Oleh: Lafifah, Ibu Rumah Tangga
___________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Seperti menemukan bongkahan emas berlian, ibu-ibu rela antri panjang di depan mini market hanya untuk membeli minyak goreng kemasan. Ini terjadi berhari-hari, ada yang dengan sengaja seluruh anggota keluarga dikerahkan untuk membeli minyak goreng dari mulai ibu, suami, anak dan anggota keluarga lainnya.
Inilah fenomena panic buying, sebuah situasi dimana banyak orang tiba-tiba membeli makanan, bahan bakar, dan lain-lain dalam jumlah yang banyak karena mereka khawatir akan sesuatu yang buruk yang mungkin terjadi.
Banyak orang khawatir kehabisan stok, ada pula yang senang luar biasa karena sudah mendapatkan satu kemasan 2 liter minyak goreng dengan harga Rp 14.000/liter. Maklum sejak akhir tahun 2021 sampai awal 2022 harga minyak goreng terus melambung naik.
Dilansir CNBC Indonesia, harga komoditas minyak goreng terus mengalami kenaikan secara signifikan pada akhir tahun 2021 lalu. Memasuki 2022, harganya masih belum juga mengalami penurunan, bahkan terus naik.
Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), secara nasional harga minyak goreng curah pada 29 Desember lalu hanya Rp 18.400/kg. Pada 5 Januari 2022 menyentuh Rp 18.550/kg.
Kemudian minyak goreng kemasan bermerek 1 pada 30 Desember 2021 harganya Rp 20.600/kg sementara 5 Januari 2022 menjadi Rp 20.800/kg. Begitu juga minyak goreng kemasan bermerek 2. Dimana pada 30 Desember masih Rp 20.030/kg, menjadi Rp 20.300/kg pada 5 Januari 2022.
Kepanikan ini dirasakan oleh seluruh warga Indonesia. Dari satu komoditas bahan pokok yang melonjak naik bisa mengakibatkan pengeluaran dan pendapatan tidak stabil. di tengah-tengah masyarakat, banyak yang mengeluhkan keadaan ini.
Bukan hanya pedagang gorengan atau penjual makanan saja yang merasakannya, tetapi semua kalangan pengguna minyak goreng merasakannya, pendapatan yang tidak sebanding di masa pandemi Covid-19 yang belum stabil menjadikan masyarakat menjerit. Tatapan nanar para pedagang jalanan, mereka putus asa namun masih punya iman, yang terjadi hanya menangis dalam diam.
Mengapa ini terjadi? Apakah hanya karena harga minyak dunia melambung dan stok berkurang sehingga rakyat yang harus merasakan. Sementara negeri ini sangat cukup pasokan bahan baku minyak goreng. Bahkan Indonesia masih bisa mengekspor kelapa sawit yang merupakan salah satu bahan dasar minyak goreng di 10 negara yaitu, Cina, India, Pakistan, Malaysia, Netherlands, Amerika, Spanyol, Italia, Bangladesh dan Mesir. (merdeka.com,Rabu(19/1)
Maka sudah dipastikan ada yang salah dari periayahan negara terhadap rakyatnya, kewajiban negara adalah memberikan kesejahteraan bagi seluruh warga negaranya sebagaimana tertuang dalam UUD 45 pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Namun yang terjadi tidak demikian, negara ini telah jauh dari tujuannya, yang terjadi saat ini negara mengadopsi sistem kapitalisme yang mengedepankan materi, menjadi negara korporasi yang hanya memihak kepada pengusaha. Walhasil kekayaan yang melimpah ruah ini tidak semua rakyat merasakannya.
Berbeda dengan sistem Islam di mana negara berperan sebagai junnah, pengayom dan perisai bagi seluruh warga negaranya, kesejahteraan masyarakat adalah nomor satu. Karena dalam aturan Islam bahwa kaum muslimin berserikat dalam 3 hal yaitu air, api dan padang rumput yang harus digunakan untuk kesejahteraan seluruh warga negara.
Hal ini sudah dibuktikan selama 14 abad lamanya kaum muslimin bahkan negara di luar Islam pun merasakan kesejahteraannya. Menjadi rahmatan lil’alamiin.[]
Wallahu a’alam bissawab.
Comment