Oleh : Anggraeni, S.E, Instruktur Sekolah Alam
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Kekerasan yang dilakukan remaja kembali marak terjadi. Mirisnya peristiwa tersebut justru terjadi di bulan Ramadhan di saat kebanyakan orang berlomba-lomba mengerjakan kebaikan.
Kekerasan dilakukan remaja hingga jatuhnya korban jiwa bukanlah hal baru di negeri ini. Seperti yang terjadi di awal bulan April kemarin seorang siswa SMA di Yogyakarta dikatakan menjadi korban klitih hingga meninggal dunia pada Minggu dini hari (3/4/2022).
Hal serupa terjadi terhadap seorang remaja di Bekasi. Tawuran sarung berujung maut di Jalan Raya Tambun Utara, Desa Sriamur, Kecamatan Tambun Utara, yang mengakibatkan satu korban DS (14) meninggal dunia pada Selasa (5/4/2022) dini hari.
Kapolres Metro Bekasi Komisaris Besar Gidion Arif Setyawan seperti dikutip suara.com, Kamis (7/4/2022) memeriksa empat orang saksi dan dua orang ditepakan sebagai tersangka. Satu dewasa dan lainnya remaja berusia 17 tahun.
Masa remaja selain penuh semangat juga memiliki kekuatan fisik yang prima. Namun sayang hal tersebut tidak sejalan dengan perilaku yang positif yang dilakukan. Bahkan stigma “kenakalan remaja” melekat pada diri remaja saat ini.
Masa remaja adalah masa pencarian jati diri, masa untuk mencoba segala hal turut memperparah kondisi saat ini. Dikarenakan masa pencarian jati dan mencoba hal baru justru lebih banyak mengarah kepada hal yang buruk. Apakah hal ini wajar terjadi? Tentu saja tidak.
Sejarah islam membuktikan keberadaan remaja pada masa itu merupakan remaja yang memberikan konstribusi besar kepada masyarakat. Ali bin Abi Thalib, Saád bin abi Waqqash, Musháb bin Umair adalah segelintir nama remaja yang memberikan pengaruh besar dalam sejarah islam.
Kenakalan remaja yang terjadi saat ini bukanlah hal yang bersifat kasuistik semata. Peristiwa yang terjadi berulang-ulang ini menunjukan bahwa hal tersebut merupakan perkara sistemik. Kegagalan pendidikan di ranah keluarga, masyarakat hingga negara menjadi hal yang tak bisa dipungkiri.
Para remaja tidak mendapat pengajaran dan pemahaman tentang visi misi kehidupan yang sesungguhnya untuk beribadah kepada Alloh SWT dengan menjalankan seluruh perintah dan menjauhi segala laranganNya.
Mereka juga tidak mendapatkan pengajaran tentang konsekuensi dan tanggung jawab atas setiap pilihan perbuatan yang mereka lakukan. Baik itu konsekuensi yang bersifat langsung di dunia bahkan konsekuensi di akhirat kelak.
Hal inilah yang memicu kelabilan dalam diri remaja, mencoba berbagai hal negatif dan menunjukan eksistensi diri dengan cara yang salah.
Lemahnya peran keluarga dalam mendidik anak dan memberikan kasih sayang membuat remaja berusaha mencari perhatian dari dunia luar. Sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan saat ini turut mempengaruhi. Kondisi ekonomi yang mencekik menuntut kedua orang tua bekerja sehingga kewajiban pendidikan anak dikesampingkan dan hanya disershkan dalam konteks pendidikan formal semata.
Hal ini diperparah dengan diadopsinya sekulerisme dalam sistem pendidikan dan sosial. Pendidikan gaya sekuler telah mencabut ruh keimanan dalam diri pelajar. Ilmu hanya dinilai dalam batas angka dan tidak dipadukan dengan aspek agama. Kalaupun agama (islam) diajarkan hanya sebatas ranah ibadah ritual semata. Itupun dalam waktu yang sangat minim berkisar 2 jam pelajaran dalam 1 minggu.
Di ranah sosial, sekuler menghembuskan pemikiran hedonis yang menjadikan kesenangan materi sebagai tujuan hidup. Remaja berinteraksi dengan berbagai produk kapitalis yang mengumbar adegan kekerasan. Hal tersebut sangat mudah diakses di era digital saat ini baik dalam bentuk games, video dan lain-lain. Hal ini tentu saja mempengaruhi dan membuat liar perilaku remaja.
Di tengah kondisi remaja yang semakin memprihatinkan ini, diperlukan tidak hanya sanksi atas kejahatan yang dilakukan remaja namun diperlukan tindakan preventif yakni memberikan pemahaman yang mendasar tentang visi misi hidup kepada remaja.
Lebih dari itu sistem sekuler kapitalisme yang terbukti menghancurkan kondisi remaja saat ini harus ditinggalkan. Kemudian menggantikannya dengan sistem islam yang telah terbukti menghasilkan generasi muda yang gemilang. Generasi muda yang tidak meresahkan masyarakat bahkan justru ikut memberikan solusi atas berbagai masalah yang muncul di tengah-tengah masyarakat.[]
Comment