Penulis: Syamsam, S.S, M.Si | Alumni Kajian Timur Tengah dan Islam, UI
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA Di tengah kecaman dunia internasional, serangan israel justru semakin menjadi jadi. Genosida yang dikhawatirkan masyarakat dunia terhadap rakyat Palestina tampaknya menjadi sebuah kenyataan yang tidak terhindarkan. Dalam serangan terbarunya di Gaza Utara dan Tengah, 25 orang dari kalangan sipil dilaporkan tewas.
Dilansir Anadolu Agency, Sabtu (2/11/2024), serangan israel itu terjadi pada pagi hari waktu setempat. Israel menggempur rumah-rumah di Kamp Nusreirat.
Sumber medis di Rumah Sakit Al-Shifa mengatakan, menerima 10 jenazah warga Palestina. Pihak rumah sakit juga mengaku menerima belasan orang terluka akibat serangan tentara israel di wilayah Kamp Nuseirat.
Pada dua hari yang lalu, sebagaimana ditulis detik.com, israel kembali menggempur wilayah Gaza dan menewaskan warga Palestina. 2 serangan Israel terhadap bangunan tempat tinggal di Gaza utara telah menewaskan 84 warga Palestina, termasuk lebih dari 50 anak-anak.
Hal ini menjadi bukti “pembantaian/genosida” karena kondisinya tidak ada petugas pertahanan sipil, layanan medis atau layanan bantuan lain yang tersedia di daerah pengepungan dan bom yang terus menerus berlanjut diledakkan.
Pemusnahan massal rakyat Palestina telah nyata merupakan kebijakan pemerintah entitas Yahudi yang didukung oleh negara sekutunya AS, Prancis, Inggris, Jerman dan lainnya.
Tahun lalu menteri Warisan Israel Amihay Eliyahu melontarkan opsi nuklir sebagai bagian serangan militer yang berlangsung di Gaza. Tidak hanya itu, salah seorang tokoh Yahudi, Rabbi Eliyahu Mali, meminta murid-muridnya yang bertugas di Pasukan Pendudukan Israel (IDF) untuk membunuh semua orang di Gaza baik anak-anak maupun perempuan.
Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Gebreyesus, menyebut setiap 10 menit satu anak-anak terbunuh di Gaza. Hal ini menjadi duka yang mendalam dan kepedihan yang teramat.
Derita muslim di Gaza maupun seluruh rakyat Palestina menjadi derita seluruh kaum muslimin yang wajib dipedulikan dan pikirkan. Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain. Dia tidak boleh mengkhianati, mendustai dan menelantarkan saudaranya (HR at-Tirmidzi).
Genosida yang terus berlanjut di Palestina, tidak cukup dihentikan hanya dengan retorika, mengutuk bahkan menghimbau dan mengutuk kekejaman zionis israel sebab nyatanya ucapan dan himbauan itu hanya dianggap omong kosong dan dinilai tidak memiliki kekuatan yang patut ditakuti bagi israel
Selain itu, faktor yang memperlemah tubuh kaum muslimin adalah, pertama; tercerai berainya persatuan kaum muslimin akibat sekat nasionalisme yang menjadi penyebab hilangnya sikap peduli dan kemauan menolong saudara seiman.
Kedua; para pemimpin kaum muslimin terbelenggu dan telah memberikan loyalitas dan kepercayaan kepada negara-negara sekutu israel dan lembaga -lembaga internasionalnya sehingga mau tidak mau mereka ikuti aturan dan keputusan yang sebenarnya menjadi jalan untuk mendukung kepentingan kepentingan mereka termasuk yang terjadi di Palestina agar wilayah tersebut diserahkan ke israel seutuhnya.
Walhasil, para pemimpin dunia Islam menjadi penguasa boneka yang tunduk pada arahan politik Barat.
Ketiga; hal terpenting bahwa kaum muslimin di seluruh dunia belum menyadari penting dan urgennya persatuan kaum muslimin dengan satu kepemimpinan islam internasional sebagai institusi yang ditunjuk oleh syariah untuk mengurus ummat. Melalui penerapan hukum -hukum Islam, yang bertugas melindungi kaum Muslim dari berbagai ancaman. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sungguh Imam (Khalifah) adalah perisai; orang-orang berpegang di belakang dia dan berlindung kepada dirinya (HR Muslim).
Persatuan islam internasional telah tercatat dalam sejarah dan menjadi jalan mewujudkan persatuan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia hingga kelak akan membebaskan kembali Palestina sebagaimana pembebasan yang dilakukan Umar bin Khattab dan Salahuddin Al Ayyubi. Wallahu a’lam bisshawab.[]
Comment