Tak ada Kawan dan Lawan Abadi yang ada Hanya Kepentingan Abadi, Belajar dari Kingmaker Movie dan Politik Indonesia

Opini1276 Views

 

Penulis: Khairiza Umami | Mahasiswi Institut Tazkia

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Ungkapan “ Tak ada kawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi” nampaknya selalu berkaitan erat dengan realitas dunia politik. Hubungan politik tidak dibangun atas dasar persahabatan sejati, melainkan lebih kepada kepentingan yang menguntungkan, karena tujuan yang awalnya selaras, pada akhirnya bisa berpisah atau berubah arah.

Realitanya begitu jelas, bagaimana hari ini di Indonesia, di mana aliansi dan hubungan yang terbentuk sering kali berdasarkan kepentingan sesaat bukan atas dasar prinsip yang konsisten.

Hal ini relevan dengan salah satu kisah yang dikemas melalui penyajian drama yang berasal dari Korea Selatan “Kingmaker” (킹메이커), yang menggambarkan bahwa dalam dunia politik hari ini tak ada kawan dan lawan yang abadi, yang ada hanya kepentingan abadi.

Film Korea bergenre politik ini, sangat menarik perhatian. Film ini menggambarkan bagaimana seorang ahli strategis politik, Seo Chang Dae, tidak hanya terikat oleh loyalitas pribadi, melainkan juga kepada kepentingan strategis yang dapat menguntungkan diri dan kliennya, calon presiden Kim Woon Beom, sampai dia memenangkan pemilu.

Seo bekerja dengan siapa saja yang dapat memberinya kekuasaan, maka kesetiaannya bersifat sementara, selama kepentingan itu masih menguntungkannya.

Tetapi ketika keuntungan tidak didapatkan dan tidak berpihak padanya, maka segala cara dapat dilakukan termasuk mengkhianati kawan, Seo Chang-Dae ketika jalan yang dipilih mulai bersebrangan dengan Presiden. Seo percaya bahwa cara-cara yang tidak dibenarkan adalah hal yang dibutuhkan dalam berpolitik termasuk manipulasi, sedangkan Kim Woon justru berpikir sebaliknya.

Pergolakan politik pun terjadi, Kim Woon pun terkhinati oleh Seo. Seo Chang Dae yang berada “di balik layar” turut diincar oleh partai lain yang berkuasa untuk turut membantu mereka dalam pencalonan berikutnya.

Film ini menggambarkan ungkapan bahwa tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan yang abadi. Film ini juga menggambarkan realitas politik yang sering kali mengutamakan tujuan dan ambisi pribadi, karena politik dikenal dengan alur yang sering berubah-ubah, terutama menjelang pemilu ataupun pergeseran kekuasaan.

Partai politik dan politisi sering kali membentuk koalisi dengan berbagai pihak yang sebelumnya dianggap rival, hanya demi mencapai tujuan tertentu.
Kawan yang dulunya menjadi musuh bisa saja berubah menjadi sekutu, jika memiliki kepentingan politik yang sejalan.

Dalam konteks komunikasi politik, film ini membahas tentang manipulasi, strategi dan pengaruh politik menjadi elemen kunci utama dalam meraih kekuasaan.

Dalam politik Islam, negara atau sistem pemerintahan berfokus pada kebaikan, kepentingan dan keadilan bagi seluruh rakyat, serta memperhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan. Karena politik Islam adalah mengurusi seluruh permasalahan masyarakat dengan perspektif Islam.

Islam mengajarkan bahwa setiap kebijakan politik yang diambil harus merujuk kepada syariah Islam dan dibimbing oleh wahyu bukan nafsu. Wallahu a’lam bisshowab.[]

Comment