Ketika Anak-Anak Gaza Meminta Pertolongan, di Mana Kita Berada?

Opini272 Views

 

Penulis: Novita Mayasari, S.Si | Aktivis Peduli Palestina

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Telah berulang-ulang kali kesepakatan gencatan senjata yang dikeluarkan oleh Zionis Yahudi sebagai solusi permasalahan penjajah atas tanah Palestina telah dilakukan. Namun, berulang lagi juga kesepakatan tersebut dikhianati.

Bahkan baru-baru ini sungguh mengiris hati, di saat kaum muslimin di berbagai belahan dunia merayakan hari raya idul fitri bersuka cita saling silaturahim dan mengunjungi sanak saudara serta handai tolan-  idul fitri saat ini terasa berbeda sebagaimana yang dialami oleh saudara kita di Palestina khususnya di Gaza.

Mereka kembali diserang dengan brutalnya oleh zionis Israel. Tentu saja wanita dan kebanyakan anak-anak bahkan bayi yang menjadi korban kebengisan zionis.

Sebagaimana dilansir dari erakini.id (Sabtu, 05/04/2025), jalur Gaza kini menghadapi krisis yatim terbesar dalam sejarah modern. Sedikitnya 100 anak Palestina tewas atau terluka setiap harinya di jalur Gaza sejak Zionis melanggar gencatan senjata pada 18 Maret 2025 kata Philip Lazzarini, Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA)

Lalu di mana orang-orang yang selalu menyuarakan Hak Asasi Manusia (HAM)? Mereka seolah bungkam melihat kebiadaban dan kebengisan zionis. Akhirnya penyerangan oleh zionis yahudi terhadap rakyat Gaza pun sangat tragis dan mengerikan.

Mereka dengan hati gelap menjatuhkan bom di kamp-kamp pengungsi sehingga tubuh anak-anak wanita maupun laki-laki berhamburan ke udara. Hal ini semakin menguatkan bahwa sebuah nyawa manusia di mata zionis tiada arti lagi.

Sungguh ini pemandangan yang sangat mengerikan. Tidak sampai di situ gedung-gedung beserta rumah sakit yang penting bagi warga Gaza pun tak luput ikut dihancurkan hingga berkeping-keping. Belum lagi toko-toko, sekolah, bahan makanan beserta obat-obatan pun tak segan untuk diblokade oleh zionis.

Pemandangan dengan mayat-mayat berserakan, tubuh anak-anak berterbangan tidak membuat kaum muslim dan warga dunia tergerak hatinya menolong, penyiksaan seperti apa lagi yang bisa menggerakkan hati manusia untuk menolong warga Gaza?

Penjara itu adalah Nasionalisme

Miris, hari ini dunia bahkan kaum muslimin menormalisasi kejadian yang ada di Gaza. Banyaknya korban kebrutalan zionis tetap membuat dunia bungkam dan diam seribu bahasa. Penguasa negeri muslim pun menutup mata serta telinganya melihat semua kekejaman ini dan menganggap semuanya baik-baik saja.

Wajar semua ini terjadi, karena saat ini kaum muslim terpecah-pecah menjadi negeri-negeri kecil. Satu negara islam dengan negara islam lainnya seolah tidak memiliki hubungan bahkan seakan asing satu sama lain. Padahal sebagaimana sabda dari baginda Rasulullah ﷺ,

“Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan berbelas kasih adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh anggota tubuh yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. al-Bukhari).

Karena nasionalisme, hari ini kita menjadi lemah dan tidak berdaya. Nasionalisme atau cinta kepada tanah air inilah yang membuat kaum muslim lemah dan tak mampu menolong saudaranya sendiri. Kaum muslimin terjebak dan terkotak-kotakan oleh batas teritorial semata.

Padahal masalah Palestina bukan hanya  masalah bangsa Arab namun ini adalah soal penjajahan dan pendudukan zionis di Palestina.

Tidak cukup hanya mengirimkan rakyat Palestina makanan, minuman, pakaian dan obat-obatan. Lebih jauh dari itu Palestina butuh kekuatan yang seimbang untuk mengusir penjajah dari tanah Palestina.

Jihad Solusi Hakiki Menyelamatkan Palestina

Memang tidak ada salahnya dengan langkah dari kaum muslimin di berbagai belahan dunia yang mengutuk, mengecam atas perbuatan biadab zionis, melakukan boikot terhadap produk yang terafiliasi zionis Israel, mengirimkan berbagai makanan, minuman, pakaian sekaligus obat-obatan.

Namun segala usaha tersebut tidak membuahkan hasil apapun bahkan kondisi rakyat Gaza semakin parah. Mereka dihabisi zionis sedemikian rupa tanpa kenal ampun.

Maka dari itu, satu hal yang belum dikirim oleh kaum muslimin ke Gaza yaitu tentara/pasukan kaum muslim untuk membela saudaranya di Gaza. Kaum muslim harus paham bahwa tidak cukup menolong Gaza hanya dengan mengirim makanan dan minuman. Palestina butuh kekuatan yang sepadan untuk melawan penjajah Israel.

Kekuatan yang dimaksud adalah hadirnya negara adidaya yang dibangun di atas kesadaran ideologi umat. Dengan begitu kepemimpinan ini akan memobilisasi semua potensi umat termasuk tentara berikut persenjataannya yang tersebar diberbagai wilayah.

Kemudian kepemimpinan global di bawah satu bendera tadi akan mengerahkan segera mungkin untuk mengusir para penjajah dari tanah Palestina serta membungkam kekuatan para sekutunya.

Kepemimpinan yang dimaksud ialah kepemimpinan global dengan pemimpinnya disebut Khalifah. Khalifah merupakan pemimpin islam untuk seluruh kaum muslim tanpa batasan negara. Untuk mengirimkan pasukan/tentara butuh satu komando dari sang Khalifah. Khalifah inilah yang akan mengomandoi seluruh tentara muslim dan mengerahkannya untuk membebaskan Palestina dan mengembalikannya kepada kaum muslim.

Sudah seharusnya semua muslim menghadirkan kembali kepemimpinan global tersebut melalui dakwah terstruktur dan terorganisir dengan metode yang telah dicontohkan Rasulullah ﷺ.

Insya Allah dengan mengikuti dan komitmen dengan metode dakwah Rasulullah ﷺ ini akan membawa keberhasilan. Wallahu ‘alam Bishowaab.[]

Comment