Pertamina Rugi Besar Akuisisi Perusahaan Migas Perancis, Dwi Soejipto Harus Dicopot

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA
– Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu mendesak Rini Soemarno
Menteri BUMN supaya memanggil Direksi Pertamina untuk gelar Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), menggantikan Direktur Utama Pertamina, Dwi
Soetjipto. 
“Federasi Serikat Pekerja (FSP)
BUMN Bersatu mendesak Menteri BUMN, Rini Soemarno agar segera memanggil
Direksi Pertamina untuk mengelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan
mengganti Direktur Utama Pertamina itu,” ungkap Tri Sasono selaku
Sekretaris Jendral Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu berdasarkan
keterangan pers singkatnya yang diperoleh pewarta, Senin (5/9).
Disinyalir telah membawa bisnis pertamina terancam merugi akibat aksi
korporasi yang mengakuisisi saham perusahaan minyak dan gas bumi (migas)
asal Prancis, Maurel et Prom (MP) dimiliki oleh Pacifico. 
“Begini
ya, akuisisi 24,5% perusahaan migas perancis MP, berpotensi merugikan
Pertamina, sebab dalam 2 tahun terakhir ini kinerja keuangan MP tidak
bagus. Hal ini tertera melalui banyaknya anak perusahaan dan kantornya
MP tutup serta bergabung kembali atau merger dengan bekas anak
perusahaan yaitu MP international, serta menghentikan semua usaha
melakukan ekplorasinya,” cetus Tri Sasono.
Sedangkan,
usaha penambangan  M&P yang jalan hanya di Gabon dan Tanzania dan
itupun kecil.”Jadi sebaiknya Menteri BUMN memanggil Dirut Pertamina dan
segera menggelar RUPS untuk segera dicopot,” imbuh Sekretaris Jendral
Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu lebih lanjut.
Bila
ditinjau dari sisi hutang MP kepada kreditur, kondisinya juga sudah
banyak yang jatuh tempo. “Artinya Pertamina yang membeli saham MP dengan
harga 4,2 Euro per lembar saham ‘sama saja menggarami air laut’ dan
membawa kerugian besar,” tukasnya lagi.
Hal ini
terjadi semenjak harga minyak jatuh, perusahaan MP sangat terdegradasi
secara pendapatan dan hasil minyak dan gas mengalami penurunan mendadak
dimulai sejak musim panas tahun 2014 hingga terus melemah hingga
sekarang.”Pada tahun 2015 semua sektor minyak MP telah mengurangi
investasi produksi migasnya  dan program eksplorasi dengan komitmen
kontrak yang minim,” ungkapnya.
“Hanya alasan
klise saja kalau ada yang mengatakan hasil penambangan minyak dan Gas
dari MP itu bisa dibuat sebagai program ketahanan energi. Enggak
mungkinlah…wong perusahaan udah mulai mau bangkrut, kok dibeli. Nah
ini juga gambaran kalau Menteri BUMN itu sudah dibohongi oleh Dirut
Pertamina dalam melakukan pembelian MP,” jelasnya mengkritisi.
“Kemudian
bila ditinjau aspek keuangan data EBITDA perusahaan MP mengalami
penurunan hampir 200% dari 352 juta euro pada tahun 2014 menjadi 107
juta euro di tahun 2015  Kemudian hasil penjualan produknya juga ikut
terjun bebas dari 550 juta euro menjadi 276 juta euro, belum lagi nilai
sahamnya yang terus terjun bebas dari kisaran 15 euro per lembar jatuh
dikisaran 4 euro per lembar,” pungkasnya.[Nicholas]

Comment