Gerhana Matahari Tahun Ini Mirip di Zaman Nabi

Berita405 Views
Gerhana matahari total. (www.lapan.go.id/Odd Høydalsvik)
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Gerhana Matahari Total (GMT) yang
terjadi tahun ini di Indonesia pada Rabu 9 Maret 2016, memiliki
kemiripan dengan kisah yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW.

Terhadap fenomena itu, sejumlah ulama mengimbau agar hal tersebut
tidak dikaitkan dengan mitos buruk. Imbauan itu muncul mengingat dalam
sejarahnya gerhana yang terjadi di era Rasulullah tersebut bertepatan
juga dengan wafatnya Sayyid Ibrahim, putra Rasullah dari istri, Maria
Al-Qibtiyah.

“Fenomena kesamaan gerhana seperti zaman nabi ini sangat disayangkan
kalau ada isu dan mitos yang tidak baik. Di mana (gerhana) saat zaman
nabi bertepatan dengan meninggalnya putra Rasul yakni Sayyid Ibrahim,”
terang Ketua Asosiasi Dosen Falak Indonesia, Ahmad Izzuddin di Semarang,
Minggu 6 Maret 2016.

Masyarakat, kata dia, jangan sampai menganggap kesamaan waktu, durasi
dan bentuk gerhana di kota lumpia seperti zaman nabi itu dengan
mengaitkannya terhadap mitos buruk. Seperti meninggalnya putra nabi di
malam jelang gerhana yakni pada 29 Syawal 10 Hijriah atau pada 27
Januari 632 Masehi.

“Kalau disamakan menjadi mitos buruk ini akan bahaya. Kita justru
harus anggap kejadian gerhana yang sama seperti saat zaman nabi ini
sebagai keistimewaan. Insya Allah gerhana besok akan baik,” kata dosen
ilmu falak UIN Walisongo Semarang itu.

Sebagai wujud syukur akan fenomena ratusan tahun sekali ini, pihaknya
bersama sejumlah pengurus Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) serta ribuan
jemaah umat muslim akan menggelar salat gerhana dan doa bersama pada
Rabu pagi.

“MAJT dan umat Muslim Semarang akan kumandangkan takbir dan tahmid, pengamatan serta salat gerhana,” ujarnya.

Ketua Umum Asosiasi Maestro Astronomi dan Ilmu Falak Indonesia AR
Sugeng Riyadi menambahkan, kronologi riwayat menunjukkan bahwa putra
nabi yakni Ibrahim bin Muhammad dimakamkan di pemakaman Baqi pada pagi
hari.

Kemudian sekitar pukul 09.00 WD, terjadi gerhana matahari. Saat itu,
umat Islam Madinah mengira bahwa gerhana matahari sebagai mu’jizat, di
mana wujud gerhana matahari dikatakan tengah bersedih atas wafatnya
putra nabi tersebut.

“Tapi seusai salat gerhana, nabi menjelaskan dalam khutbahnya bahwa
gerhana semata-mata bukti kekuasaan Allah dan tidak ada kaitannya dengan
kematian seseorang,” ucap Sugeng.

Melihat riwayat itu, Sugeng menegaskan, bahwa kemiripan kejadian
gerhana di Indonesia, khususnya Semarang dengan kejadian gerhana pada
zaman nabi tidak ada kaitannya dengan nasib buruk atau mitos-mitos yang
mengerikan.

“Maka mari kita sambut GMT tahun 2016 di Indonesia ini dengan berdoa,
bertakbir, bersedekah dan mendirikan salat gerhana,” katanya.[vv]

Berita Terkait

Baca Juga

Comment