Penulis: Rizki Utami Handayani, S.ST | Pengajar Cinta Quran Center
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Pemuda seharusnya disibukkan oleh berbagai aktifitas keilmuan dan kebaikan lainnya. Pemuda berada di antara dua kelemahan, yaitu kelemahan di masa kanak-kanak serta kelemahan di masa tua.
Masa muda pun akan secara khusus dimintai pertanggung-jawaban oleh Allah swt. Maka tak heran jika dikatakan masa muda adalah masa yang istimewa dan tidak boleh disia-siakan. Namun nyatanya masih banyak berbagai keburukan yang terjadi pada generasi muda hari ini.
Dilansir dari berbagai berita di media online, mulai dari kasus dispensasi nikah karena hamil di luar nikah yang semakin tinggi angkanya, pesta seks berganti pasangan (swinger) tanpa bayaran di Jakarta dan Bali. Selain menjadi pelaku seks bebas suka sama suka, banyak pula yang menjadi korban pelecehan seksual.
Dalam pandangan Islam, termasuk kejahatan seksual – meskipun dilakukan suka sama suka. Jika moral sebuah masyarakat sudak tidak lagi memiliki batasan maka tunggulah datangnya kehancuran peradaban manusia.
Karena manusia dimuliakan, salah satunya dengan adab dan sopan santun, terlebih dalam konsep peradaban dalam Islam yang seluruh nilainya tidak bisa dipisahkan dengan ajaran ketuhanan.
Berbeda halnya dengan peradaban Barat yang kini menghegemoni dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat termasuk hal interaksi antara laki-laki dan perempuan di masyarakat.
Nilai-nilai ketuhanan tidak dipakai dalam hal mengatur urusan masyarakat khususnya masalah pergaulan. Maka tidak mengherankan jika kebebasan yang dijunjung tinggi. Tidak ada peran agama dalam kaitan mengatur kehidupan masyarakat.
Sekularisme menjadi akar permasalahan yang memicu kerusakan moral dalam kehidupan masyarakat. Dalam konsep ini, agama dipisahkan dari kehidupan publik, termasuk sistem pendidikan, kebijakan negara, dan interaksi sosial.
Akibatnya, nilai-nilai agama yang seharusnya menjadi pedoman hidup tergeser oleh kebebasan tanpa batas yang mengatasnamakan hak individu dan kebebasan pribadi.
Salah satu dampak nyata sekularisme adalah semakin bebasnya pergaulan yang tidak lagi memandang batasan moral atau nilai-nilai agama. Fenomena liberalisasi pergaulan kini tidak hanya melanda orang dewasa, tetapi juga telah menyentuh remaja dan bahkan anak-anak.
Media massa dan media sosial yang bebas dari kontrol moral menjadi saluran utama penyebaran nilai-nilai liberal yang menormalkan perilaku menyimpang. Akibatnya, generasi muda tumbuh dengan pandangan yang semakin jauh dari norma agama dan etika yang luhur.
Kebijakan negara yang cenderung kepada kapitalisme sekuler turut memperparah situasi ini. Alih-alih menjaga moralitas generasi muda, negara justru melahirkan aturan-aturan yang digadang-gadang mempermudah liberalisasi pergaulan.
Contohnya adalah kebijakan pemberian kontrasepsi untuk pelajar serta pendidikan kesehatan reproduksi (kespro) yang didasarkan pada nilai-nilai peradaban Barat (CSE-Comprehensive Sexual Education).
Pendidikan ini, meski bertujuan memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi, sering kali tidak disertai dengan pemahaman moral yang benar. Sebaliknya, pendekatan ini cenderung mengajarkan toleransi terhadap perilaku seksual di luar pernikahan.
Di sisi lain, konsep kesetaraan gender yang diadopsi dari Barat juga turut mendukung liberalisasi pergaulan. Ide-ide seperti hak reproduksi dan kebebasan tubuh (otonomi tubuh) menjadi dalih untuk mengabaikan batasan moral yang seharusnya dijaga. Padahal, kebebasan tanpa batas ini justru berpotensi merusak tatanan sosial dan moral masyarakat.
