Momentum Ramadan, Saatnya Meraih Ketakwaan Hakiki

Opini569 Views

Penulis : Rima Septiani | Freelance Writer

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Setiap memasuki bulan Ramadan kaum muslimin memiliki harapan untuk benar-benar mampu meraih ketakwaan hakiki pada diri masing-masing sebagaimana yang Allah SWT kehendaki di dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 183 :

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Kata “Taqwa” berasal dari kata “Waqa” artinya, melindungi. Maknanya, melindungi diri dari murka dan azab Allah SWT. Wujudnya dengan menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya.

Tak ada rasa keberatan sedikit pun terhadap aturan Allah dan keputusan Rasulullah SAW.

Di dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa puasa disyariatkan bagi hambaNya untuk meningkatkan dan menyempurnakan ketakwaan. Takwa mencakup seluruh kebaikan, melaksanakan perintahNya, menjauhi laranganNya dengan mengharap keridhoanNya.

Sebagaimana kita tau bahwa bulan Ramadan adalah bulan penuh keutamaan. Di bulan Ramadan ini juga diwajibkan atas kaum muslimin untuk berpuasa.  Puasa tidak hanya menghindari makan dan minum saja. Sebab Allah tidak membutuhkan itu. Puasa itu laksana perisai, maka dampak dari puasa sebagai perisai itu harus tampak agar kita menjadi orang-orang yang bertakwa.

Rasulullah SAW bersabda,” Puasa adalah perisai yang dapat melidungi seorang hamba dari siksa neraka” (HR Ahmad, sahih).

Seorang muslim semestinya bisa menjadikan puasa sebagai momentum untuk berbenah diri menuju takwa, yakni menjadi tujuan dari disyariatkannya puasa. Ciri orang bertakwa adalah mengimani Al-Quran dan kitab-kitab yang Allah turunkan sebelumnya, mendirikan shalat, meyakini yang gaib, meyakini akhirat, serta menginfakkan hartanya baik dalam keadaan lapang maupun sempit, mampu menahan amarah, dan mudah memaafkan kesalahan orang lain.

Jika ia berbuat dosa, maka ia akan memohon ampun kepada Allah serta tidak meneruskan perbuatan dosanya dan masih banyak lagi ciri orang bertakwa lainnya.

Sikap ini akan menjadikan diri kita mampu mengerjakan semua apa yang ada di dalam kitab Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ketika sikap ini telah kita miliki maka ibadah puasa menahan lapar dan dahaga dari segala hal yang membatalkan mampu kita laksanakan, dan sikap takwa ini juga diharapkan mampu menjadikan kita sebagai insan yang taat secara kaffah baik dalam aspek individu, sosial dan negara.

Setiap mukmin hendaknya merealisasikan apa yang menjadi buah dari takwa ini, dengan berupaya menjalankan semua perintah dan menjauhi segala laranganNya baik terkait dengan akidah, syariah, makan, minum, akhlak. Muamalah yaitu ekonomi, politik, pendidikan, pemerintah, sosial, budaya maupun uqubat atau sanksi hukum seperti hudud, jinayat, ta’zir, maupun hukum lainnya.

Ketakwaan ini harusnya tidak parsial seperti melakukan sebagian dan meninggalkan sebagian hukum lainnya, karena terwujudnya takwa yang sesungguhnya adalah dengan mewujudkan individu yang bertakwa, masyarakat yang beramar ma’ruf nahi mungkar dan negara yang menerapkan syariatNya.

Sudah selayaknya kita berupaya untuk mewujudkan dalam kehidupan dan memaksimalkan potensi dan kemampuan kita untuk mendapatkan limpahan kebaikan dan setiap keharaman yang bisa dicegah melalui ketaqwaan individu, amar ma’ruf nahi mungkar oleh umat dan penerapan syariat Islam secara kaffah oleh negara. Wallahu alam bi ashawwab.[]

Comment