Pentingnya Aktivitas Taklim Politis Pemuda

 

 

Penulis : Hawilawati, S.Pd |Muslimah Peduli Generasi

_________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Begitu banyak berita  kriminal bersiliweran dengan subjek dan objeknya adalah pemuda di dunia maya, pun tidak kalah ganasnya apa yang terjadi di dunia nyata yang tidak di blow-up di media.

Mulai dari narkoba, miras, pergaulan bebas disertakan dengan perzinahan dan pembunuhan terhadap janin-janin tak berdosa (aborsi) hingga pembegalan, belum lagi bullying secara verbal  dan tulisan yang berawal dilakukan jempol di berbagai status sosial media hingga berlanjut bullying fisik siap saling menyakiti, kalau bisa satu sama lain saling menghabisi nyawa, intinya hanya ingin meraih kepuasan menuruti hawa nafsu.

Sungguh menyedihkan pemuda yang secara fisik sempurna (baligh) , pun seharusnya sudah matang secara aqil. Di fase aqil baligh secara fitrah seharusnya sudah mengenal jati dirinya dengan baik. Dengan mampu menjawab beberapa simpul pertanyaan mendasar dan tahu segala konsekuensinya, di antaranya : siapa diri saya, buat apa diri saya di ciptakan di muka bumi, dan mau kemana setelah di dunia? Namun, bagaimana kondisi pola pikir dan pola sikap pemuda  dalam sistem sekuler saat ini?

Sangat wajar, jika pribadi pemuda dalam sistem sekuler saat ini  diumpamakan generasi strawberry,  terlihat menarik tapi dalam dirinya lembek, lemah alias rapuh. jika dihadapkan masalah pada dirinya tidak mampu mengatasinya, bahkan berujung kegalauan atau keputusasaan  dan tak sedikit yang mengakhiri dengan jalan piñtas yaitu bunuh diri. Sebaliknya di dalam Islam kondisi pribadi pemuda yang demikian tidaklah wajar, sebab di usia aqil baligh ia harus mampu survive dan faight menghadapi segala persoalan dan tantangan zaman.

Sebab dikotomi pendidikan yaitu antara pendidikan agama dan umum, membuat ilmu agama sekedar opsi saja bukan ilmu wajib bagi pemuda , Alhasil permasalahan yang kian kompleks karut marut tidak bisa dihadapi dengan solusi yang benar dengan standar baik dan buruk sesuai agama. Menggiring dan menciptakan lemahnya  ilmu agama pada diri pemuda, seakan bukanlah masalah, kecuali orang – orang yang sadar akan pentingnya ilmu agama dalam kehidupan.

Pun di dunia pendidikan agama seperti di madrasah ibtidaiyyah, tsanawiyah, aliyah hingga jenjang perguruan tinggi Islam, kurikukum pendidikan diformulasikan sebatas  pengetahuan ibadah  mahdoh saja, sementara sistem pergaulan Islam (nidzomul ijtima’i) tidak dipelajari dan diaplikasikan secara mendalam, ilmu pergaulan Islam hanya sebatas tsaqofah  atau pengetahuan saja, sebagai contoh masih banyak pemuda Islam yang tidak faham batasan auratnya, tidak tahu siapa saja mahromnya, tidak faham adab bergaul, dan lain-lain.

Terbukti masih banyak yang mengumbar aurat, terjadi pergaulan bebas perzinahan, perkelahian atau tawuran. Yang seharusnya ilmu tersebut sudah tuntas difahami dalam dunia pendidikan dan mampu diamalkan dalam kehidupan sehari-harinya.

Begitupun ilmu politik Islam (siyasah Islam), dakwah dan jihad membela agama, memajukan bangsa dan menyelamatkan peradaban manusia dengan syariat Allah, tidaklah diberikan pembelajaran secara jelas dan sempurna.

Sehingga, bagaimana pemuda akan struggle menghadapi tantangan zaman dan permasalahan masyarakat, bangsa dan dunia, sementara ia masih berperang melawan kegalauan dalam dirinya, yang tak kunjung usai.

