Ibu Jual Bayi, Kok Tega?

Opini126 Views

 

Penulis: Rima Septiani, S.Pd

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Satreskim Polrestabes Medan meringkus empat perempuan yang terlibat jual dan beli bayi seharga Rp. 20 Juta di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Medan Ajun Komisaris Madya Yustadi mengatakan, terungkapnya kasus berawal dari informasi masyarakat bahwa ada rencana transaksi bayi baru dilahirkan di sebuah rumah sakit di Kecamatan Percutseituan pada 6 Agustus 2024.

Pengakuan ibu kandung anak tersebut sebagaimana diungkap tempo (16/8/2024), terdesak menjual bayinya karena ekonomi. Kemudian si pembeli juga mau membeli anak tersebut, lantaran dirinya tidak dikaruniai anak. (metro.tempo/16/8/2024)

Apa Yang Sebenarnya Terjadi?

Di jaman yang semakin edan ini, ada banyak berita atau informasi yang sampai ke telinga kita. Sebagian berita tersebut terjadi seakan di luar nalar ataupun akal sehat kita sebagai manusia.

Salah satu bagian yang tak pelak turut menjadi headline berita adalah sosok ibu. Banyak berita miris tentang ibu yang justru panas terdengar di telinga kita. Ada sosok ibu yang membuang bayinya, ada ibu yang menyuguhi racun kepada anaknya, bahkan yang baru-baru terjadi ini ada sosok ibu menjual bayinya sendiri dengan harga 20 juta.

Apa yang terjadi di negeri ini cukup menyedihkan, kok ada ibu tega menjual bayinya sendiri yang merupakan darah dagingnya sendiri.

Tak bisa dipungkiri, sulitnya ekonomi menjadi faktor utama yang menjadikan ibu tersebut melakukan hal demikian.
Kebutuhan ekonomi yang melambung di tiap harinya mendorong ibu tersebut nekat melakukan hal yang tak masuk akal.

Inilah dampak dari himpitan ekonomi yang mengakibatkan hilangnya akal sehat dan matinya naluri keibuan. Lebih mendasar lagi, hal ini terjadi karena hilangnya peran negara dalam mengurus rakyatnya.

Inilah fakta kerusakan dari paham materialistik yang menancap kuat di negeri ini. Sekaligus menjadi gambaran rusaknya tatanan fungsi keluarga dan abainya negara terhadap kesejahteraan kaum ibu. Kepuasan jasadiyah dan materi dijadikan sebagai tujuan hidup.

Telah nyata kerusakan yang diakibatkan kehidupan sekuler saat ini. Sampai-sampai naluri keibuan telah direnggut karena alasan himpitan ekonomi. Kehidupan sekuler begitu sistematis diterapkan dalam setiap inci kehidupan. Mulai dari keluarga, masyarakat, hingga negara. Efeknya dalam kehidupan, masyarakat menafikan nilai-nilai agama.

Islam Sebagai Solusi

Dengan fenomena ibu tega menjual anaknya merupakan ulah dari penerapan kehidupan sekularisme. Fenomena yang problematik ini hanya bisa selesai tuntas dengan menghadirkan kehidupan Islam yang akan menjamin kaum ibu untuk taat pada agama dan fokus mendidik generasi terbaik.

Negara berkewajiban membangun kepribadian Islam pada setiap individu rakyatnya melalui sistem pendidikan Islam. Tujuannya adalah membentuk kepribadian Islam pada warga negaranya.

Pengajaran yang diberikan kepada rakyat pun benar-benar dijauhkan dari berbagai paham yang merusak akidah umat Islam seperti sekularisme, liberalisme, kapitalisme dan lainnya.

Negara berkewajiban membangun kepribadian Islam pada setiap individu rakyatnya melalui sistem pendidikan Islam. Tujuannya adalah membentuk kepribadian Islam pada warga negaranya. Pengajaran yang diberikan kepada rakyat pun benar-benar dijauhkan dari berbagai paham yang merusak akidah umat Islam seperti sekularisme, liberalisme, kapitalisme dan lainnya.

Islam memerintahkan bahwa pengurusan seluruh kaum muslimin ada di tangan kepemimpinan Islam, dalam hal ini kepala negara akan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok rakyatnya.

Tentu, hal ini ditopang dengan sistem ekonomi yang terbaik sebab penerapan sistem politik dalam Islam akan menjamin terpenuhinya seluruh hak rakyat.

Imam adalah raa’in (pengurus) dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya . “ (HR Bukhari)

“Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan kekuasaannya. (HR Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud dan lain-lain).[]

Comment