Andrie Wongso: Utamakan Profesionalisme Kerja

Berita413 Views
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Alkisah di sebuah negeri, ada seorang pelukis yang sangat
terkenal karena lukisannya yang halus, teliti, dan detail. Ia bisa
melukis dengan indah, apapun apapun objek lukisannya. Raja sangat
menyukai dan mengagumi karya-karya si pelukis. Sebagai tanda
penghormatan, penghargaan, dan keinginan untuk mengabadikan karya seni
seorang seniman besar yang pernah ada di negeri itu, raja bermaksud
membuatkan sebuah monumen besar. Kata Raja, nantinya di atas monumen itu
terpampang lukisan yang akan dikerjakan oleh si pelukis.
Raja amat berharap, seluruh rakyat negeri itu akan mengenang dan
menikmati karya seni yang tinggi hingga bertahun-tahun ke depan, sampai
ke generasi selanjutnya.
”Baiklah, hamba akan memenuhi harapan baginda,” janji si pelukis.
Setelah monumen selesai dibangun dan berdiri dengan megahnya di
tengah kota, si pelukis mulai bekerja keras mengerjakan proyek besar
ini. Ia membuat sketsa kasar, menghaluskan, dan menambahkan berbagai
ornamen cantik di sana-sini. Kemudian, dia membuat campuran berbagai
macam cat warna; lalu mengoleskannya di atas sketsa dengan saksama.
Kegiatan pelukis ternama ini segera menarik perhatian masyarakat
sekitar. Setiap hari, mereka bergantian berkerumun di sekitarnya dan
dibuat terkagum-kagum atas lukisan besar yang sedang dibuat itu.
Akhirnya, pada suatu hari, lukisan besar nan indah itu selesai
dikerjakan. Namun, setiap hari si pelukis tetap datang ke tempat lukisan
itu berada. Ada saja detail yang dibenahinya. Pokoknya, mahakarya itu
serasa belum bisa memuaskan si pelukis.
Setelah beberapa waktu lamanya, teman si pelukis yang ikut membantu
pekerjaan besar itu datang kepadanya. Ia segera menyapa dan bertanya
kepadanya, ”Hai, begitu lama kamu mengerjakan proyek ini. Lihat,
lukisanmu ini ada di atas bangunan yang begitu tinggi! Orang-orang yang
menikmati lukisanmu memuji keindahannya.”
Sang teman berhenti sebentar, memandangi lukisan indah yang besar itu
dengan teliti. Katanya lagi, “Mereka yang berkunjung, tidak melihat
sedikitpun kekurangannya. Sudahlah, anggap saja proyek besar ini telah
selesai dengan tuntas. Dari tempat yang begitu tinggi, jika ada
kekurangan sedikit-sedikit, memangnya siapa yang akan tahu?”
”Yang tahu kekurangannya adalah aku dan Sang Mahakuasa,” jawab si
pelukis serius. ”Tahukah kamu, sebenarnya melukis sama seperti menjalani
kehidupan ini. Setiap perbuatan atau kesalahan yang kita lakukan, belum
tentu orang lain tahu. Akan tetapi, setidaknya kita sendiri yang tahu
dan pastinya Dia juga tahu. Menurutku, jika ingin hasil kerja yang
terbaik, kerjakan sebaik-baiknya, semaksimal mungkin. Bukan atas dasar
penilaian orang lain. Sama dengan keinginan untuk berbuat baik, lakukan
saja dengan penuh ketulusan.”
pelukis
The Cup of Wisdom
Profesionalisme
adalah sikap kerja yang mandiri, berdedikasi, dan menginginkan hasil
yang maksimal dengan bekerja sebaik-baiknya. Sebaiknya, kita bekerja
dengan profesional—bekerja keras bukan atas dasar penilaian orang lain
semata, tetapi karena memang standar kualitas kita yang unggul.
Cerita di atas juga bisa dikaitkan dengan sikap kita dalam menjalani
kehidupan ini. Kita pasti pernah berbuat salah. Mungkin tidak ada orang
yang tahu, tetapi sekurang-kurangnya kita dan Tuhan—tempat kita
mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita hingga akhir kehidupan
ini—tahu.
Mari, jalani segala proses kehidupan ini dengan berjuang maksimal, penuh ketulusan dan rasa syukur.[AW]

Berita Terkait

Baca Juga

Comment