Ketika Jilbab Bukan Lagi Soal Menyederhanakan Penampilan

Berita420 Views
ilustrasi: Sona/radarindonesianews.com
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Semalam saya membaca sebuah tulisan di blog dan merasa tertampar
ketika mendapati sebuah kalimat. Kalimat itu kurang lebih berisi bahwa
saat ini banyak muslimah yang lupa dengan tujuan awal berjilbab. Tujuan
awal yang dimaksud adalah bahwa berjilbab itu soal menyederhanakan
penampilan dan merupakan bentuk dari ketaatan pada-Nya. Sungguh hati ini
mencelos rasanya.
 
Saya sendiri sangat mengakui bahwa saya belum
sempurna soal berjilbab. Masih sering termakan iklan atau ikut-ikutan
tampil beda dalam berjilbab hanya karena ingin dianggap trendi dan nggak
kuno. Lingkaran pertemanan saya pun didominasi oleh para muslimah yang
berhijab. Ada yang sudah berjilbab sejak kecil, ada juga yang baru
berjilbab saat lulus SMA. Saya sendiri tak punya hak rasanya untuk
menghakimi atau menilai siapa yang paling sempurna dari mereka semua.
Setiap orang punya proses dan perjalanan hidupnya sendiri. Dan semoga
kami semua bisa makin lebih baik dari waktu ke waktu.

Beberapa
waktu terakhir beredar berbagai macam tren dan isu soal jilbab. Mulai
dari soal jilboobs hingga berjilbab dengan kerudung warna-warni yang
berlilit-lilit. Ada banyak yang menghujat, mencibir, dan menyudutkan.
Saya paham betul mereka yang marah adalah karena mereka juga peduli dan
ingin kembali mengingatkan akan tujuan dan niat awal berjilbab. Tapi
saya juga tak bisa begitu saja menghakimi mereka yang “dianggap salah”
sementara saya sendiri menyadari saya bukanlah orang yang sempurna.

Sebagai
wanita, rasanya sudah ada naluri untuk bisa tampil cantik dan lebih
anggun saat berpenampilan. Tak heran kalau saat berpakaian pun, kita
bisa rela untuk menghabiskan lebih banyak waktu mencari baju yang pas
dengan berbagai pernak-pernik dan aksesoris. Saya pun masih sering
melakukannya. Lalu kemudian saya membaca bawah putri Rasulullah saja
gamisnya sangat sederhana. Sungguh, bentuk ketaatan itu tak sekadar
dinilai dari betapa mahal atau mewahnya baju yang kita pakai.

Dikritik
atau diberi masukan soal baju atau cara berpakaian terkadang memang
bisa jadi hal yang cukup sensitif. Tak semua orang suka dikritik. Tak
semua wanita bisa dipaksa untuk berubah dalam waktu sekejap. Mungkin
memang maksud orang yang memberi nasihat atau kritikan itu baik agar
kita juga bisa kembali diingatkan soal niat dan tujuan awal kita
berjilbab. Tapi sekali lagi, saya yakin setiap orang punya pergolakan
batinnya sendiri-sendiri. Yang penting semoga saja memang kita semua
bisa selalu berproses ke arah yang lebih baik. Tak tersinggung jika
diberi nasihat. Tak juga langsung marah-marah ketika diingatkan. Tapi
juga tak perlu menghakimi orang lain. Ah, maaf jika saya jadi sok
ceramah atau menggurui. Semua itu hanyalah opini pribadi saya yang
mungkin tak sepenuhnya bisa diterima oleh semua orang.

Semoga
kita semua bisa terus berproses untuk lebih baik dari waktu ke waktu.
Soal berjilbab, juga akhlak. Soal berkomunikasi, bertutur, saling
menasihati juga mengingatkan. Dan semoga kita semua, saya khususnya,
bisa tetap menjaga niat soal berjilbab. Niat untuk beribadah dan menjaga
ketaatan pada-Nya..[vem]

Comment