Penulis: Poppy Kamelia P. BA (Psych), CBPNLP, CCHS, CCLS, CTRS. |
Pelatih Parenting Islam, Konselor dan Terapis Kesehatan Mental, Penulis, Pegiat Dakwah)
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Laman tirto.id (18/1/25) mengatakan bahwa gencatan senjata yang baru-baru ini diumumkan antara Hamas dan Israel kembali menjadi sorotan dunia. Perjanjian yang mencakup jeda pertempuran selama tiga minggu serta pembebasan puluhan sandera Israel dan ratusan tahanan Palestina dianggap sebagai upaya untuk meredakan konflik yang terus membara.
Namun, viva.co.id (16/1/25) menulis kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang berbeda. Tidak lama setelah kesepakatan diumumkan, serangan baru Israel justru menewaskan sedikitnya 82 warga Palestina. Situasi ini mempertegas bahwa gencatan senjata bukanlah solusi hakiki untuk Palestina.
Fakta bahwa kekerasan terus berlanjut meskipun ada gencatan senjata membuktikan bahwa langkah ini hanya bersifat sementara dan tidak menyentuh akar permasalahan. Zionis Israel, yang dikenal dengan ambisinya untuk menguasai tanah Palestina, tidak benar-benar berniat mengakhiri konflik.
Sebaliknya, mereka hanya menggunakan gencatan senjata sebagai strategi untuk mengatur ulang kekuatan dan memperkuat cengkeraman mereka. Pengorbanan besar yang terus dilakukan oleh rakyat Palestina menunjukkan keteguhan mereka untuk mempertahankan tanah suci ini, meski harus menghadapi serangan brutal, kelaparan, dan kehilangan para pejuang yang syahid.
Sejarah panjang konflik ini menunjukkan bahwa perdamaian sejati tidak pernah hadir melalui meja negosiasi atau tekanan internasional. Zionis Israel telah berkali-kali melanggar perjanjian, termasuk perjanjian gencatan senjata.
Kondisi ini menggambarkan bahwa selama akar ideologi Zionisme yang menindas tetap ada, konflik akan terus berlanjut. Maka, solusi hakiki tidak cukup hanya mengandalkan diplomasi atau upaya damai yang selalu berujung pada pelanggaran. Umat Islam harus menyadari bahwa kemenangan yang sejati hanya datang dari pertolongan Allah SWT.
Jalan perjuangan untuk membebaskan Palestina harus sesuai dengan tuntunan Islam. Islam tidak hanya mengajarkan umatnya untuk bersabar, tetapi juga untuk bertindak sesuai syariat.
Jihad fisabilillah menjadi salah satu instrumen penting dalam menghadapi penindasan yang dilakukan oleh Zionis Israel. Namun, jihad ini tidak boleh dilakukan secara sporadis tanpa arah yang jelas.
Diperlukan institusi yang mampu memimpin umat dalam perjuangan ini, yaitu sistem kepemimpinan Islam yang mempersatukan umat di bawah satu bendera, dengan tujuan utama menegakkan keadilan dan melindungi seluruh kaum Muslimin dari segala bentuk kezaliman.
Keteguhan rakyat Gaza yang terus bertahan meski dalam kondisi yang sangat sulit harus menjadi inspirasi bagi umat Islam di seluruh dunia. Mereka tidak pernah menyerah meskipun serangan demi serangan terus menghujani mereka.
Keteguhan ini telah menggentarkan Zionis Israel, yang meskipun memiliki kekuatan militer yang jauh lebih besar, tidak mampu mematahkan semangat rakyat Palestina. Ini adalah bukti nyata bahwa kekuatan sejati tidak terletak pada senjata atau jumlah pasukan, tetapi pada keyakinan yang kokoh kepada Allah SWT.
Namun, umat Islam tidak boleh hanya menjadi penonton yang pasif. Dukungan terhadap Palestina tidak cukup hanya melalui doa atau bantuan kemanusiaan. Umat harus menyadari bahwa perjuangan ini membutuhkan langkah yang lebih besar, yaitu mewujudkan solusi hakiki melalui penerapan syariat Islam secara kaffah.
Dengan syariat Islam yang diterapkan secara menyeluruh, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun sosial, umat Islam akan memiliki kekuatan terorganisir untuk melawan segala bentuk kezaliman.
Saat ini, sistem sekuler yang mendominasi dunia menjadi salah satu penghalang terbesar dalam menyelesaikan konflik di Palestina. Sistem ini memisahkan agama dari kehidupan, sehingga nilai-nilai Islam yang mulia tidak mampu diterapkan secara nyata dalam menyelesaikan masalah umat.
Bahkan, sistem ini sering kali lebih menguntungkan pihak-pihak yang menindas, seperti Zionis Israel, karena fokus utamanya adalah keuntungan materi tanpa memperhatikan keadilan dan kemanusiaan.
Oleh karena itu, umat Islam harus meninggalkan sistem ini dan kembali kepada syariat Islam sebagai solusi yang hakiki.
Selain itu, penting bagi umat Islam untuk menyadari bahwa perjuangan ini adalah bagian dari amanah besar sebagai umat terbaik yang diutus untuk menegakkan keadilan di muka bumi. Setiap Muslim memiliki tanggung jawab untuk mendukung perjuangan ini, baik melalui dakwah, jihad, maupun upaya lainnya yang sesuai dengan tuntunan Allah SWT.
Keyakinan bahwa kemenangan adalah milik umat Islam harus terus dipupuk, karena Allah telah menjanjikan pertolongan-Nya kepada mereka yang berjuang di jalan-Nya dengan ikhlas.
Tragedi yang terus terjadi di Palestina adalah panggilan bagi umat Islam untuk bangkit. Sudah saatnya kita berhenti mengandalkan solusi-solusi sementara yang hanya memberikan keuntungan sesaat bagi pihak-pihak tertentu.
Kita harus kembali kepada Islam sebagai solusi yang menyeluruh, yang tidak hanya memberikan jawaban atas konflik di Palestina, tetapi juga membangun peradaban yang adil dan sejahtera bagi seluruh umat manusia.
Dengan berpegang teguh pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, umat Islam akan mampu mewujudkan kemenangan sejati yang tidak hanya membawa kebebasan bagi Palestina, tetapi juga kemuliaan bagi seluruh umat.
Gencatan senjata mungkin memberikan jeda sesaat dari kekerasan, tetapi itu bukanlah akhir dari penderitaan rakyat Palestina.
Selama Zionis Israel masih berkuasa dan umat Islam belum bersatu di bawah satu kepemimpinan yang kuat, konflik ini akan terus berlanjut.
Maka, mari kita jadikan perjuangan untuk membebaskan Palestina sebagai bagian dari langkah besar untuk mengembalikan kejayaan Islam.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pertolongan-Nya kepada umat yang berjuang di jalan-Nya.
Wallahu a’lam bishawab.[]
Comment