Masa Depan Krisis Palestina, Skeptisisme Gencatan Senjata

Opini180 Views

 

Penulis: Mansyuriah, S. S | Alumnus Sastra Arab UNHAS

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Terhitung mulai ahad, tanggal 19 Januari 2025 pukul 08.30 waktu setempat. Pihak penjajah Zionis dan para pejuang di Gaza akhirnya sepakat untuk melakukan gencatan senjata.

Sebagaimana diketahui, selama 467 hari hari perang ini berlangsung, setidaknya 47.000 jiwa warga Palestina telah tewas.

Kesepakatan gencatan senjata ini dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama yakni pembebasa sandera, tahap kedua penarikan pasukan, dan tahap ketiga adalah bantuan kemanusiaan.

Saat ini, seperti ditutup laman Tempo (20-01-2025), pembicaraan sedang berlangsung antara Israel, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat untuk merancang pemerintahan sementara di Gaza, yang nantinya akan diserahkan kepada Otoritas Palestina setelah melewati proses reformasi.

Seperti apa nasib Palestina selanjutnya, mampukah gencatan senjata menjadi solusi tuntas atas krisis yang terjadi di Palestina?

Gencatan Senjata Tidak Akan Menghentikan Krisis Palestina

Zionis Yahudi telah mencurahkan segala bentuk kebenciannya terhadap kaum muslim secara brutal dengan membunuh, mengahncurkan dan berbagai bentuk kejahatan lainnya. Jika selama ini mereka nampak kuat dan jumawa karena mereka menang propaganda serta didukung penuh Amerika, rezim penghianat pemimpin negeri negeri Muslim.

Sejarah konstelasi politik dunia telah menggambarkan bagaimana Amerika memainkan peran penting dalam mengasuh entitas Yahudi hingga terus membesar sampai berhasil mengeklaim sebuah negara. AS terus melangkah memperkokoh Israel dengan maksud menjadikan Israel sebagai alat menjajah di kawasan Timur Tengah.

Tujuan AS adalah menciptakan krisis abadi di jantung dunia Islam (Timur Tengah), mengingat potensi SDA yang dimiliki melimpah ruah, mulai dari minyak, tempat dan lokasi stategis, serta yang paling penting adalah ketakutan AS atas kebangkitan Islam dan kaum muslim.

Oleh karena itu, dengan atau tanpa adanya gencatan senjata, serangan di Palestina akan terus berlanjut. Gencatan senjata tidak akan mengubah fakta apapun, selama kaum muslim dan tentaranya tidak mengambil tindakan. Apalagi sejarah mencatat sudah berapa kali kesepakatan gencatan senjata terjadi, namun kesekian kalinya juga dilanggar pihak Zionis.

Bahkan yang terbaru pasca beberapa jam setelah gencatan senjata diumumkan mereka kembali melakukan serangan kepada rakyat Palestina yang menewaskan kurang lebih 80 jiwa.

Hari pertama dan kedua pelaksanaan perjanjian gencatan senjata di Gaza berjalan baik. Pertukaran sandera putaran kedua juga berjalan lancar.

Bahkan, laman Tribunnews.com (21-01-2025) menyebut sejumlah bantuan kemanusiaan telah masuk ke Jalur Gaza. Namun, beberapa sumber menyoroti beberapa pelanggaran yang dilakukan Israel terhadap perjanjian tersebut. Salah satunya ialah masuknya pesawat nirawak pengintai.

Alhasil adalah wajar jika kita pesimis dan skeptis perang ini akan berakhir setelah terjadinya gencatan senjata, genosida di Gaza tidak akan ada habisnya selama pendudukan Zionis Yahudi ini masih ada.

Solusi Tuntas Krisis Palestina

Sejarah menjelaskan saat Sultan Abdul Hamid II, khalifah abad ke-19 mengatakan kepada tokoh Zionis Theodor Herzl yang mencoba membeli Palestina dengan menawarkan pembayaran utang negara Islam sebagai imbalan atas dukungan terhadap pendirian ‘tanah air Yahudi’ mereka. Lalu Sultan Abdul Hamid II dengan tegas mengatakan, “Saya tidak bisa menjual satu inci pun tanah itu karena tanah itu bukan milikku melainkan milik umat dan umat telah menumpahkan darah untuk mempertahankan tanah ini. Jadi biarlah orang-orang Yahudi menyimpan jutaan dolar mereka.”

Olehnya itu, seruan untuk menghentikan pembantaian di Gaza dan seluruh Palestina sudah seharusnya sejalan dengan seruan untuk pembebasan penuh Tanah Suci ini, yang tidak dapat dicapai dengan perjanjian damai atau gencatan senjata, tetapi hanya dengan mobilisasi tentara umat Islam.

Palestina membutuhkan adanya pergerakan dunia Islam untuk membangkitkan umat, yang mampu mewujudkan bantuan nyata dari negeri-negeri muslim berupa pemgiriman tentara tentaranya.

Palestina membutuhkan konsolidasi umat Islam secara global yakni jihad untuk mengusir Zionis dari bumi Syam Palestina. Konsolidai global ini tidak akan bisa terwujud di bawah para penguasa rezim penghianat negeri Mulim. Mereka banyak terikat perjanjian perdamaian, kerja sama ekonomi dan bentuk normalisasi. Semua hal itu membelenggu mereka dari tindakan membebaskan Palestina.

Krisis Palestina yang sudah berlangsung selama tujuh dekade hanya dapat diakhiri dengan seruan bersegera menegakkan kepemimpinan Islam yang akan mengerahkan tentaranya untuk berperang di jalan Allah Swt. sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-Anfal: 72

“…Dan jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib menolong”.

Sabda Rasulullah saw., ”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” Wallahu a’lam.[]

Comment