Penulis: Anna Ummu Maryam | Pegiat Literasi Peduli Negeri
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Bocah laki – laki berinisial MA (6 tahun) asal Sukabumi menjadi korban pembunuhan. Tidak hanya dibunuh, anak yang baru mau duduk di sekolah dasar ini juga menjadi korban kekerasan seksual sodomi.
Pengungkapan tersebut dilakukan Polres Sukabumi Kota usai melakukan serangkaian penyelidikan, terhadap kematian korban yang mayatnya ditemukan tewas di jurang perkebunan dekat rumah neneknya di wilayah Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi beberapa waktu lalu. (Sukabumi.id, 2/5/2024)
Tak bisa dibayangkan bagaimana hati orang tua korban yang mengetahui bahwa anaknya mati dibunuh oleh teman bermainnya sendiri, bahkan sebelum dibunuh dia mendapatkan perlakuan tak senonoh hingga ia pun meregang nyawa di tangan pelaku.
Lebih miris lagi, pelaku juga masih di bawah umur dan mengaku juga pernah mendapatkan perlakuan sodomi dari orang lain. Seolah-olah perbuatan ini meminta pembelaan bahwa ia juga korban.
Dari penjelasan pelaku, sebelumnya mereka nonton bersama yang kita tidak tahu pasti apakah tontonan tersebut layak ditonton ataukah sebagai pemicu hasrat menyimpang tersebut.
Terlihat dari bagaimana pelaku melakukan kejahatannya, seolah-olah telah direncanakan. Tentu saja orang tua bertanggung jawab penuh terhadap bagaimana penanaman pendampingan proses pendidikan di rumah dan pemantauannya.
Namun yang menjadi pertanyaan, apakah ini hanya kesalahan dari orang tua semata atau ada pihak lain yang seharusnya juga ikut andil dalam pencegahannya? Lalu mengapa pelaku tindakan kejahatan telah menyasar pada anak usia di bawah umur?
Apakah solusi yang ditawarkan menyelesaikan permasalahan, atau justru kejahatan semakin liar dan tak dapat terbendung lagi? Lalu apa solusi dalam pandangan Islam?
Pelaku Kriminal Tak Pandang Usia
Mengapa bisa terjadi demikian? Maka perlu menelusuri dari akar permasalahan yang sangat mendasar. Karena hal ini, tanpa kita sadari – telah membentuk manusia biadab tanpa hati nurani.
Akar permasalahan ini adalah sekularisme yaitu memisahkan agama dengan kehidupan. Inilah yang melahirkan berbagai macam kebebasan yang diagung-agungkan oleh manusia hari ini.
Mereka tertipu dengan ide rusak ini. Padahal pemahaman inilah sumber dasar kerusakan pada manusia. Manusia diberikan kebebasan bertingkah laku tanpa batas yang jelas hingga terkadang lebih rendah dibandingkan hewan.
Manusia juga diminta untuk mengagungkan HAM sebagai bentuk penghargaan pada keinginan manusia tanpa standar yang jelas. Baik dan buruk ditentukan oleh manusia yang pada hakekatnya hanya makhluk ciptaan yang penuh kelemahan dan keterbatasan.
Ditambah lagi dijadikannya sekukarisme ini sebagai standar peraturan dalam kehidupan sosial dan bernegara. Suara kebenaran dibungkan dengan stigma negatif yang bahkan berujung pada tuduhan tanpa alasan.
Maka tentu saja kita tidak dapat menyalahkan orang tua selaku pendidik bagi anaknya namun ada komponen lain yang tak kalah penting, yaitu keberadaan masyarakat sebagai pencegah tindakan kriminal yang terjadi di sekitarnya. Maka dalam konteks ini, yang lebih krusial adalah negara atau pemerintah.
Negara dan atau pemerintah adalah penanggung jawab atas keseluruhan keamanan masyarakatnya. Karena ia dipilih untuk memberikan solusi terhadap permasalah yang muncul di tengah umat. Namun fungsi ini dimandulkan sehingga keterlibatan negara terlambat bahkan hingga ke pencegahannya.
Sistem kapitalis sekular yang telah mendarah daging dan membentuk karakter manusia amiral, biadab dan tak ada rasa malu terhadap kejahatan yang dilakukan. Mengapa demikian? Karena dalam sistem ini sebuah kejahatan diukur dari laporan buka kejahatan itu sendiri.
Sehingga pelaku kejahatan dapat berdalih bahkan mendapatkan kebebasan asalkan memiliki orang dalam dan uang yang banyak untuk mengalihkan isunya. Ham dijadikan senjata sehingga publik diminta memaklumi adanya keringanan hukuman pada pelaku dan sebagainya.
Hukuman yang diberikan pun tak ada efek jera dan menebus dosanya sehingga tak jarang pelaku kembali melakukan aksinya setelah dibebaskan dari tahanan. Negara memiliki otoritas untuk memblokir dan menutup media yang tak pantas menjadi tontonan untuk anak anak.
Namun lagi- lagi hal itu tidak menjadi perhatian. Padahal sesuatu yang rusak dan selalu ditonton telah merusak mental dan akal di bawah alam sadar manusia. Kelemahan keluarga yang minim edukasi dan perhatian, masyarakat yang cuek dan takut hukum, ditambah peran negara yang mandul membuat semakin lengkap kejahatan terjadi.
Maka jelas bahwa solusi yang ditawarkan dan dilaksanakan tidak mampu menjawab permasalahan manusia. Namun tingkat kejahatan justru semakin komplek dan sulit untuk dibendung.
Anak Harapan Masa Depan
Islam adalah agama konsep dan praktek. Di mana pandangan yang lahir adalah pandangan yang sempurna. Menjawab masalah manusia secara umum tanpa memandang agama, suku dan sebagainya.
Karena itu aturan Islam layak untuk diterapkan oleh semua agama yang menginginkan kedamaian. Karena Islam lahir bersama manusia dalam bentuk petunjuk kehidupan yang tertuang dalam Alquran dan hadits.
Islam memandang bahwa generasi adalah perkara utama demi keberlangsungan manusia masa depan. Sehingga Islam mengajarkan agar setiap individu memahami betul tujuan dari keluarga yang akan dibina.
Orang tua diminta berilmu dan beriman sehingga edukasi yang diberikan dalam keluarga adalah mencapai ridha Allah dan takut akan dosa. Orang tua juga diminta peduli, menyayangi dan membekali anak mereka dengan pemahaman Islam sedini mungkin dengan hal-hal kecil di sekitar anak.
Masyarakat dalam Islam berfungsi sebagai penjaga dan pelaku kebaikan dan pencegah kemaksiatan dalam segala bentuk di luar rumah. Sehingga anak tidak hanya aman di dalam namun juga di luar rumah.
Masyarakat adalah penolong dalam kebaikan di luar rumah dan memperhatikan segala bentuk pencegahan terhadap kejahatan yang mencurigakan. Penjagaan ini juga selaras dengan keberadaan negara sebagai pelaksana dan pemberi hukum sesuai dengan tingkat kejahatan yang dilakukan.
Jika bunuh maka dibalas bunuh oleh negara. Namun sebelum sampai pada tingkatan tersebut ada beberapa tahap yang harus diperhatikan dalam setiap kasus. Sehingga keputusan menjadi adil bagi korban dan pelaku kejahatan.
Sistem cemerlang ini hanya didapatkan dalam Islam sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Saw dan para Khalifah sesudah beliau.
Maka jika ingin kehidupan yang aman dan tingkat kejahatan turun drastis maka solusinya adalah menjalankan syariat Islam secara menyeluruh.[]
Comment