Jangan sampai negeri ini terus di bombardir dengan pergaulan rusak LGBT, di banjiri produk-produk import hingga mematikan produktifitas dan kreatifitas negara sebab sudah bergantung terhadap produk luar, merebaknya pinjol yang dianggap sebagai solusi kesulitan ekonomi, terjadinya ghozwul fikr melalui narasi rusak dan keji yang ditujukan kepada Islam, seperti “Islam adalah teroris, Islam adalah  radikal” sehingga membuat umat Islam phobia terhadap agamanya sendiri, sementara pemuda tidak tahu apa-apa dan bingung untuk bersikap, bahkan itu semua dianggap  hal biasa bukan permasalahan. Sungguh malapetaka.

Bak katak merindukan rembulan, dalam sistem sekuler kapitalis adalah sesuatu yang mustahil mengharapkan sistem pendidikan agama yang cemerlang dan sempurna sebagaimana yang pernah diterapkan pada masa kegemilangan Islam di masa silam. Sebab, dari sisi azas, visi dan misi pendidikan antara Islam dan sekuler saja sudah berbeda.

Adapun pendidikan Islam yang mengadobsi sebagaimana masa kejayaan Islam masih menghadapi berbagai tantangan dan hambatan, itupun baru dilakukan oleh individu secara kolektif dalam komunal yang memiliki kesadaran tinggi, belum dilakukan dalam kebijakan pendidikan sebuah negara.

Namun, bukan berarti kita pasrah berdiam diri terhadap kondisi pemuda terhadap taraf berfikir dan bersikapnya, kita masih harus berjuang menyelamatkan dan mempersiapkannya agar kelak pemuda siap menjadi pemimpin masa depan yang dirindui. Salah satu cara untuk mempersiapkan adalah membangun kesadaran politis pemuda dalam aktivitas taklimnya.

Pemuda harus faham bahwa politik bukan sekedar terkait pesta demokrasi dalam pemilu kepala desa, anggota dewan, gubernur dan kepala negara. Tapi politik (siyasah) adalah ri’ayah syu’un al-ummah (mengurusi segala persoalan umat atau masyarakat) baik dari persoalan agama, pendidikan, kesehatan, sosial masyarakat atau pergaulan, ekonomi, politik luar negeri, pertahanan dan keamanan dan bidang lainnya. Maa syaa Allah pemuda harus memahami semua ilmu itu dari kacamata Islam, sehingga pola pikirnya melesat berkembang dan cemerlang.

Membinanya agar hari-harinya melek politik, tidak hanya berada di zona aman terbuai hanya berkutat menikmati percintaan semu, hiburan yang melalaikan. Sehingga hanya menyia-nyiakan waktu, energi, uang dan potensinya.

Ilmu sebelum melakukan perbuatan adalah sebuah keharusan, baik dalam urusan dunia atau akhirat, sebagaimana hadits Rasulullah Saw :

. مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

Artinya: “Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu,” (HR Ahmad).

Sekalipun ilmu dunia yang dipelajari, tidaklah boleh keluar dari azas ilmu yaitu Aqidah Islam, agar apa yang dipelajari, difahami dan diaplikasikan mendapat ridho Allah.

“Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang dengannya dapat memperoleh keridhoan Allah SWT, (tetapi) ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya surga di hari kiamat nanti,” (HR Abu Daud).

Pemuda hari ini adalah  pemimpin masa depan, agen of change (agen perubahan). Memiliki energi besar dan visioner mampu merubah kondisi masyarakat, bangsa dan dunia yang rusak menjadi kondisi yang diberkahi Allah dengan kecerdasan akal dan kesholihan jiwanya.

Aset berharga ini harus terjaga dengan  pribadi unggul yaitu karakter yang bershaksiyyah Islam (memiliki pola pikir dan pola sikap islami). Dunia pun akan mampu di taklukkannya dengan ketajaman berfikir politis Islam yang mampu memetakan segala permasalahan, memformulasikan solusi berdasarkan syariat Allah dan mendialogkan dengan baik di tengah umat bahwa Islam mulia, Islam Rahmatan Lil ‘Aalamin, hanya dengan Islam kemaslahatan dan kesejahteraan  hidup akan mampu diraih dan kerusakan mampu dicegah. Sehingga Islam dan pemudanya yang beriman layak memimpin dunia. Wallahu’alam.[]

Comment