Penulis: Mansyuriah, S. S | Alumnus Sastra Arab Unhas
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Dalam beberapa bulan terakhir, aksi-aksi bela Palestina semakin masif menggema di berbagai penjuru dunia. Dari Jakarta hingga London, dari Istanbul hingga Johannesburg, jutaan orang turun ke jalan dengan satu seruan, “Bebaskan Gaza, Hentikan Genosida!”.
Lautan manusia yang membawa bendera Palestina dan poster bertuliskan “Free Gaza”, “Stop the Occupation”, hingga “From the River to the Sea, Palestine Will Be Free” menjadi pemandangan yang sering kita lihat.
Di saat yang sama, konferensi-konferensi internasional dan forum diskusi tentang Gaza juga kian gencar digelar oleh berbagai lembaga, ormas Islam, institusi pendidikan, dan jaringan solidaritas global.
Isu Gaza tak lagi dilihat sebagai konflik regional, melainkan sebagai simbol ketidakadilan global dan kebangkitan umat Islam. Salah satunya konferensi Koalisi Global menggelar Konferensi mendukung Al Quds dan Palestina dengan tema “Kemenangan Gaza adalah Tanggung Jawab Umat” digelar di Istanbul, Turki, pada Sabtu 26 April 2025. sepeeti ditulis sindonews.com, Senin (28/5/2025).
Semua ini adalah pertanda bahwa kesadaran politik umat tengah bangkit. Lalu, ketika suara jutaan orang bersatu menuntut keadilan bagi Gaza, sesungguhnya mereka juga tengah membuka jalan bagi perubahan besar yang lebih mendasar yakni tegaknya kembali tatanan Islam yang akan menjadi pelindung sejati bagi umat, termasuk Palestina.
Gaza, Simbol Perlawanan yang Tak Kunjung Padam
Blokade Gaza dimulai pada tahun 2007 setelah kelompok Hamas merebut kendali Gaza dalam pertempuran melawan faksi Palestina lainnya, Fatah. Israel mengumumkan blokade sebagai tindakan keamanan karena Hamas dianggap sebagai kelompok teroris oleh Israel.
Maka sejak saat itu Israel memegang kendali atas perbatasan, pelabuhan, dan jalur udara yang menghubungkan Gaza dengan dunia luar. Israel mengklaim bahwa blokade bertujuan untuk mencegah senjata dan barang-barang yang dapat digunakan untuk kepentingan militer masuk ke Gaza.
Blokade ini telah berdampak signifikan pada kehidupan penduduk Gaza, terjadi pembatasan gerakan oleh penduduk Gaza, di mana orang-orang Gaza memerlukan izin khusus untuk melakukan perjalanan melalui perbatasan Israel.
Dengan adanya pembatasan pergerakan inilah, maka izin tidak selalu mudah diperoleh. Itulah sebabnya, sejak tahun 2010 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan Gaza sebagai penjara terbuka terbesar di dunia. Sebab warga Gaza dinilai seperti hidup dalam penjara.
Sejak blokade keji diberlakukan belasan tahun lalu, Gaza telah melewati berbagai macam penderitaan dan perlawanan. Dikepung dari darat, laut, dan udara, wilayah kecil ini tak hanya bertahan, tapi bangkit berulang kali. Dunia bertanya-tanya, bagaimana mungkin sebuah wilayah yang dihancurkan berkali-kali justru makin kuat tekadnya?
Jawabannya semua karena keimanan yang kuat, perlawananan rakyat Gaza demi identitas, kehormatan, dan ideologi. Para pejuang dan rakyatnya banyak yang menyandarkan perjuangan mereka pada Islam sebagai aqidah dan sistem hidup. Inilah yang membuat Barat cemas.
Ketakutan Barat
Apa yang dilakukan oleh Israel atas dukungan barat sebenarnya adalah buntut dari ketakutan panjang mereka akan kebangkitan kekuatan Islam. Barat beserta kaum zionis senantiasa memusuhi dan memerangi Islam dan kaum Muslim.
Mereka melihat betapa Islam merupakan kekuatan yang dapat menguasai dunia sekaligus mengancam kepeningan mereka. Barat tidak hanya takut pada Hamas, Jihad Islam, atau fraksi bersenjata lainnya. Ketakutan mereka jauh lebih mendalam, bangkitnya kesadaran politik umat Islam untuk menegakkan kembali sistem hidup Islam secara total (kaaffah).
Kekuatan dan kebangkitan Islam global di bawah satu bendera tauhid bukan sekadar simbol nostalgia masa lalu. Ia adalah sistem yang diturunkan Allah, diwariskan Rasulullah Saw. dan menjadi puncak peradaban Islam selama lebih dari 13 abad.
Dalam sistem ini, pemimpin (khalifah) mengatur urusan umat berdasarkan syariat, menyatukan negeri-negeri Muslim, dan mengakhiri intervensi asing di negeri Islam.
Barat sadar, tegaknya kekuatan islam global akan merombak tatanan dunia yang selama ini mereka kuasai. Ketika umat Islam bersatu di bawah satu kepemimpinan, kekuatan ekonomi, militer, dan politik dunia akan mengalami pergeseran besar.
Mereka tidak lagi bisa memecah-belah umat dengan batas negara buatan, atau mengeksploitasi sumber daya umat seenaknya. Ketakutan Barat hanyalah cerminan dari potensi besar yang sebenarnya dimiliki umat Islam.
Selama umat ini tetap bergantung pada Islam sebagai satu-satunya jalan hidup, ketakutan itu akan semakin nyata. Mereka takut, karena mereka tahu ketika kekuatan islam tegak secara global di bawah satu bendera tauhid, tirani dunia akan runtuh.
Persatuan Islam Global dan Harapan Umat
Kebangkitan Gaza hanyalah salah satu percikan dari kobaran api perubahan yang lebih besar. Umat Islam di seluruh dunia sedang menyaksikan kebenaran yang tak bisa disembunyikan lagi. Bahwa solusi parsial tak akan menyelesaikan masalah umat. Bukan solusi dua negara, gencatan senjata apalagi menormalisasi hubungan denagn Zionis.
Maka solusi tuntas permasalahan Gaza adalah harus ada negara dengan kekuasaan yang menyeluruh melalui penerapan Islam kaffah, yang menyerukan jihad fi sabilillah. Hanya jihad dan persatuan kekuatan Islam global sebagai solusi tunggal dan fundamental untuk Palestina serta negeri muslim lainnya yang masih terjajah.
Dengan kekuatan islam global di bawah satu bendera tauhid sekat bangsa akan tercerai, persatuan kaum muslim akan mewujud, akidah Islam menjadi fondasi kekuatan, menjadi rumah dan tempat aman bagi kaum muslim meminta perlindungan, menjaga kehormatan, nyawa, dan harta kaum muslim. Semoga Allah segerakan untuk kita.
Kekuatan islam di bawah satu kepemimpinan global yang akan membebaskan Palestina dengan segenap kemampuan karena menjadi kewajibannya sebagai pelindung atau junnah kaum muslim. Ummat harus berjuang bersama untuk menegakkannya. Wallahu a’lam bish Showab.[]
Comment