RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Penderitaan yang dialami kaum muslimin di berbagai belahan dunia baik di Palestina, Suriah, Uyghur, Rohingya serta wilayah lain seakan tidak ada habisnya.
Berbagai kekerasan, penindasan, hingga pembunuhan masal terus menerus dilakukan oleh para kafir durjana kepada mereka yang memilih Islam sebagai agama.
Terkhusus pada konflik Palestina- dengan penjajah Israel banyak menarik perhatian dan empati dari berbagai lembaga kemanusiaan dunia seperti PBB dan sebagainya.
Tak sedikit pula yang memberikan solusi agar Palestina bisa bebas dari penjajahan Israel, dengan harapan agar warga Palestina bisa hidup dengan tenang dan aman tanpa ada tekanan. Tak terkecuali Amerika Serikat sebagai negara adidaya yang menjadi pusat perhatian dunia saat ini, keterlibatannya dalam konflik Palestina-Israel tentu tak bisa dipisahkan.
Presiden Amerika Serikat Donal Trump seperti dikutip minanews.net, memberikan usulan rencana perdamaian antara Palestina dan Israel yang disebut juga “Kesepakatan Abad Ini”.
Secara garis besar beberapa isi dari proposal Kesepatakan Abad Ini yaitu, warga Palestina harus mengakui keberadaan warga Israel atas Lembah Sungai Jordan yang sebagiannya berada di wilayah Tepi Barat.
Palestina harus mengakui Al-Quds yang menjadi ibukota Israel dengan itu Trump akan memberikan kompensasi terhadap Palestina yaitu, dalam proposalnya seperti dikutip minanews.net, Trump menyebutkan bahwa Palestina akan diakui kedaulatannya, serta akan diberikan dana sebesar 50 Milyar Dollar AS yang dibayarkan dalam kurun waktu 10 tahun untuk membangun ekonomi negara.
Setelah mendengar proposal tersebut, secara tegas presiden Palestina Mahmoud Abbas menolak keras perdamaian yang diusulkan Trump, dengan menyatakan tidak mungkin mereka punya negara sendiri tanpa ibukota di Yerussalem Timur sebagaimana dikutip pada laman kompas.com,(22/2/2020)
“Kami sudah mengatakannya berulang kali. Tidak, tidak, tidak,” kecam Abbas. “Kami sudah menolak tawaran ini dari awal, dan keputusan kami sudah tepat,” lanjutnya. “Saya katakan kepada Trump dan Netanyahu. Yerusalem tidak untuk dijual, semua hak kami tidak untuk dijual dan tidak untuk tawar-menawar,” kata Abbas. Dalam pidato yang disiarkan televisi dari Ramallah di Tepi Barat seperti dikutip kompas.com.
Tidak menolak begitu saja, Mahmoud Abbas turut meminta upaya negosiasi baru untuk perdamaian Palestina – Israel. Ia pun menyatakan sikap kesediaannya untuk bernegosiasi dengan Israel.
Pada laman yang dikutip suaraislam.id 12/02/20, ia mengatakan “Saya siap untuk memulai negosiasi, karena saya selalu siap, jika kita memiliki mitra di Israel yang siap untuk perdamaian, siap untuk negosiasi di bawah sponsor Kuartet internasional dan berdasarkan parameter yang disepakati secara internasional,” ungkap dia.
Melihat fakta di atas menunjukkan bahwa proposal yang diusulkan Trump, hanya akan membawa keuntungan bagi Israel karena dapat mengklaim wilayah Palestina lebih luas.
Pada hakikatnya isi kesepakatan abad ini bukanlah untuk perdamaian bagi Palestina melainkan ingin merebut tanah Palestina seluruhnya dari tangan kaum muslimin.
Walaupun diberi janji akan merdeka dengan diakuinya kedaulatan Palestina, itu tidak akan berarti jika tempat suci kaum muslimin Baitul Maqdis berada di bawah kendali Israel.
Sikap kesediaan presiden Palestina bernegosiasi pada pihak Israel untuk menempuh perdamaian juga tidak tepat. Karena sudah dipastikan pihak Israel tidak akan murni berdamai dengan kaum muslimin Palestina.
Dalam hati mereka sudah tertanam kebencian yang amat dalam kepada Islam dan kaum muslimin. Allah SWT berfirman : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu (Al Baqarah : 120).
Maka dengan begitu, jelas bahwa “Kesepakatan Abad Ini” tidak akan mampu menghantarkan perdamaian antara Palestina dengan Israel. Begitupun dengan mengadakan perjanjian dengan pihak Israel atau lembaga internasional lainnya untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel tidak akan pernah terjadi.
Solusi-solusi yang diberikan untuk kebebasan rakyat palestina hanyalah kebebasan semu dan berharap kemerdekaan bagi Palestina dengan perjanjian bersama Barat adalah sebuah ilusi.
Sesungguhnya masalah Palestina adalah masalah umat Islam, tanah Palestina bukanlah hanya milik warga palestina melainkan milik kaum muslimin.
Maka wajib bagi kaum muslimin peduli atas penderitaan yang dialami saudara seimannya di sana. Serta menjadi keharusan kaum muslimin untuk menjaga dan merebut kembali tanah Palestina dari tangan kafir Israel.
Sudah menjadi kebutuhan pokok Palestina ialah mendapatkan bantuan militer untuk mengusir penjajah dari tanah mereka.
Namun saat ini negeri-negeri muslim yang memiliki militer kuat berdiam dan menutup diri, tidak ada yang mengirimkan bantuan militernya dan hanya melontarkan kecaman-kecaman pada aktivitas Barat.
Maka Palestina membutuhkan bantuan militer untuk bebas dan merdeka. Hanya Khilafah yang mampu mengirimkan pasukan militer dengan semangat jihad dan membebaskan warga Palestina dari genggaman Israel.
Dengan demikian solusi tuntas membebaskan Palestina ialah hanya dengan jihad dan Khilafah. Wallahu’alam Bisshawab.[]
*Mahasiswi
Comment