RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Ditanya tentang orang berpuasa tapi tetap bermaksiat, Inspirator Hijrah drg. Carissa Grani, M.M menjawab bahwa takwa deperti itu menunjukkan ketaqwaan yang masih tergolong formalitas.
“Itu berarti takwanya masih kayak formalitas. Kayak undang-undang saja. Kalau ada perintah dilaksanakan, kalau ada larangan akan tidak dilanggar,” tuturnya dalam Deep Talk with Profesor: Puasa di Mata Batin drg. Carissa, M.M di kanal YouTube Prof. Suteki, Kamis (14/4/2022).
Ia mengungkapkan, jika hanya seperti itu maka tak ada bedanya dengan robot.
“Kalau robot bisa diprogram untuk melakukan ini dan tidak melakukan itu. Kalau takwa seperti itu masih takwa formalitas. Ketakwaannya hanya muncul dari rasa takut kalau ada sanksi atau azab mungkin,” ulasnya.
Atau justru, imbuhnya, karena pamrih ingin mendapatkan pahala berlipat ganda bahkan sampai dihitung.
Lebih lanjut Carissa menjelaskan, takwa sejati itu berangkat dari kesadaran bahwa kita merasakan kehadiran Allah sehingga lebih mengutamakan akhirat daripada perkara-perkara duniawi.
“Yang jadi catatan juga menurut Al-Qur’an, orang yang bertakwa itu bukan orang yang terbebas dari dosa,” ujarnya.
Ia menambahkan, pun bukan orang suci yang tidak bisa bikin dosa sama sekali, benar-benar terlepas dari maksiat. Menurutnya hal itu sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran ayat 133-135.
“Jadi orang bertakwa itu kalau kita lihat, peduli terhadap sesama, punya kepekaan sosial, mampu mengendalikan emosi, punya kecerdasan emosional, kemudian mengingat Tuhannya, punya kecerdasan spiritual juga begitu,” bebernya.
Adapun bedanya orang bertakwa dengan orang berdosa, Carissa menyebut, dosa tidak membuat orang bertakwa putus asa dari rahmat Allah.
“Dan kalau dia jatuh dalam dosa, dia tidak meneruskan dosanya tersebut,” tandasnya. [Puspita Satyawati]
Comment