Alpin Daya Aboni*: Covid-19, Tidak Semua Dosen Memahami Bagaimana dan Apa itu Kuliah Daring

Opini668 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Hari ini dunia pendidikan tengah menjadi sorotan serta perbincangan hangat di kalangan masyarakat khususnya mahasiswa. Hal ini disebabkan timbulnya momok/monster tak terlihat itu (covid-19).

Proses belajar mengalami kevakuman untuk sementara waktu akibat wabah virus corona yang menjadi pandemi dunia. Beberapa maklumat pun dikeluarkan guna mencegah penyebaran virus ini yang tengah menyerang negara Indonesia selama beberapa waktu terakhir ini khususnya wilayah Aceh.

Beberapa kebijakan pun sudah dikeluarkan oleh pemerintah, salah satunya adalah kebijakan terkait pemberlakuan pembelajaran di rumah baik terhadap siswa maupun mahasiswa.

Hal ini dimaksudkan untuk menjawab keresahan para orang tua terhadap anaknya yang takut akan terinfeksi covid-19 jika melakukan kegiatan yang berhubungan dengan khalayak ramai.

Oleh karena itu, beberapa perguruan tinggi pun memberlakukan sistem kuliah daring (online) termasuk Kampus Biru UIN Ar-Raniry Banda Aceh agar para mahasiswa tetap dalam keadaan baik dan terhindar dari penyebaran virus corona ini.

Seharusnya kuliah daring (online) ini membuat para mahasiswa lebih mudah mengakses materi perkulihan meskipun dalam kondisi tidak steril. Tujuannya agar mahasiswa tetap dapat melakukan kegiatan perkuliahan meskipun tidak bertatap muka langsung dengan dosen pengampu sehingga waktu selama kuliah daring (online) ini dapat dimanfaatkan mahasiswa secara maksimal.

Sayangnya, tidak semua dosen memahami betul bagaimana dan apa yang dimaksudkan dengan kuliah online. Padahal yang dimaksudkan dengan sistem kuliah online sendiri yaitu sistem perkuliahan yang memanfaatkan akses internet sebagai media pembelajaran yang dirancang dan ditampilkan dalam bentuk modul kuliah, rekaman video, audio, atau tulisan oleh pihak akademik/universitas.

Pada kenyataanya saat praktik di lapangan bisa jadi bukanlah seperti yang diuraikan sebagaimana penjelasan di atas, akan tetapi justru sebagai ajang dosen untuk memberikan tugas bagi mahasiswa.

Dengan kata lain bukan kuliah online yang terjadi tapi tugas online dan menjadi momok/monster baru terhadap mahasiswa.

Sebenarnya hal tersebut tidak sepenuhnya salah, tapi coba kita bayangkan apabila setiap dosen menerapkan sistem yang sedemikian rupa, menggantikan materi tatap muka dengan tugas yang cukup banyak dengan waktu yang terbatas tidak menutup kemungkinan mahasiswa akan kewalahan dan proses pembelajaran menjadi tidak maksimal.

Tidak sedikit mahasiswa yang mengeluh dan menyayangkan hal tersebut. Pasalnya banyak kendala yang mereka temui saat enggunakan sistem online.
Salah satu yang menjadi persoalan utama yaitu terkait kendala jaringan yang dialami mahasiswa.

Banyak mahasiswa kesulitan mengakses baik tugas maupun modul yang diberikan. Belum lagi ada sebagian mahasiswa pulang kampung demi memenuhi keresahan dan kehawatiran orang tua dan harus melaksanakan kuliah online dari kampung. Karena pada hakikatnya tidak semua daerah di Aceh memiliki jaringan atau akses internet yang cukup baik.

Harapan saya, seharusnya para dosen agar lebih memperhatikan hal ini sesuai kondisi dan kemampuan mahasiswa sehingga tidak menjadi sebuah keluhan.[]

*Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry

Comment