Penulis: Diana Nofalia, S.P. | Aktivis Muslimah
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Bencana kembali menghiasi berita dalam negeri.
Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Sukabumi, hingga Sabtu (7/12/2024) pukul 17.30 WIB, setidaknya ada 328 titik bencana yang tersebar di 39 kecamatan.
Deden Sumpena, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi, menjelaskan bahwa jenis bencana yang terjadi di tiap kecamatan sangat bervariasi, dengan tanah longsor, banjir, angin kencang, dan pergerakan tanah menjadi bencana utama yang merusak. (https://www.detik.com/jabar/berita/d-7676363/porak-poranda-sukabumi-dikepung-bencana)
Bencana banjir bandang di Sukabumi seperti ditulis jawapos.com dipastikan akibat pendangkalan sungai. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) berupaya melakukan pengerukan terhadap sejumlah sungai di Sukabumi. 12 alat berat dikerahkan menormalkan berbagai sungai.
Seperti biasanya akan ada pihak-pihak yang berdalih bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam. Tapi apa benar, semua ini hanya dilatarbelakangi oleh faktor alam?
Eksploitasi alam atas nama pembangunan telah mengenyampingkan segala hal yang pada dasarnya dapat merusak lingkungan. Demi keuntungan sekelompok orang ataupun oligarki dengan dalih investasi telah merusak lingkungan dan berakhir pada kerugian masyarakat banyak dan bahkan menimbulkan kematian akibat lingkungan yang sudah tak ramah lagi untuk dihuni.
Ulah tangan-tangan manusia yang “rakus” mengakibatkan bencana kembali berulang. Tambah lagi pencegahan dan penanganan atas bencana tersebut tidak ditangani dengan aturan yang tepat, sehingga bencana di musim hujan seperti seakan-akan hal yang wajar terjadi dengan dalih faktor alam.
Dalam surah Ar rum ayat 41-42 Allah berfirman yang berbunyi:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
Ayat tersebut diturunkan untuk menegaskan bahwa ulah manusialah yang menjadi penyebab berbagai kerusakan yang terjadi di darat dan bahkan di laut. Dalam ayat tersebut Allah juga memperingatkan manusia untuk kembali ke jalan yang benar.
Saatnya masyarakat dan pemimpin negeri ini muhasabah. Tata kelola lingkungan dan aturan yang diterapkan selama ini apakah sudah sesuai dengan aturan yang Allah perintahkan?
Jangan-jangan kita sebagai hamba sudah melampaui batas kehambaan dengan menciptakan aturan-aturan sendiri sehingga aturan tersebut bukannya menyelesaikan permasalahan-permasalahan akan tetapi malah memperparah persoalan yang ada.
Kepemimpinan Islam akan membangun tanpa merusak sehingga bencana bisa diminimalisir. Negara berperan sebagai raa’in dan junnah sehingga rakyat hidup sejahtera penuh berkah. Aturan syariat Islam yang diterapkan akan menjadi rahmat bagi alam semesta karena aturan tersebut berpijak pada ketakwaan individu, masyarakat dan negara. Dan kondisi ketakwaan secara menyeluruh inilah yang senantiasa mendatangkan rahmat, seperti yang difirmankan Allah dalan surah Al-A’raf ayat 96 yang berbunyi:
Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Dengan demikian sudah saatnya kita introspeksi dan bertobat. Disamping itu juga berupaya agar aturan yang diterapkan sesuai dengan syariat yang Allah perintahkan kepada umat manusia. Wallahu a’lam.[]
Comment