Islam Wujudkan Kemajuan Hakiki Bagi Perempuan

Opini526 Views

 

Penulis: Yurfiah Imamah : Pemerhati Perempuan, Keluarga dan Generasi

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Perempuan dipandang memberi peran yang sangat besar bagi peningkatan perekonomian di masa sekarang. Besarnya peluang bagi perempuan untuk bekerja pun terbuka lebar. Bahkan dalam kancah internasional pencapaian perempuan di bidang ekonomi menjadi upaya yang terus digencarkan. Begitu pun dengan pemenuhan hak bagi perempuan, juga terus dilakukan. Hingga kampanye tentang perempuan terus bergulir dan digaungkan.

Seperti dikutip dari laman resmi komunitas International Women’s Day (IWD), peringatan Hari Perempuan Sedunia menjadi hari untuk merayakan pencapaian perempuan di bidang sosial, ekonomi, budaya, dan politik secara global. Perayaan tersebut menjadi mercusuar untuk mempercepat kesetaraan gender bagi perempuan. Peringatan Hari Perempuan Sedunia (IWD) telah dilakukan sejak awal tahun 1900-an.

Pada tahun 1908, terjadi banyak kerusuhan dan krisis yang menyebabkan penindasan terhadap perempuan. Hingga akhirnya, sekitar 15.000 perempuan melakukan demo terkait hak-haknya di New York City.

Setelah itu, selama berpuluh-puluh tahun berbagai upaya terus dilakukan untuk kesetaraan pemenuhan hak bagi perempuan. Kemudian, di tahun 1975 untuk pertama kalinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ikut memperingati Hari Perempuan Sedunia.

Selanjutnya, pada tahun 1997 PBB mengumumkan tema tahunan “Women at the Peace Table”, tahun 1998 “Women and Human Rights”, tahun 1999 “World Free of Violence Against Women”, dan seterusnya hingga saat ini.

Pada tahun ini PBB secara khusus menetapkan tema perayaan peringatan Hari Perempuan Internasional, Jumat, 8 Maret 2024, dengan tema ”Berinvestasi pada Perempuan: Memperkuat Kemajuan”.

Tema ini diambil karena dunia tengah menghadapi aneka krisis, mulai dari konflik geopolitik, melonjaknya kemiskinan, kemelaratan dan  meningkatnya tantangan terhadap dampak perubahan iklim. Mereka menganggap bahwa antangan itu hanya dapat diatasi dengan memberdayakan perempuan.

Ilusi kemajuan perempuan

Kemajuan perempuan dengan memberdayakan perempuan justru memberikan beban berat bagi perempuan. Karena pemberdayaan terhadap perempuan hakikatnya menjadikan perempuan sebagai mesin pencetak uang. Perempuan disibukkan dengan tuntutan pekerjaan, hingga mengorbankan peranannya sebagai istri dan ibu.

Hal ini berdampak besar terhadap urusan rumah tangganya, baik sebagai istri maupun sebagai ibu. Sebagai istri ia akan merasa setara dengan suaminya, bahkan ada juga yang merasa lebih tinggi derajatnya dengan suaminya, karena merasa mampu menghasilkan uang apalagi lebih besar penghasilannya dibandingkan suaminya. Sehingga tak jarang perceraian terjadi diakibatkan karena perekonomian.

Ditambah lagi perannya sebagai seorang ibu yang minim memberikan perhatian terhadap anaknya. Dengan menganggap perhatian yang paling penting adalah dengan materi atau uang.

Di sinilah akhirnya peran ibu sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknya tergerus. Anak akan jauh dari pendidikan adab, agama, akhlak, hingga anak mudah terbawa arus pergaulan bebas, seperti free sex, narkoba, miras, bahkan tindak kriminal yang berujung pembunuhan pun banyak dilakukan oleh usia remaja.

Peran negara dalam hal ini sangat dibutuhkan. Karena sejatinya tanggung jawab utama ada di tangan negara. Negara tidak boleh lepas tangan untuk menjaga kehormatan, kemuliaan, dan jaminan kesejahteraan perempuan.

Penting untuk kita pahami bahwa dorongan negara-negara untuk memberdayakan perempuan dalam ekonomi bukanlah dalam rangka kemajuan perempuan. Tujuan sebenarnya—yang berasal dari pemerintahan kapitalis Barat—adalah dalam rangka mengamankan keuntungan ekonomi bagi negara atau kemajuan para kapitalis.

Islam Mewujudkan Kemajuan

Berbeda jauh dengan kapitalis – sekuler,  Islam membangun pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, menghilangkan pengangguran massal, juga menyediakan layanan pendidikan dan kesehatan berkualitas dan gratis.

Dalam Islam, bekerja bagi seorang perempuan hanya sekadar pilihan, bukan tuntutan ekonomi ataupun sosial. Jika ia menghendaki, ia boleh melakukannya. Jika ia tidak menghendaki, ia boleh tidak melakukannya.

Sangat jauh dengan kondisi sekarang, di mana perempuan banyak dipekerjakan dengan upah yang sangat rendah dan tidak layak karena tidak punya alternatif pilihan.

Dalam Islam, pilihan bekerja bagi perempuan diambil secara leluasa. Karena Islam menjamin kebutuhan pokok perempuan dengan mekanisme kewajiban nafkah ada pada suami/ayah, kerabat laki-laki jika tidak ada suami/ayah, ataupun mereka ada, tetapi tidak mampu, serta jaminan negara secara langsung bagi para perempuan yang tidak mampu dan tidak memiliki siapa pun yang menafkahinya, seperti para janda miskin.

Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Siapa saja yang meninggalkan kalla, maka ia menjadi kewajiban kami.” (HR Muslim).
Maksud dari “kalla” adalah orang yang lemah, tidak mempunyai anak, dan tidak mempunyai orang tua.

Oleh karena itu, Islam mampu menjadikan kaum perempuan memahami hak dan tugas utamanya sebagai istri dan ibu untuk mencetak generasi yang gemilang hingga terwujudlah kemajuan hakiki bagi perempuan. Wallahu a’lam.[]

Comment