Ayah Bunda, Jangan Lupa Ajarkan Adab Sebelum Ilmu

Opini486 Views

 

 

Oleh: Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd*

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Memiliki buah hati yang beradab baik pasti sangat membanggakan Ayah dan Bundanya. Tetangga dan sahabatnya pun juga turut bahagia melihat anak yang beradab baik. Tentu ini tak terlepas dari pengajaran dan pendidikan terhadap si anak.

Namun juga tak dapat dipungkiri tak semua anak memiliki adab yang baik. Ini nampak ketika si anak berinteraksi dengan anggota keluarganya, teman sekolahnya, atau orang-orang di sekitarnya. Miris ketika melihat adab yang buruk tengah merajalela di tengah-tengah masyarakat.

Anak membentak si ibu karena tak menghidangkan makanan kesukaannya. Anak menyuruh Ibunya mengambilkan sesuatu yang ia inginkan seolah-olah si Ibu adalah pembantunya. Anak meminta Ayahnya membelikan sesuatu yang ia senangi tanpa tahu rasa hormat. Murid membentak gurunya karena merasa tak paham dengan yang guru ajarkan, dan lain sebagainya. Inilah secuil contoh yang sering terjadi di kalangan masyarakat.

Padahal kedudukan adab di dalam Islam lebih tinggi daripada ilmu. Adab juga menjadi pembahasan penting di kalangan ulama yang mempelajari ilmu. Bahkan untuk mempelajari adab justru lebih lama daripada mempelajari ilmu.

Seorang ulama salaf yaitu Ibnul Mubarok berkata “kami mempelajari masalah adab selama 30 tahun, sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun”. Dengan demikian, maka adab perlu ditanamkan dalam benak kaum muslim untuk dipelajari dan diamalkan sedari dini.

Keluarga adalah komponen pertama dan utama dalam menanamkan adab pada anak. Di dalam keluarga, anak akan mendapat contoh dalam bertingkah laku dan bertutur kata, karena keluarga merupakan lahan belajar sang anak untuk pertama kalinya.

Dari pendidikan keluarga, anak menampakkan sifat, tingkah laku, cara berbicara, serta adabnya ketika berinteraksi di dalam kehidupannya, baik secara pribadi, berkeluarga, bahkan bermasyarakat.

Sang ibu yang mendapat gelar al umm madrasatul ulaa (ibu sang madrasah pertama), berkewajiban memberikan pendidikan dan pengajaran terkait adab. Adab tak melulu mengajarkan rasa hormat kepada yang tua atau rasa sayang kepada yang muda.

Lebih dari pada itu, adab merupakan bagian dari akhlak Islam yang diperintahkan Rasulullah saw. agar setiap muslim menghiasi dirinya dengan akhlak mulia, baik dalam beribadah, bermuamalat dengan orang lain, maupun dalam perilaku yang sifatnya pribadi sekalipun. Tentu ini adalah perintah syara’.

Dikumpulkan dalam sebuah buku yang terkenal dengan judul “Adabul Mufrad”, Imam Bukhori setidaknya membagi permasalahan tentang penyempurnaan akhlak menjadi 55 bagian isi dengan tema yang berbeda. Beberapa diantaranya adalah hubungan kekerabatan, anak angkat, menjaga anak perempuan, tanggung jawab, bertamu dan menginap.

Dalam Siyar A’lamin Nubala’ karya Adz Dzahabi disebutkan bahwa ‘Abdullah bin Wahab berkata “Yang kami nukil dari Imam Malik lebih banyak dalam hal adab dibanding ilmunya”.

Imam Malik pun demikian, pernah berkata bahwa ibunya menyuruhnya duduk bermajelis dengan Robi’ah Ibnu Abi Abdirrahman, seorang faqih fid diin (pandai dalam urusan agama) di Madinah pada masanya. Ibunya berkata “pelajarilah adab darinya sebelum mengambil ilmunya”.

Tentu ini menandakan bahwa seseorang yang memiliki adab yang tinggi akan jauh lebih mulia daripada seseorang yang berilmu tinggi. Namun tidak berarti kaum muslim dilarang untuk mempelajari ilmu. Hanya saja, kaum muslimin jangan sampai melupakan hal yang penting ini, yakni menjadi seorang muslim yang beradab.

Oleh karena itu, menanamkan pengajaran tentang adab kepada anak sudah semestinya dimulai dari Ayah Bundanya selaku keluarga terdekat si anak. Ayah Bunda juga menjadi sosok yang paling bertanggung jawab atas tumbuh kembang si anak. Anak adalah amanah dari Allah, ia berhak diberikan perhatian dan pengajaran yang terbaik.

Berikut beberapa kiat yang bisa dipakai dalam menanamkan adab dalam diri anak;

1. Tanamkan akidah Islam terlebih dulu. Pahamkan anak bahwa setiap tingkah laku yang dilakukan haruslah sesuai dengan perintah Allah. Dengan pendekatan ini, anak akan sadar dan ikhlas dalam beradab dan bertutur kata yang baik.

2. Memahamkan pada anak bahwa adab termasuk akhlakul karimah/perilaku terpuji. Tentu ini adalah hukum syara’ dan balasannya adalah pahala.

3. Ajarkan keteladanan terhadap sikap Rasulullah. Bahwa Rasul pun juga mengajarkan adab, seperti makan dan minum selalu pakai tangan kanan, salam setiap bertemu dengan sesama muslim, tidak memotong pembicaraan orang lain dan masih banyak lagi.

4. Biasakan mengucapkan kalimat thayyibah, kata-kata yang baik, lemah lembut dalam berbicara. Diantara kalimat thayyibah yang mudah diajarkan, seperti bismillah ketika memulai aktivitas, Alhamdulillah ketika selesai beraktivitas, masyaa Allah ketika melihat sesuatu yang menakjubkan, dan innalillahi ketika mendapat berita duka, dan sebagainya.

5. Selektif dalam mencari lingkungan. Jauhkan anak dari teman-temannya yang sekiranya buruk dalam beradab dan kotor dalam bertutur kata. Karena anak mudah sekali meniru apa yang dilakukan orang-orang di sekitarnya.

6. Selektif juga dalam memilih tontonan, hindarkan anak untuk menonton TV sendirian, atau bermain game online tanpa pengawasan Ayah Bundanya. Tontonan mereka akan menjadi tuntunan, oleh karena itu waspadalah wahai Ayah Bunda.

7. Bijak dalam memberi peringatan dan nasihat kepada anak. Tunjukkan adab yang baik di depan mereka. Jangan mudah emosi ketika anak ketahuan melakukan kesalahan. Berikan apresiasi jika mereka melakukan adab yang baik dan benar menurut syara’.

Demikian banyak teladan yang dicontohkan oleh Rasulullah, maka dari itu masalah adab ini adalah masalah serius, karena dari adab seorang anak inilah awal dari pembentukan kepribadiannya dalam berkehidupan.

“Seorang anak jika sudah diabaikan sejak awal perkembangannya, maka pada galibnya ia akan menjadi seorang yang buruk akhlaknya. Pendusta, pendengki, pencuri, pengadu domba, serta bersifat kekanak-kanakan dan tidka bisa serius dan dewasa. Itu semua hanya bisa diatasi dengan penggemblengan yang baik.” (Imam Ghazali). Wallahu a’lam bish showab.[]

*Guru SD Muhammadiyah Unggulan Jembrana

Comment