Demi Vespa Sang Ibu Rela Jual Anak Perawan 

Opini118 Views

 

Penulis: Luthfiah Jufri, S.Si, M.Pd | Anggota Dharmayukti Karini Cabang Polewali

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, . . . “(TQS: An-Nisa : 9)

Peradaban barat telah membabat habis Wahyu ILAHI sebagai Ilmu tertinggi. Sekularisasi ilmu pengetahuan menjadikan sebagian para Ibu kehilangan iman dan identitasnya sebagai ibu generasi penakluk peradaban Islam.

Seperti kasus yang terjadi di Sumenep, Jawa Timur, seorang ibu berinsial E (41) tega mengantarkan anak kandung kepada selingkuhannya J (41) untuk disetubuhi demi mendapatkan motor Vespa sebagaimana ditulis dalam laman  okezonenews.com (2/9/2024).

Menurut AKP Widiarti Kasi Humas Polres Sumenep, Senin (2/9/2024), ibu korban merayu anaknya agar mau melakukan hubungan intim dengan lelaki tersebut yang berprofesi sebagai kepala sekolah. Dia berjanji akan memberi motor keinginan korban asalkan mengikuti permintaanya. Si anak pun (13) menyetujuinya.

Sungguh miris kondisi generasi saat ini lemah akibat peran ibu sebagai pendidik nyaris kehilangan naluri dan rasa takut kepada Allah sebagaimana telah sebutkan pada ayat di atas.

Perbuatan ibu ini tidak lagi diukur pada keimanan dan nilai luhur kemanusiaan, sehingga naluri si ibu yang seharusnya merawat dan menjaga anak berubah dan menyimpang demi materi.

Di sini, peran seorang ibu sangat penting. Karena tidak mungkin anaknya melakukan hal tersebut jika ibu tidak membujuk atau bisa jadi mengancam. Kini, anak tersebut dikabarkan mengalami trauma psikis karena kejadian ini terus berulang dan mengarah pada rudapaksa.

Tidak heran jika kasus pencabulan/rudakpaksa banyak dan terus terjadi dengan motif yang nyaris sama yaitu persoalan perut dan gaya hidup hedonisme yang didorong oleh kapitalisme sekuler.

Sekulerisme menjauhkan aturan agama dari kehidupan sehingga bebas melakukan apa saja selama itu tidak berkaitan dengan ibadah ritual. Masyarakat sekuler tidak berpijak pada aturan halal dan haram. Dalam konsep ini, mendapatkan materi dengan jalan perzinahan tidak ada masalah yang penting sama-sama mau dan menguntungkan.

Padahal sudah sabgat jelas bahwa Islam mengharamkan zina. Bahkan, karena dampaknya buruk, mendekatinya saja dilarang dan disebut sebagai fasaa-a sabiila (jalan yang buruk).

Pelaku zina dihukum berat bahkan sampai hukuman mati namun negara sekuler tidak punya konsep dan hukum yang dapar menjauhkan rakyatnya dari zina. Tidak aneh jika kejahatan seksual marak dan merebak.

Sebagai Ibu Generasi Penakluk, seorang ibu mendidik anak menjadi generasi tangguh dan kuat menghadapi tantangan. Mengajarkan anak perempuan menjadi perempuan yang mulia. Namun, kapitalisme sekuler menempatkan perempuan layaknya barang komoditi yang bisa ditukar dan diperjualbelikan.

Dalam Islam, orang tua wajib menjaga kehormatan anak dan wajib memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga istri tidak akan selingkuh karena nafkah lahir-batin dipenuhi suaminya. Ibu pun tidak akan menjual anaknya demi motor Vespa.

Ayah wajib mendidik dan memerintahkan istri dan anaknya menutup aurat sebagai bentuk penjagaan kehormatan.  Suami tidak boleh membiarkan istri dan anaknya berdua-duaan dengan laki-laki selain suami atau mahrom mereka.

Dalam Islam, negara dan atau pemerintah menerapkan aturan sehingga tidak terjadi campur baur laki-laki dan perempuan dalam kehidupan umum, kecuali saat ada keperluan, seperti layanan kesehatan, pendidikan, jual beli, saksi peradilan, dan sebagainya.

Selain itu, negara juga wajib memenuhi kebutuhan primer masyarakatnya. Karena membiarkan kemiskinan dalam sebuah keluarga justru akan menjadi pemicu kejahatan lain. Jadi, negara harus menjamin setiap kepala keluarga mampu menafkahi keluarga.

Insya Allah Islam mampu menyelesaikan kejahatan/keburukan selama ada upaya umat Islam untuk menerapkan kembali seluruh syariat Allah sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi kita, Muhammad saw. Wa’allahu’alam biishowab.[]

Comment