Kemerdekaan Hakiki, Bebas dari Intervensi Penjajah Secara Fisik dan Pemikiran

Opini704 Views

 

Oleh : Hawilawati, S.Pd, Praktisi Pendidikan

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Merdeka, inilah kondisi yang diharapkan semua bangsa. Di Indonesia, bulan Agustus menjadi salah satu bulan istimewa dari bulan lainya, tersebab memiliki historis penting yaitu terbebasnya dari penjajahan fisik kolonial Belanda dan Jepang. Adapun untuk menyambut keistimewaannya, seluruh wilayah Indonesia serentak dianjurkan memasang bendera kebangsaan yaitu bendera merah putih di setiap rumah-rumah, sekolah, universitas, kantor pemerintahan, bahu jalan dan lain-lain.

Tepat di tanggal 17 Agustus, yang telah ditetapkan sebagai hari kemerdekaan RI, dilakukan upacara di setiap sekolah dan instansi pemerintah. Turut dimeriahkan dengan aneka perlombaan, yang diikuti oleh berbagai kalangan, baik laki-laki maupun perempuan, orang tua, muda dan anak-anak, semua bereuforia.

Menurut wikipedia, kemerdekaan merupakan keadaan suatu bangsa atau negara yang pemerintahannya diatur oleh bangsanya sendiri tanpa intervensi pihak asing. Kemerdekaan suatu negara erat kaitannya dengan kedaulatan terhadap wilayah teritorial negara. Jika menelusuri makna mendalam kemerdekaan tersebut, apakah selama 77 tahun negeri ini sudah benar-benar dirasakan merdeka ?

Memang, secara fisik negeri sudah terbebas dari penjajahan, namun bagaimana secara pemikirannya yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat bangsa ini, dan juga akan melahirkan segala kebijakan, apakah benar-benar buah dari pemikiran bangsa ini atau masih ada pengaruh pemikiran asing yang sekuler ?

Melihat kondisi bangsa ini semakin memprihatinkan, misal saja dari sektor ekonomi, sumber kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah secara nyata di eksploitasi besar-besaran oleh pihak asing. Banyak SDA yang diprivatisasi dan diswastanisasi kaum kapital atau korporasi.

Hal ini berdampak besar terhadap rakyat yaitu terhambat menikmati hartanya sendiri untuk kesejahteraannya. Dari kebijakan pengelolaan yang bernunsa Liberal (bebas) justru banyak permasalahan yang dihasilkan : stunting meningkat, harga kebutuhan pokok kerapkali tidak stabil, langkanya bahan bakar, biaya kesehatan yang mahal, banyak pajak yang dibebankan kepada rakyat. Sebab kekayaan tersebut hanya berputar untuk kaum kapital saja.

Lalu banyaknya keberadaan Multi Nasional Corporations (MNCs) yang berasal dari berbagai negara maju Industri, membuat produk -produk MNCs membanjiri pasar lokal Indonesia. Hal ini membuat ketergantungan terhadap produk MNCs sangatlah besar. Dampaknya, mematikan kreatifitas menjadi negeri produsen dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya sendiri, bahkan tak sedikit dari industri lokal terancam gulung tikar.

Dari sektor pendidikan, arah pendidikan negeri ini masih dipengaruhi besar oleh arah pendidikan sekulerisme, yang berazaskan kapitalisme, terbukti dikotomi sekolah umum dan agama masih sangat kuat. sehingga peserta didik berjuang Tholabul ilmi hanya berorientasi kepada materi dunia, tiada lain lulus sekolah atau kuliah tujuannya lebih dititikberatkan mampu bersaing di dunia industri. Sehingga ilmu pendidikan lebih diarahkan pada vokasi.

Sementara, ilmu agama hanya sekedarnya saja, dianggap tidak penting dan hanya menjadi pilihan. ini sama artinya sebuah bangsa membiarkan generasinya memiliki pribadi yang miskin ilmu agama dan membiarkan hidup meraih dunia sebebasnya tanpa didasarkan agama yang mumpuni. Sejatinya, kehidupan serba bebas ini sebagai pintu maksiat terjadi di dalam negeri.

