Penulis: Cika Kintan Maharani | Mahasasiswi Ma’had Pengkaderan Da’i
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Penemuan jasad seorang ibu berinisial GAH (68) serta anak laki-lakinya berinisial DAW (38) ditemukan telah membusuk di kediaman mereka, Perumahan Bukit Cinere, Depok, Kamis (7/9/2023). Menurut tetangga, keluarga korban termasuk salah satu penghuni pertama di perumahan tersebut tetapi tidak pernah bersosialisasi dengan warga seperti ditulis kompas.com.
Temuan dua jasad di Cinere berawal dari tetangga korban yang hendak mengajak ikut acara jalan santai yang diadakan RT setempat. Saat itu, pagar rumah korban tampak digembok sehingga memunculkan kecurigaan tetangga.
Petugas keamanan lingkungan kemudian menaiki pagar dan membuka pintu garasi yang tidak terkunci. Bau busuk menyengat dari dalam kamar mandi. Petugas pun langsung menghubungi pihak kepolisian. Hingga saat ini, polisi masih melakukan olah TKP dan penyelidikan untuk mengetahui penyebab kematian ibu dan anak tersebut.
Lurah Cinere Mashuri mengungkapkan bahwa ibu dan anak tersebut merupakan keluarga yang tertutup. Berdasarkan penuturan RW dan warga sekitar, korban menutup diri dari lingkungannya sejak suaminya meninggal pada 2011. (Tempo, 11-9-2023).
Kasus serupa berupa penemuan mayat juga terjadi di Pondok Jagung, Serpong Utara, Tangerang Selatan pada Sabtu, 16 September 2023. Tempo.com menulis, ditemukan seorang lelaki sudah dalam kondisi meninggal dunia. Terdapat beberapa luka sayatan di bagian leher korban. Menurut tetangga, selama ini dirinya tidak pernah melihat aktivitas korban. Menurutnya, korban jarang berkomunikasi.
Terdapat kemiripan dari kedua kasus tersebut, korban cenderung tertutup dan jarang bersosialisasi dengan masyarakat setempat, padahal mereka bukanlah tinggal di lingkungan yang sepi tetangga atau area yang minim penduduk. Para korban justru tinggal di perumahan yang ramai penduduknya. Ini membuktikan bahwa pola hubungan antar individu yang tecermin dalam kehidupan sosial saat ini telah bergeser. Kepedulian, empati, dan kemanusiaan berubah menjadi apatis dan individualistis.
Sikap individualistis dan minimnya kepedulian ini memang menjadi karakteristik masyarakat kapitalistis. Pilihan-pilihan yang mereka buat hanya mengedepankan rasa kenyamanan diri sendiri.
Secara umum, individualisme bisa diartikan sebagai suatu pandangan yang lebih mementingkan kebebasan dan kemerdekaan pribadi atau individu dibandingkan kepentingan orang lain. Dari pandangan ini, kapitalisme menganggap kehidupan pribadi adalah privasi yang harus dihormati. Bahkan tidak jarang, ketika memiliki rasa peduli justru sering disalah pahami sebagai sikap ingin mencampuri kehidupan dan urusan orang lain. (Sumber : www.muslimahnews.id)
Sifat masyarakat inipun diperkuat oleh peran negara yang membiarkan model pembangunan perumahan kapitalisitik yang cenderung ekslusif, termasuk juga rancangan pembangunan smart city yang mengedepankan teknologi. Kecanggihan ini justru akan semakin mengikis hubungan sosial dan nilai humanisme.
Smart city sendiri adalah kawasan perkotaan berteknologi modern yang menggunakan berbagai jenis teknologi elektronik. Jika konsep ini diberlakukan bersamaan dengan spirit masyarakat sekuler lagi individual, jelas konsep smart city cepat atau lambat justru membajak interaksi sosial sekaligus menggerus hakikat manusia sebagai makhluk sosial.
