Terampasnya Hak Hidup Anak-Anak Palestina

Opini959 Views

 

Penulis: Rizki Utami Handayani, Amd.Keb., S.ST | Pengajar di Cinta Quran Center

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Waktu terus berlalu, kehidupan tetap berjalan seperti biasa. Namun di belahan dunia nun jauh di sana ada saudara-saudara kita yang masih berjuang.

Kekejian yang dilakukan zionis yahudi bisa kita saksian setiap hari melalui layar gadget bahkan secara live streaming.

Sungguh pembantaian ini diketahui oleh semua manusia hari ini. Rakyat sudah beribu bahkan berjuta kali menyeru pemimpinnya agar membantu secara nyata.

Bukan sekadar mengirim bantuan sosial berupa obat, pakaian dan pangan namun menyeru untuk menghukum sang pelaku pembantaian dan mengirimkan tentara dari seluruh negeri kaum muslimin untuk membantu rakyat Palestina dan para mujahidin disana. Namun nyatanya belum ada yang mengirimkan tentara hingga hari ini.

Kebiadaban zionis tiada tara, puluhan ribu anak-anak menjadi korban genosida juga meninggalkan kepedihan berupa anak-anak yang menjadi yatim karena kehilangan orang tua. Tercatat ada 39 ribu anak yatim akibat genosida di Gaza. Tiap hari 100 anak Gaza meninggal.

Semua fakta ini terjadi di tengah narasi soal HAM dan tetek bengek aturan internasional dan perangkat hukum soal perlindungan dan pemenuhan hak anak, nyatanya aturan-aturan tersebut tak mampu menghentikan apalagi mencegah penderitaan anak-anak Palestina.

Semua ini semestinya menyadarkan umat bahwa tidak ada yang bisa mereka harapkan dari lembaga-lembaga internasional dan semua aturan yang dilahirkannya.

Masa depan Gaza/Palestina ada pada tangan mereka sendiri, yakni pada kepemimpinan Islam yang semestinya sungguh-sungguh mereka perjuangkan.

Sangat memilukan, semua ini terjadi di tengah-tengah dunia yang mengaku menjunjung tinggi hak asasi manusia dan memiliki sistem hukum internasional yang digadang-gadang mampu melindungi kelompok rentan, termasuk anak-anak.

Terdapat berbagai perjanjian internasional seperti Konvensi Hak Anak (KHA), deklarasi-deklarasi kemanusiaan, dan berbagai lembaga dunia yang dibentuk untuk menjadi penjaga perdamaian.

Namun apa daya, semua narasi besar itu runtuh di hadapan kenyataan pahit di Gaza. Tidak ada satu pun dari perangkat hukum dan lembaga-lembaga tersebut yang mampu mencegah atau bahkan menghentikan penderitaan yang dialami oleh anak-anak Palestina.

Kondisi ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi umat Islam di seluruh dunia. Sudah saatnya kita melepaskan harapan dari lembaga-lembaga global yang selama ini terbukti tidak berpihak pada keadilan sejati.

Dunia internasional telah menunjukkan standar ganda dan kegagalannya dalam menjunjung prinsip kemanusiaan. Maka kini, pertanyaannya adalah: kepada siapa lagi kita berharap? Jawabannya ada pada diri kita sendiri.

Umat Islam harus sadar bahwa masa depan Palestina, termasuk anak-anak Gaza, sangat bergantung pada kebangkitan kesadaran politik dan peradaban kaum muslimin sendiri.

Sudah saatnya umat kembali kepada Islam secara menyeluruh (kaffah), tidak hanya sebagai agama ibadah pribadi, tetapi sebagai sistem hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan—mulai dari individu, masyarakat, hingga aturan negara.

Penerapan Islam secara kaffah berarti menghadirkan konsep pemerintahan dan kepemimpinan yang benar-benar berlandaskan wahyu, bukan kepentingan kekuasaan semata. Islam mewajibkan pemimpin untuk menjadi pelindung dan pengurus umat, sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:

“Seorang imam (pemimpin) adalah laksana perisai, umat berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam sistem Islam yang menyeluruh, nyawa setiap Muslim sangat berharga. Tidak akan dibiarkan satu pun wilayah Muslim disakiti, apalagi dijajah dan dibantai sebagaimana yang dialami rakyat Gaza hari ini.

