RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Bulan Ramadhan merupakan bulan kebaikan yang berlimpah serta bulan penuh ampunan. Pada bulan ini, kita diwajibkan melaksanakan shaum.
Shaum Ramadhan merupakan salah satu syiar Islam yang menyatukan seluruh kaum Muslim dari ufuk barat hingga ufuk timur. Shaum Ramadhan juga senantiasa mengingatkan bahwa kita umat yang satu karenaTuhan kita adalah Allah SWT; agama kita satu, Islam; kiblat kita satu, Ka’bah; dan yang menjadi perhatian kita satu, kondisi kaum Muslim saat ini yang masih terpecah belah dan didzalimi di berbagai negeri.
Kemulian dan keistimewaan Ramadhan terlukis dalam hadis Nabi saw. melalui penuturan Abu Hurairah ra.:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةُ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارُ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ
Jika Ramadhan datang, pintu-pintu surga dibuka; pintu-pintu neraka ditutup; dan setan-setan dibelenggu (HR Muslim).
*Satu Ramadhan, Satu Idul Fitri*
Pada dua hari terakhir Sya’ban, umat Islam di seluruh dunia bergegas untuk melihat Hilal Ramadhan untuk menentukan hari puasa pertama mereka. Penampakan bulan baru (Hilal) sangat penting dalam penentuan awal dari puasa fardhu ini. Akhir Ramadhan, kita juga diperintahkan Allah SWT untuk melakukan pencarian Hilal dari 1 Syawal. Inilah Islam yang memiliki metodologi untuk memastikan bahwa umat Islam memiliki satu Ramadhan dan satu Idul Fitri.
Cara mengetahui Hilal adalah dengan rukyat, yakni melihat bulan secara langsung dan bukan dengan cara lainnya. Rasulullah saw. bersabda:
الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ لَيْلَةً فَلاَ تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلاَثِيْنَ
Bulan (Qamariah) itu ada 29 hari. Karena itu janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihat Hilal. Jika kalian terhalang melihat Hilal itu, sempurnakan bilangan (Sya’ban) menjadi 30 hari (HR al-Bukhari).
Ramadhan Bulan Ketaatan
Selain bulan perjuangan dan persatuan bulan Ramadhan menjadi momentum bagi setiap Muslim untuk taat dengan seluruh syariah-Nya. Kaum Muslim terpanggil untuk memiliki sikap murâqabah, senantiasa merasa diawasi Allah. Pada bulan ini kaum Muslim didorong untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT. Pada bulan Ramadhan ini, Allah SWT melipatgandakan pahala ketaatan kita. Tentu ketaatan yang dituntut Allah SWT kepada kita bukan sebagian-sebagian (parsial), tetapi ketaatan total; menjalankan seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi seluruh larangan Allah SWT.
Jika yang halal saja—di luar Ramadhan—bisa kita tinggalkan pada bulan Ramadhan ini, apalagi yang haram. Jika yang sunnah seperti shalat tarawih, sedekah dan sebagainya saja bisa kita lakukan, apalagi yang wajib. Artinya, dengan kemauan yang besar, semua hukum syariah yang Allah bebankan kepada kita pasti bisa kita laksanakan. Ramadhan adalah madrasah untuk mewujudkan itu semua. Alhasil, kita dituntut untuk menggiatkan pengorbanan di jalan Allah, termasuk berkorban menahan rasa lapar dan haus demi meraih derajat takwa.
Apalagi Ramadhan saat ini sedikit berbeda, ketika kita menjalani nya ditengah wabah Virus Corona. Hal ini semakin menunjukkan kelemahan kita sebagai manusia dan saatnya kita kembali kepada syariatNya secara kaffah. Dengan pandemi ini, Allah SWT memperingatkan umat manusia bahwa pelanggaran terhadap syariah bisa menyebabkan krisis dan bencana.
Lihatlah krisis kemanusiaan, krisis ekonomi, krisis moral dan sosial, krisis pendidikan, krisis hukum, dll. Terjadilah bencana kemiskinan, kelaparan, kesenjangan ekonomi dan sosial, merebaknya kriminalitas, dekadensi moral, penjajahan negara-negara kuat atas negara-negara lemah, penguasaan kekayaan alam milik publik oleh segelintir orang, ketidakadilan hukum, kezaliman penguasa, dll. Kita saksikan ketika Islam tidak diterapkan maka kaum muslim terus terpecah belah. Kaum muslim tidak bersatu. Kaum muslim di Rohingnya, Khasmir, Suriah, Irak, Palestina, Uighur dan negeri lainnya terus tertindas tanpa kita bisa memberikan pertolongan.
Sebaliknya, betapa besar kebaikan yang akan dirasakan oleh umat manusia ketika syariah diamalkan dan diterapkan secara total dan menyeluruh. Dengan pengamalan dan penerapan syariah secara kaffah pasti akan tercipta kemakmuran, kesejahteraan, keadilan sosial dan hukum, keamananan, kenyamanan, akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat, dsb. Semua ini merupakan keberkahan yang menjadi konsekuensi dari ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Dengan demikian, dengan puasa Ramadhan, apalagi pada saat pandemi ini, Allah SWT seolah menggugah kesadaran kita untuk segera mewujudkan ketakwaan individual maupun kolektif dengan cara bersegera mengamalkan dan menerapkan syariah Islam secara kaffah. Ini sesuai dengan firman Allah SWT:
Hai orang-orang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara total (TQS al-Baqarah [2]: 208).
Maka menjadi sebuah kewajiban bagi seluruh kaum Muslim untuk menjalankan Islam secara kaffah tanpa pilih-pilih. Apalagi penerapan Islam secara Kaffah inilah yang akan menyatukan kaum muslim diseluruh penjuru dunia tanpa adanya batas-batas negara.
Pada bulan Ramadhan ini tentu perjuangan dan pengorbanan tersebut harus dilipatgandakan. Agar Syariah secara Kaffah bisa diterapkan dan Islam sebagai Rahmat seluruh Alam dapat diwujudkan. Allahu Akbar..WalLâh a’lam bi ash-shawâb.[]
Comment