Peringatan Bank-Bank Israel: Perang Berlanjut, Ekonomi Lumpuh!

Internasional360 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Sumber-sumber berita Israel mengumumkan bahwa kelanjutan konfrontasi militer terbuka rezim Zionis dengan Iran, bersama dengan perluasan operasi militer di Jalur Gaza, akan membawa rezim ini pada keruntuhan ekonomi dan sosial yang berbahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak didirikan.

Menurut laporan Pars Today, Channel 12 TV Israel melaporkan bahwa kelanjutan serangan dan eskalasi ketegangan dengan Iran akan menghadapi tantangan serius bagi ekonomi Israel.

Menurut laporan ini, serangan rezim Zionis terhadap Iran dan dimulainya perang, selain menyebabkan kenaikan harga minyak dan emas di pasar global, juga memperdalam tantangan ekonomi rezim Israel dengan meningkatkan defisit anggaran, tekanan inflasi, dan mengurangi kemampuan rezim untuk mengendalikan pengeluaran.

Menurut survei mingguan para ahli dari Bank Pekerja Zionis (Bank Hapoalim), serangan rezim Zionis terhadap Iran menyebabkan kenaikan harga minyak sebesar 11,7 persen dan harga emas sebesar 3,7 persen pada hari Jumat (13/06/2025).

Sementara itu, konsekuensi negatif perang bagi rezim Israel akan sangat ambigu dan kompleks.

Menurut perkiraan bank ini, eskalasi perang dengan Iran diperkirakan akan sangat memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan peningkatan tajam dalam defisit anggaran. Sementara keputusan kabinet untuk melanjutkan perang dengan Iran, bersama dengan eskalasi operasi militer di Gaza, akan mengakibatkan alokasi anggaran militer yang signifikan dan besar, yang akan secara serius menantang ekonomi rezim ini.

Terkait hal ini, Jonathan Katz, ekonom rezim Zionis memperkirakan bahwa kelanjutan perang akan menyebabkan peningkatan tajam dalam pengeluaran militer dan kelumpuhan ekonomi rezim ini.

Sementara itu, surat kabar Israel Calcalist memperingatkan tentang keruntuhan ekonomi Israel, dengan menekankan bahwa rezim Israel telah menghabiskan semua cadangan keuangannya dan defisit yang dinyatakan adalah empat dan sembilan persepuluh persen.

Sementara itu, konfrontasi militer rezim ini dengan Iran tidak termasuk dalam anggaran mereka.

Adrian Filut, seorang analis ekonomi di Calcalist memperingatkan bahwa kelanjutan perang akan menyebabkan peningkatan defisit fiskal dan perluasan utang publik, yang akan menyebabkan penurunan lebih lanjut peringkat kredit Israel dan pinjaman dari pasar internasional.

Memperhatikan bahwa rezim Israel menghabiskan lebih sedikit dari rata-rata OECD untuk layanan sipil dalam keadaan normal, Filut menulis bahwa jika rezim tersebut dipaksa untuk memangkas pengeluaran lebih lanjut, maka rezim ini akan menghadapi keruntuhan sosial secara bertahap.

Kolumnis ini juga melaporkan bahwa isolasi politik rezim Israel telah meningkat sejak 7 Oktober 2023 (Operasi Badai Al-Aqsa), dan eskalasi lebih lanjut akan memperdalam isolasi ini dan menjadikan rezim Israel sebagai pasar yang tidak menarik bagi investor internasional, terutama karena dunia memandang rezim ini sebagai pemerintah sayap kanan yang tidak memiliki legitimasi internasional dan membuat kawasan rentan terhadap krisis.[]

Comment