Selebrasi Dan Ilusi Kemerdekaan 

Opini419 Views

 

 

Oleh: Heniummufaiz, Ibu Pemerhati Umat

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Hari ini negeri tercinta kita akan merayakan hari kemerdekaan RI yang ke 76. Sebagian bangsa ini ada yang merayakannya sekalipun di masa pandemi dengan cara virtual tentunya. Namun dibalik perayaan atau celebrasi HUT RI ada banyak tanya yang keluar dari masyarakat terutama saat ini di mana penghidupan begitu sulit.

Benarkah kita sudah merdeka? Rasanya menyebut kata merdeka saat ini begitu kaku. Hal ini karena fakta yang kita rasakan sedang terjajah oleh asing dan aseng yang terus mengeruk SDA yang melimpah ruah.

Bahkan di masa pandemi saat ini terjajahnya kita oleh asing sangat kentara. Pandemi yang seharusnya menjadi bahan renungan betapa negeri kita di kungkung dalam jeratan hutang nyatanya justru oleh penguasa dijadikan alibi untuk mengeruk dan menguras rakyatnya sendiri. Kebijakan yang terus dikeluarkan justru menambah derita bagi rakyat tetapi keuntungan bagi para kapitalis.

Ketika PPKM berlangsung rakyat dipaksa diam di rumah sementara TKA China masuk melenggang dengan mudahnya ke negara tercinta kita ini. Mereka bebas menjajah secara ekonomi, sosial politik hingga budaya.

Jadilah negeri ini bahan santapan negara-negara Barat dengan mengeruk segala potensi yang ada melalui berbagai kerjasama yang justru menguntungkan bagi mereka.

Kalau kita tengok ke berbagai wilayah hampir semua perusahaan banyak dikuasai oleh asing dan aseng. Rasanya tak ada tempat bagi kita pribumi, yang ada kita hanya dijadikan buruh, pelayan semata.

Tentu ini menjadi sebuah pertanda bahwa kita dan negara yang kita cinta ini belum sepenuhnya merdeka. Negara kita masih dalam kendali asing dan aseng. Tidak heran jika kemudian kebijakan yang dikeluarkan pun akan menguntungkan bagi para kapitalis.

Pandemi yang melanda negeri tercinta ini akan sulit berakhir jika kita masih tunduk dalam komando asing dan aseng. Kemerdekaan yang kita harapkan pun rasanya sulit terwujud.

Hal ini karena masih dalam cengkeraman para kapitalis yang mengendalikan penguasa di negeri ini. Coba kita lihat utang Indonesia saat ini justru kian membengkak akibat penerapan sistem kapitalisme.

Jumlah utang Indonesia saat ini sedang dikhawatirkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sesuai dengan audit utang dan bunga yang semakin tinggi bisa mempengaruhi kemampuan bayar nantinya.

Nah yang menjadi sumber pinjaman adalah Utang Luar Negeri (ULN). Dari data Bank Indonesia (BI) ULN Indonesia saat ini tercatat US$ 418 miliar atau sekitar Rp 5.935 triliun.

Dikutip dari Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) edisi Juni 2021 ada 21 daftar negara yang memberi utang ke Indonesia. Seperti Singapura, Amerika Serikat (AS) hingga Jepang.(detikFinance, 28/06/
2021).

Bahkan saat ini jumlah penduduk miskin RI Tembus 27,54 Juta Orang Maret 2021 BPS mencatat penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,54 juta orang per Maret 2021 atau 10,14 persen dari total populasi.
(CnnIndonesia.com,15 Jul 2021)

Jika kita melihat fakta tersebut tentu saja merasa miris. Bagaimana tidak negara kita terus dijerat oleh utang dan ujung-ujungnya rakyatnyalah yang akan menanggung beban tersebut.

Lantas pantaskah kita merayakan kemerdekaan jika sebenarnya kemerdekaan yang kita rasakan saat ini hanya ilusi? Mampukah kita untuk menikmati kemerdekaan Indonesia secara hakiki?.

Jika kita mau mengkaji lebih mendalam, apalagi memandang arti kemerdekaan dari sudut pandang Islam maka kita akan menemukan bahwa yang namanya kemerdekaan hakiki adalah bebas dari berbagai penjajahan.

Kemerdekaan hakiki adalah saat manusia bebas dari segala bentuk penjajahan, eksploitasi dan penghambatan kepada manusia. Mewujudkan kemerdekaan hakiki merupakan misi dari Islam.

Islam diturunkan oleh Allah Swt untuk menghilangkan segala bentuk penjajahan, eksploitasi,penindasan, kezaliman dan segala penghambaan terhadap manusia oleh manusia lainnya secara umum.

Yunus bin Bukair ra.menuturkan bahwa Rasulullah saw pernah menulis surat kepada penduduk Najran yang di antara isinya berbunyi:

Amma ba’du. Aku menyeru kalian ke penghambaan kepada Allah dari penghambaan kepada manusia.Aku pun menyeru kalian ke kuasaan wilayah Allah dari kekuasaan hamba (manusia)…(Ibnu Katsir, Al hidayah wa Nihayah,v/553, Maktabah Al Ma’arif Beirut).

Penghambaan kepada manusia ini pun tidak hanya diartikan secara harfiah sebagai perbudakan seperti dulu. Penghambaan kepada manusia pada masa modern terwujud dalam bentuk peraturan yang berasal dari manusia itu sendiri yaitu berupa perundang-undangan.

Inilah bukti dan doktrin dari sistem demokrasi sekularisme yang diterapkan saat ini di negara kita. Kedaulatan rakyat menjadi doktrin jitu demokrasi. Aturan yang berlaku justru aturan yang berasal dari kaum kafir Barat. Inilah yang dimaksud penjajahan modern.

Islam hadir justru mengajak kepada tauhid membebaskan dari sistem demokrasi sekularisme. Karena mengakui, mengamalkan apalagi hingga mendakwahkan aturan demokrasi ini sebagai sebuah bentuk kesyirikan.
Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Bani Israil.

“Mereka menjadikan para pendeta Rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah…(Tqs.at-Taubah 9:31)

Makna ayat tersebut dijelaskan dalam riwayat dari jalur Adi bin Hatim ra. Ia menuturkan bahwa Rasulullah Saw pernah membaca ayat tersebut lalu bersabda:

“Mereka memang tidak menyembah para rahibdan pendeta mereka. Namun, jika para Rahib dan pendeta mereka menghalalkan untuk mereka sesuatu maka mereka pun menghalalkan nya, dan jika para rahib dan pendeta mereka mengharamkan atas mereka sesuatu maka mereka pun mengharamkannya. (HR at Tirmidzi).

Dari sini Islam datang untuk melepaskan segala ikatan kezaliman,penghambaan kepada manusia kecuali penghambaan hanya kepada Allah Swt semata. Ketika manusia hanya menghamba kepada Allah maka sesungguhnya dia akan menuju aturan dari TuhanNya yang akan membukakan pintu kemudahan dan keberkahan hidupnya. Bahkan dengan menerapkan hukum Allah segala bentuk kesempitan hidup manusia akan musnah berganti dengan kebahagiaan.

Oleh karena itu, kemerdekaan hakiki sejatinya menerapkan hukum Allah secara kafah dalam kehidupan sehari-hari. Kemerdekaan hakiki ini adalah menjadikan aturan Allah dalam segala bidang kehidupan manusia.

Jika hal ini dilakukan tentu kebahagiaan akan mudah dirasakan oleh setiap umat manusia di dunia Kemerdekaan yang hakiki inipun bukan ilusi.Wallahu a’lam bishshawab.[]

Comment