Islam memiliki seperangkat aturan dan hukum yang sempurna dalam membangun masyarakat Islam, di antaranya menjelaskan hukum-hukum seputar bertetangga dan adab atau aturan yang mengatur hubungan antar tetangga. Adab dan aturan yang ditetapkan dalam Islam mewujudkan suasana keimanan, menyenangkan dan membahagiakan.
Islam telah menempatkan tetangga pada kedudukan yang mulia dan tinggi, bahkan Islam memerintahkan kepada kaum muslimin untuk memuliakan dan menunaikan hak-hak tetangga.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa ayat 36 yang artinya : “ Sembahlah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, berbuatlah kebajikan kepada kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan jauh, teman sejawat, orang yang sedang dalam perjalanan dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Kaum muslim diperintahkan untuk berbuat baik kepada tetangga, baik tetangga dekat maupun tetangga yang jauh. Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsirnya menjelaskan bahwa Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibn Abbas, yang dimaksud dengan tetangga dekat adalah tetangga yang antara kamu dan dia terdapat hubungan kekerabatan, sedangkan tetangga yang jauh adalah tetangga yang antara kamu dan dia tidak ada hubungan kekerabatan.
Rasulullah SAW juga bersabda dari Abdullah bin Amr ra, bahwa Nabi Saw bersabda, “Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada tetangganya.” (HR at-Tirmidzi).
Telah jelas bahwa Islam mendorong kaum muslim untuk senantiasa memuliakan, memperhatikan dan berbuat baik kepada tetangga.
Interaksi sosial dengan tetangga dalam Islam tidak berarti kita harus selalu kepo dan nyinyir kepada tetangga. Juga tidak lantas menabrak batas-batas kehidupan khusus (hayatul khas) tetangga kita. Ada adab bertetangga yang juga harus kita perhatikan, seperti kewajiban mengetuk pintu ketika bertamu ke rumah tetangga, juga larangan mengintip melalui jendela ketika pemilik rumah belum membukakan pintunya setelah kita mengetuknya.
Islam juga mengharuskan melakukan amar makruf nahi munkar, yakni sikap saling menasihati dalam kebaikan serta mencegah individu melakukan kerusakan.
Dengan terbiasanya masyarakat berdakwah, tidak ada sikap apatis dan individualis. Di samping itu sikap saling peduli dan tolong-menolong merupakan ciri khas masyarakat Islam dan kewajiban yang harus ditunaikan bagi setiap muslim.
LAllah Swt. memerintahkan hal ini dalam QS Al-Maidah ayat 2 yang artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat.”
Dari sini dapat dipahami bahwa, Islam membentuk individu-individu yang tidak hanya mementingkan kepentingan sendiri tapi juga yang memikirkan urusan masyarakat lainnya. Rasulullah SAW mengecam umat Islam yang tidak peduli nasib saudara seiman.
Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barangsiapa yang tidak takut kepada Allah maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan golongan mereka” (HR. Al-Hakim dan Baihaqi).”
Kehidupan bertetangga yang membahagiakan dan menyenangkan tidak akan tercipta selama paradigma sekuler kapitalis masih mendominasi di negeri ini. Sebab kehancuran, keretakan kehidupan bertetangga tidak hanya disebabkan oleh konflik-konflik yang bersifat individual, akan tetapi lebih banyak disebabkan karena sistem kapitalisme yang diterapkan pada umat, sehingga keterasingan keluarga dari tetangga dan masyarakat adalah keterasingan yang terstruktur dan tersistematis. Kehidupan kapitalis ini telah memangsa masyarakat untuk hidup dalam suasana materialistis, hedonis dan individualistis.
Islam dengan ajarannya yang luhur dan mulia adalah harapan satu-satunya untuk mengembalikan kehidupan tetangga pada kondisi yang ideal. Hal ini akan terwujud hanya dengan diterapkan Islam secara meneyeluruh di seluruh sendi-sendi kehidupan. Wallahu a’lam bisshawab.[]
Comment