Penulis: Tika Kartika, A.Md | Pegiat Literasi
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Agresi Zionis Yahudi ke jalur Gaza Palestina, telah berlangsung selama 5 bulan dengan korban yang tidak sedikit. Menurut data yang dihimpun United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), selama 7 Oktober 2023 – 21 Februari 2024, warga Jalur Gaza yang tewas akibat serangan Zionis Yahudi mencapai 29.313 jiwa, dan korban luka 69.333 orang.
Kecaman demi kecaman dari berbagai negara, bahkan dari lembaga Dunia seperti PBB tak membuat Zionis Yahudi bergeming. Serangan membabi buta zionis terhadap masyarakat sipil itu tanpa henti sampai detik ini bahkan semakin kejam dan tidak berprikemanusiaan. Tindakan ini layak disebut sebagai upaya genosida terhadap bangsa Palestina.
Setelah sekian lama konflik di Palestina terjadi, Amerika Serikat untuk pertama kalinya memberikan bantuan kepada rakyat Palestina lewat jalur udara. Momen ini menjadi sorotan, karena bantuan itu datang setelah terjadinya insiden tewasnya 112 orang warga Gaza oleh tentara Zionis, yaitu saat terjadi kerumunan orang yang hendak mengambil bantuan makanan pada hari kamis 29/02/2024.
Momen ini pun disinyalir sebagai salahsatu sarana pemberian bantuan senjata kepada Zionis lewat jalur udara. Mirisnya, alih alih mengakui semua perbuatan bengisnya terhadap warga Gaza, tentara zionis malah membela diri.
Bantuan dari berbagai negara. mulai dari logistik, makanan, obat-obatan, selimut, pakaian dan sejenisnya tentunya penting namun faktanya, bantuan tidak tersalurkan dengan semestinya. Bahkan, warga Gaza harus mempertaruhkan nyawa terlebih dahulu untuk mendapatkan bantuan.
Penderitaan warga Gaza diperparah dengan diamnya para pemimpin kaum muslim, terutama yang bertetangga dengan negara Palestina. Alih alih membantu dengan mengirimkan pasukan tentaranya untuk mengusir Zionis, mereka justru menutup jalan bagi warga Palestina untuk memperoleh bantuan dan perlindungan.
Lalu, para penguasa itu disibukan dengan melontarkan kecaman kosong dan diplomasi PBB yang tiada arti. Kita bisa melihat, tidak ada upaya PBB untuk menyudahi agresi atau minimal misi keselamatan, walhasil keberadaan PBB tidak berpengaruh sama sekali.
Berharap terhadap negara ataupun lembaga dunia bukanlah solusi untuk membebaskan warga Gaza, apalagi berharap menyeret Zionis ke mahkamah internasional atas kejahatan kemanusiaan. Hal ini tidak mungkin, selama kehidupan dunia masih dikendalikan oleh kepentingan Barat dan musuh musuh islam.
Penjajahan yang terjadi di Palestina sejatinya adalah pertarungan antara peradaban Barat yaitu ideologi Kapitalisme dengan peradaban Islam. Mereka menginginkan ideologi Kapitalisme tetap eksis dan berkuasa di dunia.
Mereka takut jika umat Islam bersatu – karena mereka tidak akan bisa menguasai dunia lagi. Mereka sangat memahami sejarah bahwa Islam pernah menguasai dunia selama hampir 14 abad lamanya di bawah satu kepemimpinan.
Jika Islam kembali mengendalikan mercusuar dunia, maka warga Palestina akan terhindar dari penjajahan, penyiksaan, penganiayaan dari Zionis. Bukan hanya Palestina, tapi seluruh bagian dunia akan mendapatkan perlindungan, dan rasa aman, karena Islam rahmat bagi seluruh alam tanpa kecuali.
Saatnya umat Islam bersatu dan menyadari bahwa alternatif solusi untuk tuntaskan masalah Palestina hanyalah dengan mewujudkan pelindung umat Islam seluruh dunia yaitu dengan berdirinya sistem politik Islam dunia. Upaya ini merupakan kewajiban – fardu kifayah bagi seluruh umat. Wallahu a’lam bisshawab.[]
Comment