuk di dalamnya. Pelaku kejahatan saat ini tidak lagi pandang bulu.Usia muda pun sudah terpapar kriminalitas.

Sebut saja seperti kasus yang ditulis tribunenews.com (5/10/24) dan viral baru – baru ini tentang kasus seorang siswi SMP dirudapaksa tiga Hari berturut turut oleh 6 bocah di Siak dan 3 pelaku masih SD selama tiga hari berturut – turut.

Belum lagi kasus pembunuhan yang diungkap laman yang sama di Perumahan Puri Kenangan, Desa Patumbak II, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Seorang anak tega menikam ayah kandungnya sendiri menggunakan benda tajam.

Astaghfirullah, begitu sedih melihat kondisi pemuda saat ini. Usia muda yang seharusnya masih polos dan jauh dari tindakan negatif, kini terpapar prilaku menyimpang dan tindak asusila. Pemuda yang seharusnya menyayangi dan hormat kepada orang tua malah melakukan perbuatan sadis.

Baru dua kasus yang diungkapkan, belum lagi kasus – kasus kenakalan lainnya yang bisa jadi lebih parah tindak kejahatannya.

Apa yang menyebabkan semakin banyak kenakalan – kenakalan generasi muda di zaman ini? Sudah banyak kasus yang bermunculan, tapi tidak bisa terselesaikan dengan tuntas.

Ketika sistemnya rusak maka akan menghasilkan produk yang rusak juga. Maka hal yang wajar, jika kondisi kaum muda terkini begitu buruk, mengkhawatirkan karena ini hasil dari produk sistem saat ini.

Inilah gambaran bobroknya sistem demokrasi liberal dengan azas sekularisme yang memisah kehidupan dunia dengan akhirat. Tidak boleh ada campur tangan agama dalam mengatur kehidupan. Bahkan kalau bisa paham sekulerisme ini bisa bebas dari berbagai aturan yang dibuat oleh Allah SWT.

Berbicara generasi, pasti bercerita tentang penerus masa depan peradaban. Generasi merupakan tonggak sejarah yang akan meneruskan estafet perjuangan generasi sebelumnya.

Apalagi tepat tanggal 28 Oktober nanti akan diperingati sebagai hari sumpah pemuda. Dimana tercatat dalam sejarah, para pemuda membawa perubahan besar untuk nusantara ini. Merupakan simbol semangat juang anak muda dalam meraih kemerdekaan.

Jika dihadapkan dengan kondisi anak muda sekarang jauh berbanding terbalik dengan kondisi pemuda terdahulu di negeri ini. Jika kita kembali mengulik sejarah dunia. Jauh berabad-abad sebelumnya, tepatnya saat Islam berjaya kita akan melihat potret atau gambaran generasi tangguh berjiwa pejuang.

Bahkan di awal sejarah Islam, Rasulullah pun menaruh perhatian khusus kepada pemuda. Mereka menjadi titik awal perjuangan dengan semangat tinggi dan keberanian yang tak terkalahkan.

Pada masa Nabi Muhammad SAW, banyak pejuang muda yang berjasa dan mewarnai sejarah Islam – yang paling dikenal saat itu, Ali Bin Abi Thalib dan Umar Bin Khattab. Terkenal kisah masuk Islamnya penuh keberanian dan perjuangan yang tidak perlu diragukan lagi dalam membela Sang Rasul dan Islam. Masih banyak juga pemuda – pemuda lain di zaman mereka yang berkiprah melawan kemunkaran.

Pada masa setelahnya juga banyak bermunculan pemuda – pemuda andal yang tercatat di dalam lembar emas sejarah Islam.

Pertama, Usamah bin Zaid berusia 18 tahun. Ia memimpin pasukan yang anggotanya adalah para pembesar sahabat seperti Abu Bakar dan Umar untuk menghadapi pasukan terbesar dan terkuat di masa itu.

Kedua, Sa’d bin Abi Waqqash berusia 17 tahun. Ia yang pertama kali melontarkan anak panah di jalan Allah. Termasuk dari enam orang ahlus syuro.

Ketiga, Al Arqam bin Abil Arqam berusia 16 tahun. Ia Menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah Islam selama 13 tahun berturut-turut.

Keempat, Zubair bin Awwam berusia 15 tahun. Dia yang pertama kali menghunuskan pedang di jalan Allah.

Kelima, Zaid bin Tsabit berusia 13 tahun. Dia adalah penulis wahyu. Dia mampu dalam waktu 17 malam menguasai bahasa Suryani, sehingga ia menjadi penerjemah Rasulullah SAW. Hafal kitabullah dan ikut serta dalam kodifikasi Al Qur’an.

Keenam, Atab bin Usaid berusia 18 tahun. Dia diangkat oleh Rasulullah SAW sebagai gubernur Makkah.

Ketujuh, Mu’adz bin Amr bin Jamuh berusia 13 tahun dan Mu’awwidz bin ‘Afra berumur 14 tahun. Mereka membunuh Abu Jahal, jenderal kaum musyrikin, saat perang Badar.

Kedelapan, Thalhah bin Ubaidullah berumur 16 tahun. Ia adalah orang Arab yang paling mulia. Berbaiat untuk mati demi Rasululullah pada perang Uhud dan menjadikan dirinya sebagai tameng bagi Nabi.

Siapa yang tidak mengenal sosok Muhammad Al Fatih, pemuda berusia 22 tahun yang menaklukkan Konstantinopel ibu kota Byzantium.

Ada juga Abdurrahman An Nashir yang berusia 21 tahun. Pada masanya Andalusia mencapai puncak keemasannya.

Hingga ada pemuda penakluk India, yaitu Muhammad Al Qasim, 17 tahun. Ia juga sebagai seorang jenderal agung pada masanya.

Mereka semua adalah bukti nyata, pemuda yang tidak hanya terkenal cerdas, berani tetapi taat kepada Allah. Mereka semua lahir dan hasil dari sistem Islam Kaffah. Sistem yang sempurna dalam mengatur setiap aspek kehidupan.

Apakah dengan sistem yang dianut negeri ini bisa melahirkan generasi tangguh seperti pemuda Islam terdahulu? Tentu saja tidak bisa bisa, kalau pun bisa butuh usaha dan perjuangan yang luar biasa. Pemuda – pemuda terdahulu menjadi hebat merata, tidak hanya segelincir individu saja.

Itu semua karena Sistem Islam mampu menghasilkan produk unggul. Sejarah keemasan seperti ini pun hanya pernah terjadi dalam sistem Islam yang kaffah (menyeluruh) bukan yang lain. Wallahu ‘alam bisshawab.[]

Comment