Penulis: Osami Putri Anelta | Mahasiswi
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Pidato Presiden Prabowo Subianto kepada negara-negara muslim untuk terus membela Palestina disampaikan secara terbuka dalam forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-11 Developing Eight Countries (D8), di Kairo, Mesir, Kamis (19/12/24).
Direktur Eksekutif Citra Institute, Yusak Farchan memandang bahwa pernyataan Prabowo tersebut menyinggung penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) di dunia yang tidak berlaku bagi negara-negara muslim. Seharusnya menjadi cambuk untuk bersatu menghentikan tindakan tersebut.
Ia memperhatikan bahwa, negara-negara muslim di dunia masih belum maksimal memberikan sikap konkret untuk melawan ketidakadilan penegakan HAM terhadap Palestina sebagai salah satu negara muslim di dunia (REPUBLIKMERDEKA, 22/12/24).
Ia meyakini bahwa, pernyataan Prabowo dalam KTT ke-11 D8 adalah imbauan untuk bersatu, khususnya untuk memusnahkan sikap tidak adil negara adidaya yang justru melanggar HAM, terhadap warga Palestina.
Ia melanjutkan bahwa Hak Asasi Manusia (HAM) dalam realitasnya sering tidak berlaku bagi negara muslim. Ia pun menyayangkan bahwa Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak asasi universal, berlaku untuk semua negara (REPUBLIKMERDEKA, 22/12/24).
Akibat tindakan israel, PBB atau UNICEF menyatakan bahwa sekitar 473 juta anak atau lebih dari satu dari enam anak diperkirakan tinggal di daerah konflik di seluruh dunia. Hal ini dinyatakan ketika konflik terus berkecamuk di seluruh dunia termasuk di Gaza, Ukraina dan di sejumlah tempat-tempat lainnya.
Genosida yang dilakukan israel yang menghancurkan Gaza, setidaknya ada 17.492 anak dilaporkan tewas dalam hampir 15 bulan konflik yang telah menghancurkan sebagian besar daerah kantong menjadi puing-puing.
Tren tahun 2024 menunjukkan peningkatan dalam pengungsian karena konflik telah meningkat termasuk di Haiti, Lebanon, Myanmar, wilayah Palestina, dan Sudan.(cnn.indonesia.com, 28/12/24).
Sampai kapan umat muslim mengalami penderitaan? Mengapa negara – negara muslim abai terhadap saudara – saudaranya sendiri? Negara muslim terpecah oleh teritorial sehingga muncul nasionalisme yang menjadi alasan untuk tidak membantu saudara-saudara muslim yang sedang dibantai secara kejam dan tidak manusiawi.
Atau ada sesuatu yang melekat pada hati-hati umat muslim akan cintanya terhadap dunia dan takut mati untuk membela nyawa saudara-saudaranya seakidah yang sedang habis-habisan dibantai penjajah?
Pembantaian yang terjadi di Palestina menunjukkan bahwa istilah hak asasi manusia (HAM) yang dijunjung PBB bersikap pilih kasih untuk hak-hak muslim di Palestina. Seolah-olah hak asasi yang mereka tetapkan itu adalah hak asasi untuk beberapa negara yang memberikan manfaat materi kepada mereka, bukan untuk negara muslim yang akan menghentikan hawa nafsu mereka.
Negara muslim hari ini tidak tahu mana lawan dan mana yang wajib mereka bantu, karena fatamorgana duniawi, mereka seolah tidak seakidah dengan saudara-saudaranya yang ada di Palestina.
Beberapa negara muslim hari ini, tidaklah independent (bebas) secara maknawi, mereka dikontrol oleh negara penjajah agar gerak-gerik negara muslim tidak merugikan tujuan mereka untuk menguasai dunia, dan mereguk keuntungan besar selama-lamanya.
Saat ini negara yang disebut adikuasa adalah Amerika Serikat. AS adalah negara yang mengusung cara pandang hidup kapitalis sekuler-liberal. Sehingga cara pandang hidup seperti ini tampak pula pada tindakan ataupun keputusan AS, dengan membantu para zionis laknatullah dengan menyediakan berbagai bom untuk membunuh warga Palestina.
