Fenomena Anak Durhaka, Pertanda Apa?

Opini138 Views

 

 

 

Penulis: Heidy Sofiyantri | Ibu Rumah Tangga, Guru Al Quran

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Laman liputan6.com (23/6/24) mengungkapkan, di sebuah toko perabot kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur seorang pedagang ditemukan tewas. Hasil penyelidikan pihak kepolisian ternyata pelakunya adalah anak kandungnya sendiri berinisial K dan P  (16) dan (17). Mereka lakukan lantaran sakit hati kedapatan mencuri uang dan dimarahi korban. Dua putri kandung itu kemudian membunuh ayahnya dengan cara menusukan sebilah pisau.

Begitu pun yang terjadi di Lampung. Kasus pembunuhan ini dilakukan oleh seorang anak SPA (19) di Pesisir Barat, Lampung. Peristiwa berawal dari korban yang meminta diantarkan ke kamar mandi. Karena kesal dengan permintaan ayahnya itu sang anak tega melakukan penganiyaan terhadap ayahnya yang sedang menderita strok hingga tak sadarkan diri dan penuh darah. Sempat dirawat inap, namun keesokan harinya korban meninggal dunia seperti ditulis liputan6.com (21/6/24).

Anak durhaka adalah julukan yang pantas untuk para remaja yang tak punya hati dan tega membunuh orang tua kandungnnya sendiri. Tindakan kejahatan ini menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.

Fenomena ini merupakan efek dan ekses sekulerisme yang telah begitu kuat mempengaruhi dan meracuni cara pandang generasi yang memisahkan agama dari kehidupan. Dengan demikian, lahirlah generssi dan remaja miskin iman, tidak mampu mengontrol emosi, rapuh ketika dihadapkan dalam masalah, dan membuat jiwanya kosong hingga gelap mata.

Sekulerisme juga telah merusak dan merobohkan pandangan mengenai keluarga, sehingga tidak ada dalam benaknya tentang birul walidain. Tidak ada rasa kasih sayang di tengah anggota keluarga. Sekulerisme juga membuat hilangnya bagaimana harus bersikap terhadap orang tua, bagaimana cara menghormati dan berbakti kepada orang tua.

Anak hanya tau ketika keinginannya tidak sesuai harapan, menganggap orangtua adalah penghalang. Selain rusaknya hubungan anak dengan orangtua, juga rusak hubungan mereka dengan Allah Ta’ala.

Allah Taala berfirman dalam QS. Luqman, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu. (14). Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (15).” (QS. Luqman [31]: 14—15).

Pembunuhan bukanlah tuntunan Islam. Karena Islam memelihara fitrah dan akal manusia membentuk generasi yang memiliki kepribadian islam yang taat syariat termasuk berbakti dan hormat kepada kedua orang tua. Islam juga mengajarkan agar manusia mampu mengendalikan emosi dengan baik, sehingga tidak terjerumus dalam lingkaran setan dan tega melakukan tindakan pembunuhan.

Islam juga melahirkan generasi yang jauh dari kemaksiatan dan tindakan kriminal. Islam juga memiliki hukum dan sanki yang tegas terhadap pelaku kejahatan dan pelanggaran aturan islam sebagai zawajir (pencegah) dan jawabir (penebus). Pencegah agar tidak terjadi pelanggaran hukum yang sama, penebus bagi yang melakukan tindakan pelanggaran hukum. Semua ini hanya ada dalam sistem yang menerapkan Islam. Wallahu alam bishowab.[]

Comment