Penulis: Siti Masyitah Ginting | Aktivis Dakwah
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Generasi muda masa kini menghadapi tantangan yang berbeda dari generasi sebelumnya. Salah satu fenomena yang mencolok adalah bagaimana media sosial menjadi ruang pelarian yang alih-alih memberikan solusi, justru menciptakan tekanan baru bagi penggunanya.
Tanpa disadari, banyak pemuda lebih memilih “bercerita” kepada algoritma media sosial daripada kepada manusia sebagaimana ditulis viva.co.id (7/11/ 2024).
Mereka menghabiskan berjam-jam waktu menggulir layar, menyerap konten yang penuh filter dan standar hidup tidak realistis. Salah satu platform yang sering disorot adalah TikTok.
Data dari We Are Social 2024 menunjukkan, sekitar 73% anak muda mengalami stres akibat penggunaan berlebih pada aplikasi ini. Mengapa media sosial yang sejatinya alat komunikasi berubah menjadi pemicu masalah mental?
Akar Permasalahan: Dari Sekularisme hingga Kapitalisme
Permasalahan ini tidak muncul secara instan. Salah satu penyebab mendasar adalah sekularisme—paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Ketika nilai-nilai agama diabaikan dalam pengaturan urusan publik, standar hidup manusia bergeser pada tolok ukur materialistik dan tren yang dangkal.
Dampaknya, anak muda cenderung terseret arus gaya hidup yang tidak sehat, kehilangan panduan moral untuk memilah mana yang baik dan buruk.
Sayangnya, peran negara dalam menyikapi hal ini cenderung pasif. Alih-alih memperbaiki kondisi generasi muda, kebijakan yang diambil sering kali lebih menguntungkan oligarki daripada masyarakat. Krisis ini diperburuk oleh sistem kapitalisme yang memperlebar jurang kesenjangan sosial.
Kapitalisme menciptakan tekanan ekonomi melalui PHK massal, jerat riba, dan tingginya biaya hidup, yang semua ini berkontribusi pada krisis mental di kalangan anak muda.
Kendati pendidikan anak adalah tanggung jawab orang tua, lingkungan sosial memainkan peran yang tidak kalah penting. Pemuda tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat yang membentuk karakter dan mental mereka.
Jika masyarakat tidak peduli dan membiarkan kerusakan sosial merajalela, anak muda akan makin sulit membangun benteng moral. Oleh karena itu, lingkungan sosial yang sehat dan peduli menjadi kunci dalam mencetak generasi yang tangguh.
Selain itu, untuk mengatasi krisis ini, diperlukan pendekatan yang solutif melalui sinergi tiga pilar. Pertama, ketakwaan menjadi fondasi utama bagi kesehatan mental individu. Anak muda yang memahami nilai-nilai agama memiliki kemampuan untuk memfilter informasi negatif dan melawan tren yang merusak.
Mereka memiliki pegangan moral yang kuat, yang membentengi mereka dari pengaruh buruk media sosial. Individu yang beriman pasti akan mampu membentengi dirinya agar tidak menjadi manusia yang sia-sia.
Kedua, lingkungan sosial atau masyarakat tidak boleh hanya menjadi penonton. Masyarakat yang aktif memberikan dukungan moral dan sosial dapat menjadi penguat individu dalam menghadapi tantangan hidup. Kontrol sosial yang positif juga diperlukan untuk mencegah makin meluasnya kerusakan moral.
Sehingga masyarakat tidak boleh apatis terhadap keadaan sekitar. Jika ada keburukan maka masyarakat harus peduli untuk mengubah keburukan tersebut.
Ketiga, negara memiliki peran vital dalam menciptakan kebijakan publik yang mendukung kesejahteraan rakyat, termasuk pemuda. Negara berkewajiban untuk menjaga fisik, akal, jiwa dan darah tiap individu rakyat.
Jika ada seseorang yang cacat akalnya, maka negara akan segera menangani dengan memberikan pelayanan dan akses kesehatan yang memadai.
Kemudian, sistem pendidikan saat ini juga perlu dievaluasi. Pasalnya, kurikulum saat ini berorientasi pada asas sekuler sehingga mencetak generasi bermental rusak. Namun, pendidikan dalam Islam dengan landasan akidah Islam telah berhasil dalam mencetak generasi beriman, bertakwa dan bermental kuat.
Dalam Islam, pendidikan bertujuan untuk mencetak generasi yang paham sains, IPTEK, dan berkepribadian Islam. Berkepribadian Islam adalah generasi yang memiliki pola pikir Islam dan pola sikap Islam. Sehingga generasi tahu bagaimana mengaplikasikan ilmu dan hukum Islam dalam kehidupan.
Islam sebagai Solusi Krisis Mental
Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Aturannya mampu menyelesaikan segala persoalan hidup manusia, termasuk masalah kesehatan manusia. Adapun cara Islam menyelesaikannya adalah; pertama, aspek keimanan.
Islam mendorong umatnya agar bertakwa kepada Allah Ta’ala agar tumbuh kesadaran akan hubungannya dengan Allah dalam dirinya. Dengan kesadaran ini, manusia akan terus terikat dengan Allah dan merasakan ketenangan dalam jiwa sehingga terhindar dari stres dan sakit mental.
Keimanan berlandaskan proses berpikir akan melahirkan akidah yang kuat dalam diri. Manusia akan memahami tujuan hakiki kehidupan. Dari sini, setiap perbuatan akan terikat dengan aturan Allah dan setiap kejadian yang menimpanya adalah ujian dari Allah.
Setiap kejadian atau permasalahan ada solusinya dalam Islam. Sehingga manusia akan memahami bahwa ia tidak sendiri sebab Allah selalu ada bersamanya.
Kedua, peran negara yang optimal. Negara yang menjadikan akidah Islam sebagai asas sekaligus diterapkan sebagai aturan akan menjadikan masyarakat jauh dari gangguan mental.
Sebab, penguasa dalam Islam akan menjamin segala kebutuhan dasar rakyatnya, sehingga tidak sulit untuk seorang ayah mencari nafkah. Untuk ibu akan fokus dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya tanpa rasa khawatir terhadap kehidupan.
Dalam Islam, negara mengatur pergaulan antara laki-laki dan perempuan agar terhindar dari interaksi yang mengundang kemaksiatan. Sehingga generasi jauh dari tindakan asusila, kejahatan seksual, pornoaksi, dan lainnya.
Kemudian, negara bertindak cepat dalam menangani kasus gangguan kesehatan mental dengan rehabilitasi medis dan nonmedis yang akan ditangani tenaga kesehatan profesional.
Sementara media dalam Islam berfungsi sebagai alat untuk menyebarkan ide-ide Islam ke masyarakat. Dengan kata lain, media memiliki tujuan strategis untuk mendukung ideologi Islam di dalam dan luar negeri.
Oleh karena itu, media digital sejatinya mengandung potensi kebaikan dan bahaya. Media digital akan senantiasa membawa kebaikan tatkala digunakan sesuai tuntunan Islam. Sehingga tidak akan terjadi generasi yang krisis mental karena penggunaan media sosial.[]
Comment