Oleh: Dadik Trisatya, S.Pd, Guru Sejarah
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Setiap tahun, menjelang akhir bulan September selalu ramai memperingati tragedi berdarah yang merenggut nyawa tujuh Jenderal putra terbaik bangsa pada tahun 1965. Peristiwa kudeta yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk menggulingkan Presiden Soekarno dan mengganti Ideologi Pancasila.
Pada era Orde Baru (ORBA) untuk mengedukasi masyarakat terkait upaya kudeta yang dilakukan PKI, pemerintah menayangkan film G 30 S/PKI di televisi Nasional. Namun pasca runtuhnya Orde Baru, dan memasuki era Reformasi yang anti Soeharto, pemutaran Film G 30/PKI juga ikut dipermasalahkan, sehingga terjadi pro dan kontra terkait pemutaran film tersebut.
Jasmerah (jangan sekali-kali melupakan sejarah) hendaknya tidak sekadar menjadi jargon. Namun penting untuk membangun spirit mempelajari sejarah bangsa ini utamanya generasi milenial yang cenderung masa bodoh dengan sejarah bangsa ini.
Memang benar bahwa saat ini Uni Soviet yang kala itu menjadi pusat gerakan Komunis Internasional (Komitern) telah mengalami keruntuhan, tetapi tidak berarti paham komunis juga telah mati. Karena pada dasarnya paham atau pemikiran tak pernah mati meskipun pengembannya telah mati. Paham tersebut akan selalu tumbuh dan berkembang jika menemukan momentumnya.
Ada beberapa kondisi yang dapat menumbuhkan paham komunis, dan memicu kebangkitannya kembali. Faktor tersebut antara lain terjadinya kesenjangan ekonomi dan kemiskinan yang semakin meningkat. Kondisi tersebut akan menjadi pijakan bagi ideologi komunis untuk menawarkan angin surga pemerataan kesejahteraan.
Pengalaman adalah guru terbaik ( experience is the best teacher). Komunisme di Indonesia telah menorehkan lembaran hitam bagi bangsa ini. Tidak hanya sekali, bahkan berkali-kali sejak zaman kolonialisme Belanda hingga Indonesia merdeka.
Bahkan sejak Indonesia merdeka sudah dua kali PKI (Partai Komunis Indonesia) melakukan pemberontakan. Pertama, Madiun affair atau pemberontakan PKI di Madiun. Tentu masih segar dalam ingatan, betapa teganya mereka menikam negeri ini, padahal saat itu pemerintah dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sedang menghadapi agresi militer Belanda II. Namun mereka justru menusuk dari belakang dengan melakukan pemberontakan di Madiun yang dipimpin oleh Muso. Mereka bahkan mendirikan Negara Soviet Republik Indonesia, yang akhirnya dapat di tumpas TNI.
Setelah pemberontakan Madiun, Partai Komunis Indonesia (PKI) dilarang oleh pemerintah, namun dizinkan kembali pada tahun 1952. Hal ini menyebabkan mereka semakin eksis bahkan menjadi salah satu partai pemenang pemilu 1955. Pengaruh PKI semakin menguat terlebih setelah pemerintah mengggunakan sistem demokrasi terpimpin, yang di dalamnya dikembangkan ajaran NASAKOM (Nasionalime, Agama, dan Komunisme).
Pada akhirnya mereka kembali melakukan pemberontakan yang merenggut tujuh nyawa Jenderal terbaik bangsa dari Angkatan Darat.
Sebuah tragedi kelam yang harus senantiasa dijadikan pelajaran khususnya bagi generasi muda yang akan melanjutkan tongkat estafet perjuangan bangsa ini.
Namun sayangnya generasi muda saat ini banyak yang tidak mengetahui tentang peristiwa kelam pada masa itu. Seolah buta dengan sejarah yang pernah terjadi pada negeri ini. Mereka terlalu sibuk dengan gemerlap masa muda, tanpa menyadari betapa heroiknya generasi terdahulu berjuang mempertahankan negeri ini.
Oleh karena itu perlu upaya untuk membangun kesadaran sejarah bagi kaum milenial, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh dengan ideologi yang nyata berbahaya. Tidak dimungkiri perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat memudahkan transfer informasi. Jika generasi muda tidak paham dengan sejarah, dikhawatirkan mereka akan mudah terpengaruh paham dari luar khususnya ideologi komunis.
Oleh karena itu perlu kerjasama antara berbagai institusi, baik institusi pemerintah, pendidikan, masyarakat, ormas dll, untuk ikut andil dalam mengembangkan kesadaran sejarah utamanya bahaya laten komunisme bagi persatuan dan kesatuan.
Hal ini bisa dilakukan dengan cara melakukan seminar, dialog dengan sejarawan, bedah buku, nonton bareng film G 30 S/PKI dan kegiatan lain yang relevan.
Ada beberapa hal mendasar yang harus di pahami oleh generasi milenial terkait karakter ideologi komunisme.
Pertama, ideologi komunisme sebagai suatu paham jelas-jelas menafikan adanya dimensi ketuhanan. Oleh karena itu ideologi ini bertentangan agama dan dasar negara. Mereka menganggap agama sebagai candu yang harus dihindari. Padahal sebagai makhluk ciptaan Allah, kita tentu memerlukan agama agar memiliki pedoman dalam menjalani kehidupan.
Kedua, konsep keadilan yang mereka tawarkan sangat berbeda. Mereka memahami keadilan dengan konsep sama rata sama rasa. Padahal semestinya keadilan dipahami sebagai sikap yang menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Ketiga dalam sistem pemerintahan, mereka sangat otoriter, tidak mengenal oposisi, dan prinsip-prinsip musyawarah. Sehingga ketika rakyat mengkritik penguasa dianggap melawan pemerintah atau negara.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari sejarah masa silam, sehingga kita lebih berhati-hati dalam mengarungi kehidupan. Sehingga tidak mudah terprovokasi, dan diadu domba. Berjuang sekuat tenaga untuk menjaga dan melanjutkan apa yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan. Serta menjaga paham-paham yang berpotensi merusak keutuhan bangsa dan negara. [SP]
Comment