Kawasan Indo Pasifik Harapan Semu Masa Depan

Opini582 Views

 

 

Oleh: Ina Agustiani, S.Pd, Praktisi Pendidikan

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Dunia sudah memasuki era yang baru, proses digitalisasi sumber daya alam dan manusia mengalami peningkatan. Tentu ada kemudahan, tapi banyak juga efek buruk yang ditinggalkan. Peningkatan gas emisi bumi, limbah, efek rumah kaca, pertumbuhan penduduk, dilema kelas sosial manusia, dan banyak lagi. Dunia perlu bersatu dan bergantung pada ekosistem yang ada. Sekat negara tak jadi masalah, semua perlu dijaga dan dilestarikan. Pengharapan yang baru itu adalah kawasan Indo Pasifik. Tapi apakah benar untuk semua atau ada pihak yang diuntungkan?

Wikipedia menjelaskan, kawasan Indo-Pasifik adalah wilayah bahari dunia yang terbentang dari pesisir Timur Afrika dan Laut Merah di sebelah Barat, sampai ke pulau terluar Mikronesia, Polinesia, Melasenia, dan Indonesia. Mempunyai batas utara di pesisir Semenanjung Korea, Jepang Selatan, dan Hawai. Batas selatannya ada di Benua Afrika, Shark Bay di Australia dan Sydney di sebelah timur.

Pasifik sebagai New Era Dimension
Cameron Driver dari Australian University menuturkan wilayah Pasifik sering dianggap sepele dalam pembangunan internasional, karena lokasi yang jauh dari negara berpengaruh dunia, lahan dan populasi sedikit. Perhatian dunia baru tertuju ketika ada bencana besar atau kegiatan olahraga, setelah itu hilang dalam ingatan.

Pasifik mempunyai kontribusi besar dalam hal ketahanan pangan di dunia, ada 2,5 juta ton ikan tuna per tahun yang merupakan 34 persen dari jumlah total. Menyerap 13 persen emisi CO2 dari bahan bakar fosil tiap tahun.

Dikarenakan tingkat polusi plastik tinggi, penangkapan ikan ilegal, pengasalaman air laut, dan lainnya. Dengan kondisi air yang hangat memberi kehidupan untuk 3.200 flora dan fauna yang kebanyakan spesies terancam punah yang masuk ada tiga belas situs warisan dunia UNESCO. Komitmen global adalah “Selamatkan Lautan Kita”. Tak cukup sampai disitu, prediksi tahun 2050 puncak perubahan iklim, maka akan banyak yang mengungsi ke kawasan pasifik diperkirakan 1,7 juta jiwa akibat naiknya air laut ke daratan.
Peran Negara Adidaya dan Posisi Indonesia
Wilayah Indo-Pasifik terbentang dari negara-negara yang terletak secara geografis di belahan kawasan Samudera Hindia (Indian Ocean) dan bentangan kawasan laut Samudra Pasifik (Pacific Ocean). Dengan kawasan sepanjang itu maka potensi ekonomi sangat besar untuk kemajuan dunia. Hanya saja, pihak negara power menggunakannya untuk kepentingan mereka dengan memanfaatkan negara dunia ketiga yang ada di kawasan indo-pasifik.
AS, sebagai the front man, mulai berinvestasi di kawasan indo-pasifik terutama Indonesia. Pemerintahan Biden sangat aktif dengan proyek Belt Road Initiative (BRI) alias jalur sutra abad 21, segera merancang peta kerja ekonomi indo-pasifik yang bebas dan terbuka. Ini disampaikan saat KTT Asia Timur yang melibatkan AS ke dalam diplomasi, dan Kadin AS menyebut butuh investasi sebesar 26triliun US dolar. Menlu AS datang ke Indonesia dengan membawa misi untuk mendukung ekonomi dan keamanan rakyat, salah satu nya dengan kerja sama ekonomi dan pemberantasan ekstrimisme, artinya ada upaya stabilisasi suhu politik, agar influktulasi mudah tercipta.

Dari hasil analisis posisi Indonesia sebagai “Mitra Strategis” untuk melancarkan kepentingan AS melawan China (karena AS tidak mau ada pihak lain mendominasi dan menjadi pesaing untuk menguasai indo-pasifik, kepentingan AS selalu sama dipastikan tidak akan berganti, pada ujungnya penguatan hegemoni AS itu sendiri di info-pasifik). Selain itu jika dikerucutkan posisi strategis Indonesia bagi AS adalah faktor SDM dan penduduk yang banyak. Dan ada di wilayah perdagangan dunia dengan SDA melimpah. Faktor wilayah indonesia yang berada di lintas perdagangan dunia, menjadikan Indonesia primadona yang tidak bisa dilewatkan oleh AS.

Jelaslah, sama-sama memperbaiki ekosistem dunia, tetap yang dikorbankan adalah negara dunia ketiga yang tidak berdaya dengan keserakahan negara bermental penjajah.

Pandangan Islam

Bahaya ketergantungan dengan negara lain melalui kerja sama atas nama investasi apalagi dalam jangka panjang, sudah membuat suatu bangsa semakin tidak mandiri, terlebih hutang yang banyak menjadikannya tidak ada bargaining position di mata negara lain. Kehilangan ketahanan negara dengan menggadaikan semua SDA dan pengadaannya infrastruktur, industri pada asing.

Sistem Islam tegas menjaga bahkan mengharamkan ketergantungan dengan negara lain. Status kafir harbi jelas memerangi kaum muslim adalah standar sikap. Negara dalam Islam akan “berdikari” memenuhi kebutuhannya di bidang strategis secara mandiri supaya tidak bergantung dan diintervensi pihak lain.

Dari segi keamanan, militer, pengelolaan SDA, menghidupkan tanah, kebutuhan pangan, ekonomi, pertanian (melakukan swasembada nasional untuk produk melimpah). Dalam hal industri dibagi menjadi dua jenis, industri mengelola barang kepemilikan umum (barang tambang dan turunannya), dan industri alutsista terhubung dengan keamanan negara, hal ini yang ditakuti oleh yang lain, sehingga ketahanan dan kemandirian sebagai negara yang mandiri.

Dengan begitu hanya sistem Islam yang bisa membawa perwujudan Indo-Pasifik sesuai fungsinya, tanpa ada satu pihak yang dirugikan dan diuntungkan.[]~

Comment