Sejarah mencatat bahwa ketika nilai-nilai Islam diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan, umat Islam mampu menjadi kekuatan global yang melindungi tidak hanya warganya sendiri, tetapi juga menghadirkan keadilan bagi dunia.

Anak-anak tumbuh dalam sistem yang menjamin hak-hak dasar mereka—mulai dari pendidikan yang berkualitas, kehidupan yang layak, keamanan yang terjaga, hingga pembinaan ruhiyah yang mengakar. Lihatlah bagaimana Baghdad, Kairo, dan Cordoba menjadi pusat peradaban di masa lalu.

Itu semua terjadi karena Islam diterapkan bukan hanya dalam ranah ibadah ritual, tetapi juga dalam tatanan sosial, ekonomi, hukum, dan politik.

Bandingkan dengan dunia hari ini yang dibangun atas asas sekularisme. Anak-anak tak ubahnya angka statistik dalam laporan konflik. Di satu sisi dunia, mereka dimanja dengan fasilitas dan teknologi, sementara di sisi lain, seperti di Gaza, mereka meregang nyawa karena tak ada yang melindungi.

Dunia yang dipimpin oleh sistem kapitalistik ini telah gagal menghadirkan keadilan sejati, karena kepentingan ekonomi dan kekuasaan selalu lebih dominan daripada kemanusiaan.

Oleh karena itu, sudah saatnya umat Islam bersatu memperjuangkan penerapan Islam secara menyeluruh dalam kehidupan. Ini bukan semata-mata soal Palestina.

Ini soal menyelamatkan generasi. Ini soal menjawab panggilan Allah untuk menegakkan keadilan dan menjadi umat terbaik yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Setiap Muslim, di manapun berada, memiliki tanggung jawab untuk menjadi bagian dari perjuangan ini. Tidak cukup hanya menyumbang atau sekadar bersedih hati.

Kita harus mengedukasi diri, memperkuat pemahaman Islam, berdakwah, dan membangun kesadaran umat bahwa penderitaan ini hanya akan berakhir jika akar persoalan diselesaikan.

Akar persoalan Palestina adalah penjajahan yang dibiarkan terus terjadi karena umat belum memiliki kekuatan politik yang berpijak pada Islam secara kaffah.

Anak-anak Gaza tidak hanya butuh bantuan makanan dan obat-obatan. Mereka butuh kepastian bahwa besok mereka bisa hidup tanpa bom, tumbuh tanpa trauma, dan belajar tanpa rasa takut. Dan hal itu hanya mungkin terwujud dalam sistem kehidupan yang menjadikan Islam sebagai pondasi utama.

Sebuah sistem yang lahir dari rahmat Allah, yang membawa keadilan bagi seluruh alam. Jadi, jangan biarkan kita hanya menjadi penonton tragedi. Jangan biarkan kita berdiam diri sementara generasi kecil Gaza dihancurkan satu demi satu.

Jika kita ingin kelak memiliki hujjah di hadapan Allah, maka jadilah bagian dari perjuangan ini. Perjuangan untuk membela yang lemah, menegakkan keadilan, dan menghidupkan kembali nilai-nilai Islam secara kaffah di tengah-tengah umat.

Karena pada akhirnya, persoalan anak-anak Gaza hanya akan benar-benar selesai ketika Palestina merdeka sepenuhnya dari penjajahan. Kemerdekaan sejati hanya akan terwujud dalam naungan sistem yang benar, yakni penerapan Islam secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan umat.

Dalam Islam, negara berfungsi sebagai rain dan junnah, tidak akan pernah membiarkan kezaliman menimpa rakyatnya.

Negara dalam konsep Islam terbukti selama belasan abad berhasil menjadi benteng pelindung yang aman, dan memberikan support system terbaik bagi tumbuh kembang anak sehingga mereka bisa menjadi generasi cemerlang pembangun peradaban emas dari masa ke masa.

Setiap muslim wajib terlibat dan memperjuangkan kembalinya kepemimpinan yang Islami agar mereka punya hujjah bahwa mereka tidak diam berpangku tangan melihat anak-anak Gaza dan orang tua mereka dibantai oleh zionis dan sekutu-sekutunya.

Persoalan anak-anak Gaza akan selesai ketika persoalan Palestina juga terselesaikan secara tuntas. Solusi tuntas hanya dapat terwujud dengan penerapan Islam secara kaffah.[]

Comment