Junnah Tiada, Umat Islam Terlunta-Lunta

Opini258 Views

 

Penulis: Rizka Adiatmadja | Penulis Buku & Praktisi Homeschooling

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Malapetaka terus-menerus terjadi. Umat Islam terlunta-lunta tanpa perlindungan dan kendali. Junnah (perisai) yang menjamin keamanan itu sudah satu abad tiada. Padahal sebelumnya, 13 abad pernah memimpin dunia. Rohingya senantiasa diburu dan dibayang-bayangi penindasan, Palestina tak sekejap mata pun lepas dari derita pembantaian besar-besaran.

Kesulitan hidup mendera di mana-mana, kaum muslim sengsara tak terkira. Definisi muslim satu tubuh pun tidak terealisasi, hanya tersirat dalam doa dan sebentuk donasi. Itulah sekecil-kecil kasih sayang yang masih bisa diberikan, meski jauh di lubuk hati terdalam, semua kaum muslim ingin melawan, mampu berperang, dan siap melumpuhkan kafir penindas yang tidak berperikemanusiaan.

Dikutip dari voaindonesia.com (10/08/24), puluhan warga Rohingya tewas karena serangan pesawat nirawak atau drone. Korban tak hanya orang dewasa, anak-anak pun tak luput, bahkan perempuan yang sedang hamil tua pun meregang nyawa.

Korban yang selamat harus mengais-ngais di tumpukan mayat untuk mencari keluarganya. Tiga saksi mata melaporkan kepada Reuters bahwa tentara Arakan adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas kondisi insiden yang mengorbankan warga Rohingya. Milisi dan militer Myanmar saling menuduh dan tidak mengakui sebagai dalang dari peristiwa tersebut.

Tak kalah menyedihkan, berita tentang Palestina pun senantiasa menyuguhkan derita dan saratnya ketidakadilan. Dikutip dari republika.co.id (11/08/24) – Sungguh ironis, AS memberikan bantuan persenjataan kepada entitas penjajah Yahudi sebesar Rp55,8 triliun di tengah pembantaian warga Gaza.

Banyak pihak yang mengkhawatirkan terjadinya ketegangan di Timur Tengah semakin meluas. Risiko eskalasi perang pun akan semakin tidak terbantahkan. Dari sejak serangan militer entitas penjajah Yahudi, 40 ribu warga Palestina tewas. Berbagai krisis terjadi dan 2,3 juta populasi mengungsi. Genosida tidak pernah berhenti.

Malapetaka mengerikan memang benar-benar sedang mencengkeram kaum muslim. Ketiadaan perisai umat Islam bukanlah hal yang alami terjadi. Namun, benar-benar rekayasa kafir Barat yang menguasai intrik politik dan konspirasi keji. Mereka menumbangkan sistem pemerintahan Islam dengan licik dan picik.

Baratlah yang kemudian menyebarkan sekularisme ke penjuru dunia tak terkecuali negara yang memiliki mayoritas umat Islam. Banyak kaum muslim yang sekuler dan mencampakkan syariat. Islam hanya dijadikan agama ritual dan individual.

Kapitalisme yang kemudian menguasai perekonomian. Tak ubahnya seperti demokrasi yang menggenggam sistem perpolitikan. Pluralisme menjadi pijakan di bidang agama, budaya dipegang oleh hedonisme, dan materialisme menundukkan pendidikan.

Kemudian nasionalisme yang menjadi sekat jelas untuk umat Islam tak punya kekuatan melindungi saudara muslim lintas dunia. Umat Islam terhinakan secara ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lainnya. Inilah yang pada akhirnya melukiskan satu pemandangan mengerikan yang terjadi kepada Palestina, Rohingya, Xinjiang, dan negara muslim lainnya yang tertindas.

Sangat wajar jika Barat membela entitas penjajah Yahudi karena kebengisan mereka lahir dari Barat itu sendiri. Dukungan finansial akan terus digelontorkan. AS dan sekutu terang-terangan memberikan dukungan di hadapan dunia terhadap pembantaian Palestina.

Hal yang justru menjadi sangat tidak wajar ketika umat Islam tidak membela saudaranya sendiri. Bahkan banyak umat Islam yang menyebut teroris kepada para mujahid Palestina. Tidak sedikit yang memberikan pembelaan meskipun belum menyentuh sebuah titik signifikan.

Jangankan mengirim bala bantuan perang untuk berjihad melawan entitas penjajah Yahudi, membuka pintu Rafah untuk memberikan bantuan darurat pun tak ada celah. Umat Islam dunia membutuhkan perisai pemersatu.

Seperti halnya Khulafaur Rasyidin di masa Khalifah Umar bin Khattab, Palestina berhasil dibebaskan dari kejahatan Romawi. Pun, Panglima Salahuddin al-Ayyubi yang berhasil merebut kembali Al-Quds dari hegemoni kaum Salibis.

Begitu juga Sultan Abdul Hamid yang berjuang mempertahankan Palestina. Padahal kala itu pemerintahan sedang dirundung krisis finansial. Herzl mengiming-imingi sejumlah besar uang untuk menangani defisit. Ketegasan dan kebijaksanaan sang pemimpin tidak goyah.

Penyebab permasalahan dalam dunia Islam adalah dikarenakan ketiadaan syariat yang diterapkan secara menyeluruh. Dunia Islam pun tidak mampu bersatu karena sistem Islam yang tidak tegak.

Ketika sistem Islam berdiri tegak, sejatinya tak hanya menerapkan syariat tetapi mampu menyatukan persaudaraan dunia Islam. Kekuatan militer pun tidak akan menjadi satu hal yang sulit ditemukan agar membebaskan negeri-negeri Islam yang terjajah, termasuk Palestina, Rohingya, dan lainnya.

Hanya Islam yang bisa melindungi warga Rohingya dan memanusiakan mereka menjadi insan yang mulia dan merdeka. Begitu pun untuk Palestina, sistem Islamlah yang sanggup melawan penjajahan dengan satu kekuatan akidah dan jihad fi sabilillah.

Sejarawan Inggris, Philip Mansel dalam bukunya “Konstantinopel: Kota Keinginan Dunia 1453–1924” menuliskan sebuah kutipan. “Di sini, di tanah Turki, kami tidak perlu mengeluh. Kami memiliki kekayaan melimpah. Banyak emas dan perak ada di tangan kami.”

Islam di Turki kala itu menerima pengungsi entitas Yahudi, mereka lari dari Andalusia–saat itu jatuh ke tangan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Mereka tidak ditindas dan dipungut pajak yang besar. Mereka boleh melakukan aktivitas perdagangan tanpa hambatan.

Hanya Islam yang mampu menghapus kisah muslim yang terlunta-lunta seperti tak punya negara. Sebab Islam merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi antara satu aturan dengan lainnya. Selaras dan menjadi padu.

Melahirkan keberkahan dan kebaikan untuk seluruh muslim dan non-muslim. Bahkan entitas Yahudi sendiri secara faktual merasakan kemakmuran dan kesejahteraan kala itu. Wallahu’alam bisshowab.[]

Comment