Eva Arlini, SE*: Predator Seks, Cermin Masyarakat Terpapar Liberalisme

Opini516 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Predator merupakan istilah yang digunakan untuk hewan buas yang memburu, menangkap dan memangsa hewan lainnya. Pada akhirnya manusia pun ada yang layak disebut dengan istilah predator. Sebab rasa kemanusiaannya telah hilang.

Dia ‘memburu, menangkap dan memangsa’ sesamanya. Seperti yang dilakukan oleh oknum guru seni musik di Bojonegoro. Dia ‘memangsa’ kehormatan para gadis. Dia menawarkan para gadis untuk menjadi model melalui media sosial. Tak tanggung-tanggung, ada dua puluh lima orang perempuan yang difoto bugil. Hasil foto dijual ke majalah dewasa. Tiga di antara gadis itu disetubuhi.

Setiap interaksi pasti melibatkan dua sisi. Pria predator seks ini nyata kesalahannya. Namun tak bisa dipungkiri jika peluang itu datang dari para perempuan juga. Para perempuan tersebut mudah tergoda, memilih untuk percaya dan bersedia diiming-imingi menjadi model. Mereka mau diajak ke tempat sepi untuk berfoto tanpa busana. Dari sini kita menyadari bahwa penting bagi perempuan untuk memiliki kemampuan menjaga diri dan kehormatannya. Beberapa rambu dapat diperhatikan.

Pertama, pahamilah bahwa tubuh bukan objek mencari uang. Jamak dipahami bahwa perempuan adalah sebuah keindahan. Tubuhnya memang menarik pandangan. Namun jangan lupa bahwa tubuh itu pemberian Sang Pencipta Allah swt.

Kesadaran bahwa keindahan fisik merupakan ciptaan Allah swt amatlah penting. Dengan kesadaran itu kita menjadi tahu diri, tak sepatutnya kita memperlakukan tubuh kita semaunya. Seharusnya tubuh kita diperlakukan sebagaimana aturan Sang Pencipta. Dia yang menciptakan, maka Dia pula yang paling tahu cara terbaik memperlakukan ciptaanNya. Kenyataannya dimata Allah swt perempuan lebih berharga dari uang.

Tak pantas fisik perempuan dihargai sebatas uang. Sebab kalau harga perempuan hanya sebatas keindahan fisiknya, maka saat fisik itu menua dia tak lagi harus dihargai. Sudikah perempuan diperlakukan demikian? Harga perempuan sama dengan lelaki dimata Allah swt, yaitu takwa.

Kedua, pahami cara Islam menjaga kehormatan perempuan. Manusia akhir zaman amat beruntung telah diberikan oleh Allah swt tuntunan hidup yaitu al Qur’an dan as Sunnah. Dengannya hidup manusia akan terarah, mampu berbuat dengan benar.

Islam memiliki sejumlah aturan dalam menjaga kehormatan baik lelaki maupun perempuan. Diantaranya perintah menundukkan pandangan, menutup aurat dan menjaga kemaluan. Allah swt berfirman:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya….” (QS. An Nur: 31).

Ada pula larangan berhias berlebih-lebihan (tabarruj’), larangan berdua-dua-an (khalwat) dan bercampur baur (khalwat). Pahamilah bahwa aturan-aturan Allah swt tersebut bukan untuk mengekang perempuan, melainkan untuk menghindarkannya dari bahaya kehilangan kehormatan.

Kehidupan Kita Terpapar Liberalisme
Sangat disayangkan bahwa potensi Islam sebagai penjaga kehormatan manusia tak dapat dirasakan. Sebab kehidupan kita hari ini telah terpapar virus liberalisme. Kebebasan berprilaku menjadi sesuatu yang diagungkan. Ketika paham kebebasan merajai benak masyarakat, alhasil standar berbuat yang tertinggi adalah manfaat. Tak heran kasus-kasus sejenis dengan di atas kerap bermunculan.

Para perempuan kehilangan rasa malu. Para lelaki kehilangan rasa hormat dengan perempuan. Mereka bertindak tak lagi berpikir tentang halal dan haram, yang utama adalah bagaimana memenuhi hawa nafsu mereka.
Maka sulit diharapkan umat hari ini dapat berpedoman pada aturan Islam dalam kehidupannya.

Sebab arus liberalisme akan senantiasa mendorong umat ini untuk menjauh dari aturan Allah swt. Terlebih negara menjadi penjamin berjalannya sistem sekuler liberal ini. Sehingga umat senantiasa tersuasanakan dengan kehidupan serba bebas.

Jika pun ada masyarakat yang mampu menjalankan rambu-rambu Islam dalam berekonomi dan berpergaulan, jumlahnya amatlah sedikit. Merekalah yang dekat dengan majelis ilmu. Berkumpul dengan sesama orang salih dan memperjuangkan kembalinya kehidupan Islam.

Kehidupan Islam layak diperjuangkan. Jika hati dan pikiran umat diselami secara mendalam, niscaya akan diketahui bahwa kehidupan Islam-lah yang mereka rindukan. Kehidupan Islam yaitu penerapan syariah di semua sektor dan lini kehidupan.

Ketika Islam dijalankan secara kaffah, secara total dan komprehensif, akan mudah tercipta masyarakat beradab yang saling menghormati. Pria tidak memandang perempuan dari kacamata seksual. Perempuan pun disuasanakan untuk mampu menjaga iffah-nya.

Kehidupan yang indah dalam naungan Islam pernah dijalankan ketika dahulu khilafah Islamiyah tegak selama kurang lebih 13 abad. Saat itu umat lebih perhatian pada aktivitas mencari ridha Allah. Mengkaji Islam, belajar ilmu pengetahuan, bekerja yang halal dan beribadah maksimal.

Tak heran sejarawan barat pun memuji peradaban Islam di masa kejayaan dahulu. Diantaranya, Dr. Musthafa As Siba’i dalam kitab Min Rawa’i Hadhratina memuat perkataan sejumlah tokoh dalam mengomentari tentang peradaban Islam maupun barat.

Jacques C. Reister mengatakan, “Selama lima ratus tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatan ilmu pengetahuan dan peradaban yang tinggi.”

Bila manusia ditanya maukah hidup terhormat dan sejahtera serta selamat di akhirat? Jawabnya pasti mau. Di situlah artinya kehidupan Islam dibutuhkan manusia. Karena hanya dengan Islam dan syariah kaffah yang mampu mewujudkan rahmat bagi semesta alam. Allah swt berfirman: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. al Anbiya: 107).[]

Comment