Indri NR*: Ibu Bahagia Dalam Islam

Opini471 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Seremonial Hari Ibu 22 Desember masih terasa hingga saat ini. Tanggal 22 Desember dipilih sebagai Hari Ibu di Indonesia untuk mengenang momentum 22 Desember 1928, kala pertama kalinya digelar Kongres Perempuan Indonesia. Gagasan peringatan Hari Ibu ini muncul saat Kongres Perempuan III pada 1938.

Tujuan peringatannya adalah memperjuangkan kemerdekaan dan memperbaiki keadaan perempuan Indonesia. Apakah setelah 92 tahun berlalu sudah ada perbaikan kondisi pada perempuan ?

Kita cermati kondisi perempuan saat ini, banyak eksploitasi yang dialami oleh perempuan. Sarinah, Juru Bicara Federasi Serikat Buruh Demokratik Kerakyatan (F-SEDAR), yang mewakili serikat buruh Aice, menyatakan bahwa sejak tahun 2019 hingga saat ini sudah terdapat 15 kasus keguguran dan enam kasus bayi yang dilahirkan dalam kondisi tak bernyawa dialami oleh buruh perempuan Aice. Hal ini terjadi karena terabaikannya hak bagi buruh perempuan.

Penelitian pada paruh akhir tahun 2017, menunjukkan bahwa meski mayoritas, buruh perempuan dalam sektor garmen di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung, Jakarta Timur pernah mengalami kasus pelecehan seksual, hanya sedikit sekali yang melapor. (theconversation.com, 18/03/2020)

Ini hanya sebagian fakta di lapangan yang terungkap, masih banyak derita kaum perempuan di era liberalisme yang tidak terekspose media.

Kesadaran terhadap nasib buruk perempuan dalam sistem saat ini sebenarnya telah dimiliki oleh mayoritas kaum perempuan sendiri. Bahkan ketertindasan itulah yang menggelorakan semangat untuk bangkit dan bergerak memperjuangkan hak-haknya.

Mereka menganggap nihilnya kesetaraan gender membuat mereka menjadi korban. Apakah benar kesetaraan gender dapat menyelesaikan masalah perempuan ?

Alih-alih membebaskan perempuan dari jerat sistem, kenyataannya problem perempuan kian bertambah. Perjuangan pembebasan dan kesetaraan justru menjauhkan perempuan dari kesejahteraan, ketenteraman dan kebahagiaan.

Perjuangan kesetaraan semakin menjauhkan fitrah perempuan sebagai manusia yang selayaknya dimuliakan. Perempuan harus bersaing dan berjuang dengan kaum laki-laki demi eksistensi dirinya.

Tidak jarang perempuan harus menanggalkan naluri keperempuanannya (sebagai ibu dan istri yang memerlukan perlindungan) untuk meraih pengakuan yang setara dengan kaum pria dalam hal apa saja.

Akhirnya, perjuangan kesetaraan hanya membuahkan kehidupan yang merendahkan dan menghinakan kaum perempuan sendiri.

Hal yang penting dilakukan untuk menumbuhkan gelombang kebangkitan yang hakiki pada kaum perempuan Muslim adalah dengan menumbuhkan rasa percaya dirinya sebagai seorang Muslimah.

Solusi terhadap persoalan perempuan tidak cukup hanya dengan seruan yang bersifat moral spiritual. Perjuangan perempuan Muslim untuk memperbaiki nasibnya akan menemui jalan buntu ketika terbentur pada dinding-dinding sistem kapitalisme-demokrasi.

Perempuan-perempuan tangguh manapun tidak akan mampu mencapai ketenteraman dan kebahagiaan yang sesungguhnya dalam sebuah sistem yang masih bersifat kapitalistik.

Sistem ekonomi kapitalisme-demokrasi telah memapankan mekanisme bahwa akan selalu muncul jurang yang dalam antara pemilik kapital dengan rakyat biasa.

Pendidikan dan kesehatan dalam sistem ini telah bergeser alias disorientasi dari tujuan kesejahteraan manusia dan lebih ke arah bisnis daripada melayani kebutuhan pokok rakyat.

Tidak akan pernah muncul rasa aman dalam sistem ini karena sifatnya yang memelihara keserakahan dalam hati manusia. Si kaya mendominasi yang miskin dan si kuat menekan yang lemah.

Problem yang menghadang umat saat ini bersifat sistemik yang muncul akibat sistem yang rusak.

Dengan demikian, yang mampu membebaskannya hanyalah kembali kepada Islam sebagai sebuah ideologi. Perjuangan mengubah sistem yang rusak menjadi kehidupan yang bercahaya telah diteladankan oleh Rasulullah saw.

Beliau telah mewariskan kepada kaum Muslim sebuah sistem yang paripurna menjadi solusi seluruh persoalan umat manusia termasuk perempuan.

Alhasil, hanya Islam-lah yang mampu membebaskan kaum perempuan dan seluruh umat manusia dari keterpurukannya.[]

Comment