Bagi AS berlaku istilah no free lunch, tidak ada yang gratisan. Keinginan mereka adalah mendapatkan keuntungan dan pencapaian materi duniawi. Para zionis laknatullah membunuh warga Palestina dengan membabi buta dengan berbagai bom yang disumbangkan oleh AS.
Upaya menghentikan para muslim di Palestina, bukan hanya dengan kecaman, retorika, donasi dalam bentuk makanan dan lain lain. Upaya ini hanya memperlambat kematian warga muslim di Palestina.
Ini bukan solusi tuntas dalam penyelesaian masalah yang terjadi di Palestina. Solusi yang tepat adalah tindakan sebagaimana yang dilakukan oleh para zionis laknatullah terhadap muslim di Palestina. Zionis biada ini hanya memahami bahasa kekerasan yang telah mendarah daging.
Namun dengan kondisi umat muslim yang dibatas-batasi oleh nasionalisme , menjadi penyebab negara muslim tidak mampu bergerak secara leluasa untuk membantu saudara-saudaranya yang seakidah dengannya.
Selain itu, beberapa negara muslim juga dijajah oleh AS yang menjadi kaki tangan Israel untuk mengecam beberapa negara muslim, agar tidak bertindak frontal melawan para zionis laknatullah.
Tidak bersatunya umat muslim sampai hari ini karena sebuah pandangan hidup yang meracuni berbagai macam sistem kehidupan manusia, terutama umat muslim yang menjauhkan umat muslim itu sendiri dari aturan agama.
Umat muslim mengikuti padangan itu dalam berkehidupannya dan mati kutu dengan kenikmatan semu berupa materi keduniawian yang hanya memuaskan hawa nafsu mereka secara fana.
Kemudian umat muslim yang disekat oleh batas-batas negara atau nasionalisme membuat mereka merasa berbeda dengan saudara-saudaranya yakni para muslim di Palestina.
Sistem ini jelas membuat umat muslim tidak saling kenal dengan saudara seakidah, tidak kuat lagi akidahnya alias rapuh, tidak tahu lagi mana yang harus dilawan dan dibela.
Dalam hal ini, Islam bukan sekadar agama yang mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, tetapi juga hubungan manusia dengan manusia lainnya, terutama saudara seakidah yaitu para muslim di Palestina.
Islam pernah berjaya dahulu di bawah satu pemerintahan global tanpa batas-batas nasionalisme dengan satu pemimpin yang disebut Kholifah. Umat Islam tidak mengenal negara muslim secara terpisah seperti sekarang.
Ketika umat muslim butuh bantuan maka kholifah menurunkan segera bala bantuan, apalagi yang menyerang umat muslim ini adalah musuh agama di dalam Islam, maka tidak ada peringanan ampunan atas hal tersebut, dalam hal ini para zionis laknatullah. Maka perang yaitu jihad fi sabilillah adalah solusi tuntas untuk menekan tindakan musuh musuh islam, menutup mulut-mulut mereka atas ujaran kebencian terhadap agama Allah ini, dan menghanguskan hati-hati mereka agar tiada terbersit lagi dendam terhadap agama Allah ini.
Satu satunya solusi untuk menyelesaikan masalah di Palestina adalah dengan bersatunya umat muslim di berbagai dunia untuk menegakkan satu kepemimpinan global berdasarkan Al-quran dan Sunnah sebagai pedoman utama, lalu menunjuk pemimpin negara (khalifah).
Dengannya segala sistem-sistem kehidupan manusia di dalam Islam, termasuk sistem kemiliteran Islam, untuk membantu saudara-saudaranya seakidah di Palestina berupa jihad di jalan Allah atau jihad fii sabilillah.
Dengan negara yang berlandaskan Islam itu akan secara tuntas menumbangkan musuh musuh Islam, sehingga penderitaan umat islam sedunia terhenti secara total dan permanen sehingga tinggallah kesejahteraan dan rahmat untuk alam semesta.[]









Comment