Tren Childfree: Solusi Menghadapi Beban Hidup yang Makin Meningkat?

Opini82 Views

 

Penulis: Khairiza Umami l Mahasantri Cinta Quran Center

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Fenomena childfree, keputusan untuk tidak memiliki anak belakangan ini sebagaimana ditulis RRI.co.id (17/11/2024), menjadi tren yang semakin diminati di tengah masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. Disebutkan hasil survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang periode 2023, ada 72 perempuan Indonesia dengan rentang usia 15-49 tahun memutuskan untuk childfree (tidak memiliki anak).

Menurut laman antaranews (18/11/24) banyak hal yang menjadi latar belakang meningkatnya jumlah penganut childfree ini. Sala satu di antaranya ide bahwa menjaga hak sistem reproduksi wanita serta diklaim dapat memberi manfaat seperti pengurangan risiko sindrom ovarium polikistik (PCOS).

Selain karena dimasifkannya ide hak reproduksi, faktor utama lainnya adalah kebutuhan hidup yang harus dipenuhi semakin tinggi. Di tengah masyarakat kapitalistik yang menuntut kehidupan serba cepat, stabilitas finansial menjadi prioritas utama dalam keputusan berumah tangga.

Bagi banyak pasangan, memiliki anak dianggap sebagai beban ekonomi yang cukup besar. Belum lagi adanya tuntutan kebutuhan, sandang, papan dan pangan.

Mulai dari perumahan yang semakin mahal dan biaya pendidikan yang terus meroket. Kesulitan-kesulitan ini akhirnya membuat banyak orang merasa tidak mampu. Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa dengan memiliki anak, maka akan ada biaya mahal yang harus dibayar. Banyak aspek sosial, ekonomi, bahkan psikologi yang harus dikorbankan dalam parenting.

Ide childfree kian populer bahkan sampai menjadi tren, karena ide feminisme yang diklaim mengedepankan hak perempuan atas tubuh dan piihan hidup mereka “my body is my choice” atau “tubuhku, pilihanku” telah diterima secara luas yang mencakup hak sepenuhnya kepada perempuan untuk memutuskan apakah ingin memiliki anak atau tidak.

Hal ini juga didukung dengan pola pikir liberal yang menekankan kebebasan individu dan kebebasan dalam pengambilan keputusan.

Sekulerisme dan Pandangan terhadap Rezeki

Berkembangnya ideologi sekulerisme semakin mendukung fenomena childfree di masyarakat. Sekulerisme memandang fenomena childfree tidak perlu dikaitkan dengan ajaran agama.

Sekulerisme sering kali mengabaikan konsep rezeki atau ketentuan Pencipta dalam kehidupan manusia. Keputusan hidup lebih banyak didorong oleh logika materialisme, seperti asas manfaat semata atau kesenangan pribadi dan mengesampingkan ajaran Islam.

Hidup dianggap sebagai perjuangan manusia yang bergantung pada kemampuan diri sendiri, tanpa meyakini adanya konsep takdir atau ketetapan Allah, termasuk konsep rezeki karena tidak bergantung kepada keyakinan bahwa Allah akan menyediakan rezeki bagi setiap makhluk-Nya.

Memiliki anak menurut ide sekuler seringkali hanya dilihat sebagai beban finansial atau gangguan terhadap kebebasan pribadi. Lebih miris lagi, negara memberi ruang kepada paham rusak yang sudah jelas bertentangan dengan ajaran Islam ini dengan alasan hak asasi manusia (HAM).

Keputusan untuk mengambil sikap childfree dengan alasan HAM dianggap sebagai pilihan pribadi yang dilindungi oleh hukum negara, tanpa mempertimbangkan pandangan sosial, terlebih lagi pandangan agama.

Alasan ini semakin membuat manusia jauh dari fitrah dan menyelisihi akal serta agama. Padahal dalam perspektif Islam, memiliki anak adalah amanah dan anugerah terindah, yang seharusnya dijalani dengan penuh tanggung jawab, bukan dianggap sebagai beban.

Perspektif Islam tentang Childfree

Islam diturunkan agar menjadi rahmat bagi seluruh alam dengan seperangkat aturan yang sempurna untuk memecahkan segala macam problematika kehidupan.

Islam memiliki seperangkat aturan dengan beberapa maqâsid al-syari’ah atau tujuan syariah. Sala satunya adalah pemeliharaan keturunan. Dalam perspektif Islam, anak merupakan bagian dari berkah dan ladang pahala bagi orang tua jika mendidik dan mengasuh dengan baik dan benar.

Memiliki anak bukanlah beban, melainkan amanah dan tanggung jawab yang diberikan oleh Allah. Anak  membawa kebaikan dan kebahagiaan  dunia – akhirat.

Islam menjamin kesejahteraan. Konsep rezeki dan takdir menjadi bagian penting dalam kehidupan. Islam dengan seperangkat aturan yang sempurna dan rambu-rambu syariahnya menguatkan akidah. Islam menolak ide-ide yang bertentangan dengan akidah Islam, termasuk childfree.

Islam mengajarkan bahwa rezeki dan takdir hidup adalah urusan Allah. Anak merupakan bagian dari keharmonisan hidup keluarga. Memiliki anak bisa menjadi sarana untuk meraih keberkahan hidup.

Oleh karena itu, konsep childfree bertentangan dengan prinsip-prinsip dalam Islam yang mendorong umatnya untuk menikah dan memelihara keturunan.

Pendidikan Islam sebagai Penguat Akidah

Pendidikan Islam memainkan peran penting dalam upaya menjaga agar umat tetap berada dalam jalur akidah yang benar dan menghindari pengaruh pemikiran yang bertentangan dengan konsep ajaran Islam. Melalui pendidikan yang berbasis pada konsep ajaran Islam, akan menghalangi penyebaran ide-ide yang bertentangan dengan ajaran Islam, termasuk dalam hal ini ide childfree.

Negara wajib mengambil peran untuk melindungi masyarakat dari pengaruh paham yang merusak, memberi penjagaan dan benteng agar masyarakat tidak tercekoki dengan ide yang bertentangan dengan Islam. Selain itu, islam tidak memberi ruang kepada paham yang merusak ini dengan alasan HAM dan kebebasan, karena sejatinya hidup bukan hanya soal kebebasan pribadi, melainkan juga soal amanah, tanggung jawab, dan keberkahan hidup yang hanya dapat diperoleh dengan meraih ridho-Nya.

Dengan diimplementasikannya aturan Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara akan memberi banyak kebaikan dan ketenangan bagi seluruh umat manusia. Wallahu a’lam Bi Showwab.[]

Comment