Dalam konteks Islam, kehidupan manusia diatur oleh syariat yang bertujuan menjaga kehormatan, kemuliaan, dan nasab. Islam memiliki mekanisme yang jelas untuk menjaga pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Sistem pergaulan Islam berlandaskan akidah memberikan batasan-batasan yang mencegah terjadinya pelanggaran moral. Interaksi antara laki-laki dan perempuan dibatasi oleh adab-adab yang menjaga kehormatan masing-masing pihak.
Selain itu, sistem pendidikan berbasis akidah memainkan peran penting dalam upaya membentuk karakter generasi muda yang beriman dan bertakwa. Pendidikan ini tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral yang sesuai dengan ajaran Islam.
Generasi yang dididik dengan sistem pendidikan berbasis akidah akan tumbuh dengan kesadaran untuk menjaga diri dari perilaku yang bertentangan dengan syariat. Negara yang menerapkan konsep Islam juga memiliki sistem sanksi yang tegas dan menjerakan untuk mencegah tindak maksiat.
Sanksi dalam Islam bukan semata-mata bentuk hukuman, tetapi bertujuan sebagai pencegahan agar masyarakat tidak tergoda untuk melakukan perbuatan yang merusak moral. Ketegasan dalam penegakan hukum ini menjadi salah satu langkah penting untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan masyarakat karena akan menimbulkan efek jera.
Tidak hanya itu, Islam juga menutup semua celah masuknya ide-ide liberal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Media-media sekuler yang menyebarkan nilai-nilai kebebasan tanpa batas diawasi dan dibatasi agar tidak merusak moral generasi.
Negara memastikan bahwa media di tengah masyarakat harus mendukung pembentukan karakter yang sesuai dengan ajaran Islam universal. Dengan menerapkan konsep Islam secara menyeluruh, baik dalam pergaulan, pendidikan, maupun kebijakan negara, akan terbentuk masyarakat yang beradab dan bermoral tinggi.
Generasi yang tumbuh dalam sistem ini akan memiliki pemahaman yang jelas tentang batasan moral serta memiliki komitmen untuk menjalankan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, upaya mewujudkan generasi emas yang bermoral dan berakhlak mulia tidak akan tercapai dalam sistem kapitalisme sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan.
Hanya dengan kembali kepada penerapan Islam secara kafah, permasalahan moral dan kerusakan pergaulan dapat diatasi. Negara yang berlandaskan Islam akan berperan aktif menjaga moral generasi, mendidik masyarakat dengan nilai-nilai yang benar, serta mencegah masuknya ide-ide yang merusak tatanan sosial dan moral.
Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab besar untuk terus menyuarakan pentingnya penerapan nilai nilai Islam dalam kehidupan. Pendidikan keluarga yang berbasis Islam menjadi langkah awal yang sangat penting untuk membentuk karakter anak sejak dini.
Orang tua harus menjadi teladan yang baik dan menanamkan nilai-nilai agama dalam setiap aspek kehidupan anak. Di lingkungan masyarakat, peran ulama dan tokoh agama sangat diperlukan untuk memberikan pemahaman yang benar tentang pentingnya menjaga moral dan pergaulan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Ceramah, kajian, serta kegiatan keagamaan lainnya dapat menjadi sarana untuk mengedukasi masyarakat dan memperkuat pemahaman mereka terhadap nilai-nilai Islam. Selain itu, para pemimpin dan pembuat kebijakan juga memiliki peran besar dalam upaya menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya generasi yang bermoral.
Kebijakan yang mendukung nilai-nilai Islam serta penegakan hukum yang tegas harus diterapkan untuk menjaga stabilitas moral dan sosial masyarakat.
Dengan bersinergi antara keluarga, masyarakat, dan negara dalam menerapkan nilai-nilai Islam, kita dapat mengatasi tantangan yang dihadapi akibat liberalisasi pergaulan. Generasi muda akan tumbuh sebagai individu yang berakhlak mulia, menjaga kehormatan diri, serta memiliki komitmen untuk menjalankan ajaran agama dalam kehidupan mereka. Mari bersama-sama berjuang untuk menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan kita.
Dengan menjaga pergaulan sesuai syariat, mendidik generasi muda dengan nilai-nilai yang benar, serta mendorong negara untuk menerapkan kebijakan yang mendukung moralitas, kita dapat menciptakan masyarakat yang beradab, bermartabat, dan diberkahi oleh Allah SWT. Wallahu’alam bishowab.[]
Comment