Childfree dan Dampak Buruk Terhadap Populasi, Belajar dari Jepang dan Korsel

Opini144 Views

 

Penulis: Tia Ummu Balqis | Ibu Pembelajar

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Belakangan ini fenomena childfree (memilih hidup tanpa anak) semakin diminati, khususnya di kalangan perempuan muda. Dalam kondisi sulitnya memenuhi kebutuhan ekonomi, childfree dianggap dapat meringankan beban. Terlebih lagi, childfree adalah hak yang diberikan kepada setiap individu.

Berdasarkan data BPS terbaru, seperti ditulis rri.co.id (15/11/2024), sekitar 8,2 persen perempuan Indonesia usia 15 hingga 49 tahun memilih tidak memiliki anak. BPS mencatat fenomena childfree meningkat di wilayah urban, dengan Jakarta mencapai angka tertinggi 14,3 persen. Tren ini semakin kuat pasca-pandemi Covid-19, dengan perempuan memilih fokus pada karier atau pendidikan karena ekonomi dan kesehatan.

Adapun maraknya childfree terjadi karena beberapa sebab. Di antaranya beban hidup semakin tinggi membuat perempuan merasa resah menjadi seorang ibu. Kehadiran buah hati bukan lagi sesuatu yang diimpikan, melainkan dianggap malapetaka dalam kehidupan.

Bagaimana tidak, kondisi ekonomi masyarakat dalam sistem kapitalisme-sekularisme semakin hari semakin terjepit. Hidup tanpa anak saja sudah sangat sulit, ditambah lagi dengan kehadiran anak. Sehingga childfree dianggap solusi yang dapat meringankan beban hidup.

Tuntutan pekerjaan juga merupakan salah satu alasan untuk childfree. Anak dianggap menjadi penghalang dalam meniti karier. Pekerjaan diangggap lebih utama dibandingkan harus mengurus anak. Berbagai macam alasan ini, berjuang pada childfree.

Ada banyak negara di dunia, yang masyarakatnya memilih childfree. Seperti Jepang, Korea Selatan dan negara-negara maju lainnya. Hal ini menjadi masalah bagi pemerintahan Jepang maupun Korea Selatan. Tersebab, maraknya childfree akan menghantarkan pada krisis populasi dan ancaman besar bagi sebuah negara.

Di Jepang, pemerintah telah menyiapkan sederet tunjangan untuk membantu masyarakat secara finansial jika memiliki anak. Pasangan yang memiliki anak diberikan uang tunai, mulai dari bantuan bulanan hingga perumahan bersubsidi dan taksi gratis. Tagihan rumah sakit, meski hanya bagi mereka yang sudah menikah.

Namun kebijakan-kebijakan tersebut tetap tidak menggoyahkan pilihan para wanita untuk punya anak. Childfree telah menjadi komitmen mereka.

Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim, sudah mulai terjebak dengan tren ini tanpa mempedulikan akibat dan dampak memilih childfree. Apabila hal ini tidak dihentikan, maka kita akan bernasib sama dengan negara jepang, korsel, dan negara barat lainnya.

Dalam pandangan Islam, menjadi seorang ibu adalah tugas yang sangat penting dan mulia. Penghargaan atas jasa seorang ibu adalah ditempatkannya surga berada di bawah telapak kakinya. Ini sungguh berbeda dengan cara pandang kapitalisme-sekuler termasuk feminisme, yang selalu memandang sebelah mata peran seorang ibu. Menjadi ibu rumah tangga dianggap menghalang karier. Sehingga, jadilah banyak perempuan tidak percaya diri dengan tugas mulianya.

Islam memberi jaminan agar peran ibu dapat dilaksanakan dengan baik. Mulai dari mengandung, melahirkan, mengasuh hingga mendidik anak-anaknya. Islam memerintahkan setiap ayah dan wali untuk bekerja agar dapat menafkahi istri dan anak- anaknya. Tentu hal ini didukung oleh negara.

Negara yang dengan konsep Islam, akan membuka lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya kepada para suami/laki-laki. Dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan, akan mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi seorang istri tidak mau punya anak karena alasan ekonomi.

Selain itu, dalam Islam, negara atau pemerintah menjamin seluruh kebutuhan masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan dan keamanan secara gratis sehingga para ibu tidak perlu khawatir bagaimana masa depan anak-anaknya.

Walhasil, fenomena childfree tentu tak akan terjadi dalam pemerintahan dengan konsep islam. Masyarakat tak perlu resah dengan banyaknya anak bahkan kaum perempuan berlomba-lomba ingin banyak anak sebagaimana anjuran Nabi.

Dengan banyaknya anak dan senantiasa dididik dengan pemahaman Islam, maka akan melahirkan generasi tangguh dan kuat. Wallahu alam.[]

Comment