Titik Nadir Penghinaan Islam

Opini433 Views

 

 

 

Oleh: Dinar Khair, Novelis

__________

RADARINDINESIANEWS.COM, JAKARTA — Kasus Holywings membuka tabir baru bagi kaum muslimin. Kasus ini juga menjadi titik nadir penghinaan terhadap Islam yang sampai detik ini belum menemukan keadilan yang layak.

Promo miras gratis bagi orang yang bernama Muhammad dan Maria yang dibuat oleh Holywings menjadi sorotan publik akhir-akhir ini. Sebuah nama yang sangat spesifik, menjadi simbol kesucian sebuah agama dijadikan bahan promosi bagi manajemen yang sudah tentu menjadi kontroversi.

Mendapat banyak sekali kecaman, para tersangka tersebut akhirnya dijerat pasal 14 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 1 tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana. Isi pasal ini terkait menyiarkan berita atau pemberitahuan bohong dan dengan sengaja menerbitkan keonaran di kalangan rakyat. [Suara.com]

Mereka juga terjerat pasal 156 atau pasal 156a KUHP, yang pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama. Tidak hanya itu, keenam tersangka tersebut juga dikenakan pasal 28 ayat 2 UU ITE.

Walau sudah diberi hukuman jerat pasal yang berlaku, namun kasus penghinaan agama terus menggelinding tak terkendali oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kemudian kaum yang menamakan diri mereka open minded pun maju ke tengah panggung, memberikan opini yang menyesatkan, membenarkan tindakan yang jelas-jelas sudah kelewat batas.

Agama Bukan Bahan Olokan

Bila ada yang berkata bahwa sebagian golongan yang marah ini adalah orang-orang yang ‘baperan’, tentu ini anggapan yang salah. Karena penghinaan terhadap simbol-simbol suci dalam sebuah agama tidak bisa jadi bahan olok-olokan siapa pun. Marah dalam kasus ini menjadi suatu hal yang wajar.

Perbuatan ini ternyata sudah banyak dilakukan sejak zaman Rasulullah. Seperti yang dinyatakan di dalam Al-Qur’an:

(وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ . لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ) التوبة/ 65،66

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (QS. At Taubah: 65-66)

Lalu peringatan pun termaktub dalam firman Allah:

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْراً مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْراً مِنْهُنّ) الحجرات/ 11

“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok)”. (QS. Al Hujurat: 11)

Demokrasi Hanya Ilusi

Kebebasan beragama nyatanya hanya bagian dari ilusi demokrasi. Bagaimana tidak, banyak sekali orang-orang yang mempermainkan agama Islam, menunjukkan kebenciannya, memberikan caci maki bahkan memperolok sesuatu yang menurut kaum muslimin hal yang suci, tetapi mereka tetap bisa bernapas lega setelah melakukan tindakan di luar batas tersebut.

Padahal demokrasi sendiri, konon kabarnya, melindungi agama apa pun, memperbolehkan siapa saja untuk memeluk agama yang mereka kehendaki tanpa pernah dipaksa. Namun, semuanya jadi terlihat ilusi karena senandung indah tersebut hanya bualan belaka.

Bila agama lain bisa mendapatkan perlindungan yang nyata, maka seharusnya Islam mendapatkan hak yang sama. Sangatlah wajar, bila banyak hati yang akhirnya terluka karena bagian paling suci dalam dirinya ditertawakan bahkan dijadikan bahan candaan.

Cukuplah firman Allah menjadi peringatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam kitabNya:

يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَن تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُم بَمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِءُوا إِنَّ اللهَ مُخْرِجُ مَاتَحْذَرُونَ

Orang-orang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka:

“Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan RasulNya)”. Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti. [at-Taubah/9 : 64].

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya, kamu selalu berolok-olok?” [at Taubah/9 : 65].

لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن طَائِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema’afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. [at- Taubah/9 : 66].

Sesungguhnya hanya syariat Islamlah yang melindungi, menghormati, dan menjaga penganut agama lain sebagaimana menghormati pilihan hidup manusia asalkan tidak menginjak kehormatan Allah dan Rasul-Nya.

Islam bukan hanya agama yang mengurus hubungan vertikal dengan Pencipta, tetapi lengkap bersama cara pandang hidup yang diemban manusia. Di satu sisi terdapat hukuman tegas yang Allah tetapkan, dan di sisi lain ada kasih sayang yang senantiasa selalu dicontohkan. Wallahualam bishawab.[]

Referensi : almanhaj.or.id, suara.com

Comment