Menyoal Minimnya Mitigasi Kekeringan

Opini272 Views

 

 

Penulis: Yuni Damayanti | Aktivis Muslimah

____________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Kemarau menyebabkan meluasnya kekeringan ke berbagai daerah. Laman liputan6 (12/8/2023) menulis bahwa Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim kemarau di Indonesia akan terjadi pada minggu terakhir Agustus 2023 yang dipicu fenomena El Nino. Kepala BMKG menyebtkan fenomena El Nino makin menguat dengan adanya Indian ocean dipole (IOD) yang menuju positif. IOD sendiri adalah perbedaan suhu permukaan laut antara wilayah timur dan barat Samudra Hindia, femomena ini berpotensi menyebabkan wilayah Indonesia menjadi lebih kering.

Dampak kemarau di Kabupaten Bogor seperti ditulis republika (13/8/2023), mengalami krisis air bersih yang mulai berdampak pada kesehatan warga. Salah satu penyakit yang mulai dialami warga terdampak adalah diare. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor mencatat tren penyakit diare mulai meningkat.

Sedangkan di Pengasinan RT 1 RW 13 Dusun Grimulya, Desa Binangun, Kota Banjar, Jawa Barat sebagaimana dilansir tvonenews.com (7/802023) mengalami krisis air bersih sudah puluhan tahun. Air sumur milik warga tidak bisa digunakan untuk minum karena asin, sementara tidak ada pasokan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Anom.

“Sudah lebih 20 tahun kami kesultan air bersih pak, air sumur disini asin dan tidak bisa dipakai untuk minum dan memasak,” ungkap Bahtiar di laman tersebut.

Banyak wilayah yang mengalami kekurangan air bersih untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari. Meski di beberapa daerah sudah ada upaya bantuan air bersih, namun sejatinya upaya tersebut belum maksimal, apalagi mengingat sudah banyak lahan yang mengalami kekeringan parah.

Ada beberapa hal kontradiksi dalam kekeringan air ini yaitu: melimpahnya air kemasan yang dijual di pinggir jalan-jalan, sumber mata air di biarkan dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar, bahkaan tak jarang warga harus menggali sumur puluhan meter untuk mendapatkan mata air.

Padahal menurut UUD 45 pasal 33 ayat 2 bahwa air tidak dapat diprivatisasi. “Bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besrnya kemakmuran rakyat”.

Namun, kenyataan berkata lain beberapa mata air telah dikuasai oleh korporasi yang menghasilkan pundi-pundi rupiah bagi mereka, sedangkan rakyat hanya bisa gigit jari menyaksikanya. Padahal air merupakan kebutuhan dasar manusia dan harta milim umum(publik).

Pengelolaan air bersih gaya kapitalisme juga menimbulkan ketimpangan akses. Pembangunan instalasi air bersih  dilakukan untuk mendukung kepentingan kapitalis edangkan  masyarakat yang sudah puluhan tahun dilanda krisis air bersih tidak mendorong pemerintah untuk serius mengatasinya.

Selain itu penyalahgunaan fungsi lahan juga menjadi penyebab kekeringan di berbagai daerah, alih fungsi lahan menjadi tempat pemukiman warga, pengembangan tempat wisata, dan alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian ini menyumbang terjadinya kekeringan di musim kemarau bahkan banjir saat musim hujan tiba.

Kapitalisme neoliberal sudah begitu jelas menyebabkan barbagai krisis yang makin intens, termasuk krisis air bersih. Bahkan dunia telah diprediksi akan menghadapi krisis yang makin buruk dan kesulitan air bersih pada masa mendatang. Oleh karena itu kapitalisme bukan sebush solusi. Solusi hakiki yang bisa mengatasi persoalan ini adalah solusi yang diturunkan Allah SWT kepada Rosulnya yakni syariat Islam

Penyelesaian air bersih ini hanya akan teratasi dengan konsep Islam yang tampak dalam kebijakan politik dan ekonominya. Secara politik islam menegaskan bahwa negara harus hadir sebagai pengurus dan pelindung rakyat.

Untuk itu pemerintah bertanggung jawab memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya. Pemerintah juga harus menghentikan apapun tindakan yang merusak keseimbangan alam dan lingkungan pengrusakan lingkungan. Di sisi lain pemerintah menerapkan  ekonomi islam secara ketat terkait  pengelolaan SDA. Dalam Islam, air sebagai salah satu SDA milik publi – tidak boleh dikuasai oleh individu.

Sedangkan untuk solusi non teknis adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan mengajak umat meninggalkan segala bentuk kemaksiatan, bertaubat dan kembali kepada Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Memohon pertolongan pada Allah Subhaanahu wa ta’ala melalui doa serta ibadah nafilah dalam salat istisqo.

Saat sungai Nil mengalami kekeringan, Khalifah Umar meminta kepada Allah seraya berkata, “Dari hamba Allah, Umar Amirul Mukminin, untuk Sungai Nil penduduk Mesir. Amma badu jika engkau mengalir karena kehendakmu dan perkaramu, maka janganlah engkau mengalir karena kami tidak membutuhkanmu. Namun jika engkau mengalir karena perintah Allah yang Maha Esa dan Kuasa, Dialah yang telah membuatmu mengalir. Kami memohon kepada Allah agar Dia membuatmu mengalir”.

Atas izin Allah Sungai Nil kembali mengalir bahkan hingga setinggi 16 hasta dalam waktu satu malam. Islam menjadi rahmat bagi semesta alam. Tidak hanya manusia, hewan, tumbuhan dan seisi alam semesta merasakan penjagaan Islam, wallahu a’lam bishshowab.[]

Comment