Maulid Sebagai Momentum Teladani Akhlakul Karimah Nabi SAW

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Lantunan shalawat menggema lembut di Masjid Al-Aqwam, Jl. Bangka Raya, Pela Mampang, Jakarta Selatan, Senin (6/10/2025) pagi. Jamaah taklim kaum ibu yang memenuhi ruang utama masjid tampak khusyuk mengikuti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H.

Aroma wewangian bercampur haru dan kebahagiaan mewarnai suasana majelis yang digelar sederhana namun penuh makna itu.

Acara diisi tausiyah oleh Ustadzah  Sinta Santi, Lc yang mengangkat tema tentang akhlak seorang guru dan kaitannya dengan tradisi bersalaman. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan bahwa dalam budaya Arab, berjabat tangan hanya dilakukan dengan mahram dan anak-anak kecil.

“Ketika sudah dewasa, jika bukan mahram maka tidak lagi bersalaman,” jelas Ustadzah Shinta.

Menurutnya, kebiasaan ini hendaknya dijalani bukan sekadar tradisi, tetapi berakar pada nilai-nilai syariah yang mengajarkan kehormatan dan kesucian hubungan antar lawan jenis.

Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa seorang guru seharusnya menjadi contoh setiap interaksi sebagai cermin akhlak yang luhur.

“Tangan kita bisa menjadi simbol kesombongan dan sihir jika tidak dijaga. Saat bersalaman, jangan sekadar menjalankan tradisi tetapi hadirkan pandangan dan ketulusan dengan syriat. Guru hendaknya menatap orang yang bersalaman dengannya,” ujarnya.

Dengan saling menatap itulah, lanjut ustadzah yang kerap mengisi kajian di Daarut Tauhid Cipaku, Jakarta Selatan ini, akan menggugurkan dosa dosa.

Di akhir tausiyahnya, Ustadzah Sinta Santi, Lc mengajak jamaah untuk menjadikan peringatan Maulid sebagai momentum untuk meneladani akhlak  Rasulullah SAW.

“Mari kita jadikan peringatan maulid sebagai momentum untuk meneladani akhlakul karimah Nabi, baik dalam ucapan, tindakan, maupun dalam tugas kita sehari-hari,” pesannya menutup majelis.[]

Comment