Rantika Nur Asyifa*: Gadis Sadis Tanpa Belas Kasih

Opini455 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Remaja yang seharusnya menjadi tonggak peradaban dan menjadi generasi cemerlang, kini terlihat sangat jauh dari yang diharapkan. Remaja yang disebut sebagai aset berharga bagi bangsa, tak lagi terlihat seiring banyaknya film yang mempertunjukkan kekerasan sebagai hal yang biasa dan tak adanya perhatian dari orangtua.

Baru-baru ini, seorang remaja perempuan berusia 15 tahun mengaku telah membunuh bocah perempuan berusia 5 tahun di rumahnya di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Pelaku menyerahkan diri setelah membunuh bocah perempuan Tersebut.

Aksi pembunuhan terhadap bocah perempuan 5 tahun di dalam lemari ini pun terbongkar. Pembunuhan ini terjadi di rumah pelaku di Sawah Besar, Jakarta Pusat pada Kamis (5/3/2020) sore hari saat rumah dalam kondisi sepi. (KOMPAS.TV, 7/3/2020)

Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Heru Novianto menyebut pelaku tak menyesali perbuatannya, justru merasakan kepuasan.
“Ini agak sedikit unik, si pelaku dengan sadar diri menyatakan telah membunuh. Kemudian menyatakan saya tidak menyesal tapi saya merasa puas,” kata Kombes Heru kepada wartawan di lokasi kejadian, Sawah Besar, Jakpus, Jumat (6/3/2020).

Saat ini kepolisian telah mengumpulkan barang bukti yang terdiri dari dua bagian. Bagian pertama alat yang dipakai membunuh. Bagian kedua adalah gambar-gambar dan catatan harian pelaku sebanyak 14 lembar serta satu papan tulis yang mayoritas berisikan catatan kesedihan.

Salah satu gambar yang ditunjukkan polisi adalah gambar perempuan yang sedang terikat. Saat pelaku yang berinisial NF ditanya mengenai gambar tersebut, ia menjelaskan bahwa gambar tersebut adalah cerita di mana penyiksa dan tersiksa sama-sama merasa senang.

“Kami coba dalami catatan yang dimiliki pelaku. Ini gambar salah satu tokoh favorit dia, Slender Man, ini tokoh film horor tentang penculikan remaja,” kata Wakapolres Metro Jakarta Pusat, Susatyo. (CNNIndonesia, 7/3/2020)

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus menambahkan, “Berdasarkan pengakuan dia, dia mengaku suka nonton film horor. Salah satunya Chucky.” jelasnya, (CNNIndonesia, 7/3/2020).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaku untuk melakukan tindakan kekerasan tersebut, namun bisa disimpulkan secara garis besar bahwa pelaku tega melakukan hal itu tanpa ada rasa penyesalan, karena film-film horor dan kekerasan yang ia lihat serta ketidak harmonisan hubungan keluarga.

Begitu penting pengawasan orangtua dan keluarga bagi perkembangan anak. Tumbuh dan berkembang nya seorang anak, sangat bergantung pada orangtua. Bagaimana orangtua mendidik, merawat, dan membesarkannya dari sejak buaian.

Nilai-nilai agama dan moral, kini tak lagi diajarkan kepada anak. Anak dibiarkan menonton dan belajar sendiri dengan bebas tanpa diawasi. Inilah dampak sistem liberal yang rusak, mencabut rasa kemanusiaan dan menghasilkan manusia tanpa belas kasihan.

Sistem liberal yang ada saat ini menjadi faktor utama kerusakan suatu bangsa akibat hilangnya moralitas dalam diri remaja dan masyarakat. Sistem ini, tak akan mampu memberi solusi apalagi menanamkan nilai-nilai agama dan moral. Karena konsep utama sistem liberal ini lebih memberi peluang kebebasan.

Lain halnya dengan Islam, yang memandang bahwa remaja adalah bagian dari jamaah. Keimanan dalam diri setiap jamaah begitu diprioritaskan untuk mencerminkan akhlak / perilaku seorang muslim. Keimanan tersebut akan sempurna dan akan banyak kebaikan apabila di atur dengan aturan yang datangnya dari Sang Pencipta.

Dalam kasus pembunuhan yang dilakukan oleh remaja berinisial NF tadi, Islam menanganinya dengan mengatur urusan keluarga dan masyarakat.

Dengan menerapkan sistem Islam, akan terwujud keluarga sakinah di seluruh rumah hingga menghasilkan generasi yang sehat jiwa dan raganya. Wallahu a’lam.[]

*Penulis adalah seorang guru

Comment