Bumi berduka
Dalam bayang aturan berbalut luka atas ketidakadilan renjana manusia durjana
Gadis nestapa
Berkubang sunyi tanpa perlindungan gagah sang ayah
tiada ibu sebagai sandaran demi aksara yang ingin ia cipta
kini di tengah heningnya hutan kota membisu tanpa suara
Gadis malang tertoreh luka oleh nafsu angkara murka empat remaja
Berceloteh hukum di negeri ini
Amoral di bawah umur tak lekat oleh sempitnya jeruji penjara
Usia terbilang muda
Jakun pun tiada nampak rupa
Kejinya terbalas petuah berulang dari para tetua saja
Mereka tancapkan nanah meracuni mahkota sang gadis bermata jelita
Tahukah kau bagaimana memaknai kisah ini?
Cukupkah hanya menanam benih manisnya kata sabar bersama rasa berkecamuk bak benang kusut?
Ataukah dengan mendiamkan kebebasan fana
yang kian merasuki jiwa para pemuda tanpa Islam tanpa iman?
Gemuruh amarah di dada pastilah memuncak bila ia hinggap di kelopak mata
Sumpah serapah kan terucap
Tongkat murka pun kan mendesak
Namun apakah para pemuda itu kan mengerti geliat nafsu menjijikkan pada gadis tak berdosa?
Atau jangan-jangan tidak? Atau justru mereka merasakan nikmatnya kebebasan?
Mereka hidup dalam realita mimpi kelam hingga hilang waras
Pola busuk tercipta bak cermin perangai bahagia atas syahwat penuh sesaat
Pemuda yang dirindukan itu pun tenggelam dalam angan
nyaman dalam maksiat
Berujung matinya hati pada seonggok jasad
Jasad bertuan tetapi wahyuNya pun meletak di batas akal tersekat
____Cebi202___
Comment