Islam Tidak Mengenal Valentine’s Day

Opini654 Views

 

 

Oleh: Desi Wulan Sari, M.Si, Pegiat Literasi Dan Pengamat Kebijakan Publik

__________

RADARINDONESISNEWS.COM, JAKARTA –  Generasi kini tengah ramai dengan perayaan yang biasa dilakukan oleh orang-orang Barat. Perayaan yang dikenal dengan Hari Kasih sayang atau Valentine’s Day. Aneka bentuk ucapan diberikan kepada orang-orang yang mereka sayangi, apakah ia pasanagn, orangtua, teman, sahabat, ataupun lainnya. Cara mengungkapkannya pun berbreda-beda ada yang memberi bunga, coklat, boneka ataupun yang lainnya sebagai hadiah.

Namun, tradisi barat ini sayangnya tengah digandrungi oleh para generasi kaum muslimin. Entah apakah mereka tidak mengetahui makna sebenarnya, atau mereka hanya sekedar ikut-ikutan dalam tren “kasih sayang” yang nyatanya memiliki makna kemaksiatan yang sangat dilarang dalam Islam.

Valentine’s Day yang dikemas dalam bentuk keindahan membuat generasi saat ini menjadi terlena. Terlebih kaum kapitalis yang memanfaatkan momen ini dalam meningkatkan penjualan “merchandise” bertemakan valentine yang selalu membawa keuntungan bagi produk-produknya. Alhasil, iklan besar-besaran Valentine’s Day pun akan mereka buat dan sebarkan demi tercapai tujuannya. Di bawah bayang-bayang pemikiran sekulerisme dan liberalisme generasi kini pun semakin terbawa arus dan semakin jauh dari kebenaran ajaran Islam.

Produk-produk yang bertemakan valentine akan berbondong-bondong memberikan diskon khusus bagi customernya. Seperti di gerai Alfamart memberikan diskon potongan 50% untuk coklat Delfi (bali.tribunenews.com, 14/2/22), begitupun bank lokal BRI menawarkan beberapa merchant onlionenya dengan potongan 30% dalam rangka Valentine’s Day (tempo.com, 14/2/2022), berbagai hotel pun ikut meramaikan promo valentine nya dengan diskon yang menggiurkan, juga santap malam romatis bersama pasangan (kompas.com, 4/2/2022).

Sangat disayangkan jika kaum muslimin ikut-ikutan dalam meramaikan perayaan ini. Karena makna dari perayaan ini hanyalah kemaksiatan dan kesedihan serta kelamnya sejarah valentine itu sendiri, bahkan sampai pada kesyirikan.

The New York Times pernah membahas tentang Hari Valentine ini berdasarkan pada kombinasi dua pria. Dikarenakan ada dua nama Valentine yang di eksekusi pada 14 Febuari (meskipun di tahun yang berbeda) oleh Kaisar Claudius II. Diyakini bahwa Gereja Katolik mungkin telah menetapkan Hari St. Valentine pada 14 Februari untuk menghormati orang-orang ini, yang mereka yakini sebagai martir. Terlebih lagi, salah satu dari orang-orang ini, Santo Valentine dari Terni, secara diam-diam meresmikan pernikahan untuk para tentara Romawi yang bertentangan dengan keinginan Kaisar pada masa itu. Kisah lain dipercaya bahwa Hari Valentine pada 14 Februari sebenarnya ditetapkan oleh Paus Gelasius I untuk menggantikan festival Romawi Kuno Lupercalia. Yakni perayaan kesuburan untuk dewa pertanian Romawi serta pendiri Romawi Romulus dan Remus.

Hingga pada pertengahan 1800-an Hari valentine pada 14 Februari menjadi lebih dikomersialkan. Pada tahun 1850, Esther Howland, putri pemilik toko alat tulis di Worcester, Massachusetts, mulai memproduksi kartu ucapan valentine dengan puisi, bunga mawar, dan lainnya yang saat ini di asosiasikan secara universal.

Sehingga dari asal muasal bagaimana Valentine’s Day itu ada, sudah jelas bahwa kegiatan itu bukanlah berasal dari Islam, tetapi dari kebiasaan dan kisah-kisah orang Barat yang tidak ada sangkut pautnya dengan kaum muslimin.

Maka dipastikan, bahwa dalam Islam tidak ada yang dinamakan perayaan hari kasih sayang atau Valentine’s Day. Karena semua itu sangat bertentangan dengan akidah kaum muslimin. Islam hanya mengenal satu-satunya kasih sayang hanya karena Allah Swt. Baik dalam bentuk kasih sayang sebuah pernikahan, antar orangtua, adik, kakak, sahabat, teman, tetangga ataupun kerabat semua hanya karena mencari rida Allah. Sesuai dengan tuntunan syariat-Nya yang telah ada.

Jangan sampai umat terpedaya oleh godaan-godaan para kaum kapitalis, sekuleris, dan liberalis yang membalut kemaksiatan dalam bentuk perayaan seperti halnya Valentine’ss Day dengan mengaburkan makna sesungguhnya, Sejatinya hanya Islam Kaffah lah yang mampu melindungi generasinya bahkan seluruh umatnya dari racun-racun kemaksiatan yang hanya melemahkan akidah dan keislaman kaum muslimin. Dan negara sebagai penguasa akan melindungi umat muslim di negaranya agar tidak terjebak dalam gaya hidup hedonis yang datangnya bukan dari Islam. Wallahu a’lam bishawab.[]

Comment