Elisa Salsyabila Lukmayanti*: Islamofobia, Virus Kebangkitan Islam

Opini592 Views

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Kasus penistaan terhadap agama Islam terjadi lagi. Jelas hal tersebut sangat menyakiti perasaan umat muslim. Seolah hal yang sepele, kasus semacam ini terus bermunculan. Syari’at, Al-Qur’an dan Nabi kerap menjadi sasaran empuk bagi para penista.

Dikutip dari newsdetik.com (29/08/2020), pada Jumat malam (28/08/2020), Malmo yang merupakan ibu kota Swedia, rusuh. Penyebabnya adalah adanya kemarahan dari sebuah kelompok demonstran yang dipicu karena pembakaran Al-Quran.

Para pengunjuk rasa yang sebagian besar Muslim imigran mengamuk. Mereka melempari polisi Swedia dengan batu, membakar ban dan berbagai aksi kekerasan lainnya.

Sekitar 300 demonstran anti-Islam berkumpul di sepanjang Jalan Raya Tama di Malmo. Nahasnya, demo yang terkait protes anti-muslim ini berujung pembakaran kitab suci Al-Quran.

Ketegangan pun terjadi ketika Rasmus Paludan, pemimpin partai garis keras anti-imigran Denmark yang tahun lalu membakar Al-Qur’an -yang dibungkus dengan bacon yang biasa terbuat dari daging babi dan haram bagi umat Islam- ini melakukan perjalanan ke Malmo untuk berbicara dalam aksi anti-Islam itu, yang dimana diadakan pada hari yang sama dengan ibadah sholat Jumat.

Tetapi pihak berwenang mencegah kedatangan Paludan dengan mengumumkan bahwa dia telah dilarang memasuki Swedia selama dua tahun. Dia kemudian ditangkap di dekat Malmo.

Menanggapi peristiwa yang terjadi di Swedia, MUI meminta pemerintah kedua negara untuk menindak tegas pelaku sesuai hukum yang berlaku. “MUI mengutuk keras perilaku vandalisme berupa pembakaran kitab suci Al-Qur’an oleh kelompok radikal dengan dalih apapun namanya. Meminta kepada pemerintah dua negara di Skandinavia tersebut agar mengambil tindakan tegas terhadap para pelakunya secara cepat sesuai dengan hukum yang berlaku guna menghindari akses negatif di kemudian hari,” kata Waketum MUI, Muhyiddin Junaidi. (detiknews.com 31/8/2020).

Nampaknya Islamofobia masih menjangkiti dunia ini, khususnya dunia Barat. Karena membangun narasi bahwa munculnya Islamofobia adalah akibat ulah kaum muslim sendiri.

Aktivis liberal mengatakan bahwa salah satu sebab munculnya Islamofobia di Eropa adalah akibat adanya beberapa serangan bom mematikan oleh para jihadis muslim di Eropa yang dikampanyekan sebagai teroris.

Tak hanya itu mereka juga mengatakan Islamofobia yang muncul di Eropa disebabkan oleh banyaknya pendatang asal dari Timur Tengah yang jelas hampir semua beragama Islam, kemudian mereka mengasosiasikan kebenciaannya terhadap para pendatang tersebut kepada kaum muslim.

Mereka berpandangan bahwa pendatang muslim telah secara konsisten menunjukan diri mereka sbagai pihak yang paling tidak mampu menyesuaikan dan berinteraksi, harusnya mereka mau beradaptasi dengan nilai-nilai budaya barat namun nyatanya sulit diwujudkan. Jadi menurut mereka wajar jika barat menganggap pendatang muslim bukan bagian dari mereka karena mereka tidak mau membaur.

Narasi yang dibangun oleh barat itu sengaja mereka bangun terhadap Islam dan kaum muslimin tentang stigma buruk akan ajaran Islam dan keberpegangteguhan kaum muslimin terhadap syariat Islam.

Maka makin terasa dan semakin gencar Islamofobia ini karena derasnya opini narasi tersebut. Islamofobia nyatanya memang sengaja dihadirkan oleh barat untuk menjauhkan umat manusia dari Islam dan menjauhkan umat dari kemuliaan yang sebenarnya jelas tak akan mungkin diraih dengan sistem kapitalisme yang sangat rusak dan sangat merusak.

Namun ada satu hal yang jelas terbaca dari semua fenomena politik terkait isu radikalisme dan terorisme ini. Bahwa virus Islamofobia sudah menjalar sedemikian rupa dalam tubuh rezim penguasa dan kini terus ditularkan pada seluruh level masyarakat dengan berbagai cara. Targetnya hanya satu, yakni mencegah kebangkitan Islam politik dan memberangus para pejuangnya.

Memang sejatinya, kebangkitan Islamlah yang menjadi ancaman utama bagi langgengnya kepemimpinan sistem kapitalisme global, sekaligus menjadi ancaman bagi sekelompok elit dan segelintir para kawannya yang diuntungkan dari tegaknya sistem batil itu.

Sehingga terang terlihat bahwa Islam politik dan khilafah adalah sasaran bidik sebenarnya. Untuk itu, ikhtiar monsterisasi dan kriminalisasi terhadap ide dan pengembannya terus dilakukan agar umat menjauh. Bahkan ikut bersama memeranginya, dengan menebar virus Islamofobia.

Padahal sejatinya Islam adalah rahmatan lil ‘alamin. Dan kerahmatan itu hanya akan terwujud jika Islam diterapkan dengan penuh keimanan. Sebagaimana sejarah telah membuktikan betapa ketika umat konsisten menjalankan hukum-hukum Islam dan menerapkannya sebagai sistem kehidupan.

Islamofobia harus dilawan. Caranya, dengan konsisten melakukan penyadaran tanpa kekerasan. Seraya berhusnudzan dan berharap Allah Swt. akan terus memberikan pertolongan. Sungguh Allah Swt. telah menjanjikan bahwa bandul sejarah di akhir zaman akan kembali kepada umat Islam.

Berbagai prediksipun menyatakan demikian. Sehingga sekeras apapun upaya membungkam dakwah Islam, pasti akan menemui kegagalan. Wallahu’alam bishawab.[]

*Mahasiswi

Comment