Dari sisi sosial bermasyarakat, bisa kita saksikan sendiri , kehidupan sosial masyarakat ini kian hedonis, konsumtif, bebas bertindak, tertukarnya peran laki-laki dan perempuan. Penyakit masyarakat seperti LGBT dianggap bentuk pengaplikasian Hak Asasi Manusia (HAM), padahal jelas muncul berbagai maksiat dan kemungkaran, berawal dari kehidupan menyimpang tersebut

Jika melihat fakta demikian,
pihak asing sepertinya mudah sekali mengeksploitasi SDA milik Indonesia, mudah sekali mempengaruhi dunia pendidikan , bahkan bebas sekali mempengaruhi gaya hidup bangsa ini, sampai melahirkan berbagai keterpurukan : angka kemiskinan, kebodohan, kebebasan pergaulan, kemaksiatan masih dirasakan sangat tinggi, Ironis.

Sebagaimana kaedah kausalitas, terjadi bukan tanpa sebab, melainkan ada sebab ada akibat. Sebab azas kehidupan yang rusak mengakibatkan keterpurukan diberbagai sektor. Sebab intervensi asing melalui kebijakan dalam negeri yang berorientasi terhadap materi (kapitalistik) akibatnya lahir segala kebijakan beraroma liberal (bebas).

Hal itu merupakan bentuk penjajahan secara pemikiran (Ghozwul Fikr/Tsaqofah). pemikiran yang memisahkan agama dari kehidupan, pemikiran yang lebih berorientasi kepada materi, mendorong manusia berbuat sekehendak hati, menghalalkan segala cara, yang penting meraih kebahagiaan dunia yang sifatnya materi. Penjajahan ini seperti tidak kasat mata, namun lebih berbahaya jika kondisi ini dianggap baik-baik saja.

Menurut Islam merdeka adalah
Ubudiyyah (penghambaan) kepada Allah. Dikatakan kemerdekaan yang hakiki, jika setiap diri terbebas dari menghamba selain dari Allah Swt, terbebas dari budak ideologi yang membahayakan dan menjauhkan diri dari ketaatan kepada Allah, terbebas dari menghamba/tunduk kepada negara asing yang sejatinya telah menjajah bangsa ini dengan segala kesepakatan atau perjanjian internasional demi menguasai potensi negeri Islam, baik secara SDA maupun SDM.

Hanya dengan mengembalikan pandangan hidup umat manusia kepada Islam yang benar, maka kita akan merdeka melaksanakan kewajiban sebagai hamba Allah. Pemimpin bangsa merdeka menjalankan amanahnya sebagai Ra’in (pelayan) dan Junnah (perisai) untuk rakyatnya. Rakyat merdeka mendapatkan segala haknya, seperti hak mendapatkan ekonomi yang halal hingga hidup layak dan sejahterah, hak mendapatkan pendidikan terbaik, hak mendapatkan keamanan hidup, hak bersosialisasi, bergaul dan menjalankan agama sesuai kepercayaan masing-masing tanpa ada intimidasi dan opini buruk terhadap pemeluknya, hak menjaga nasab/keturunannya dengan bersih.

Tak kalah pentingnya Islam akan memerdekakan manusia dari segala bentuk penyimpangan dan kembali kepada fitrah, sehingga dapat menjalankan perannya masing-masing sebagai hamba Allah, baik perannya sebagai perempuan dan laki-laki, sebagai ayah (kepala keluarga) ibu dan anak.

Senjata ampuh untuk menuju kemerdekaan hakiki adalah kita berjuang hidup berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah Saw. yang mengarahkan segala aktivitas manusia hanya menghamba kepada Allah, bukan menjadi budak dunia maupun budak manusia. Segala aspek diatur dalam tuntutan Syariat Islam tidak sekedar untuk menjaga kedaulatan dan potensi bangsa, namun akan membebaskan bangsa dari segala bentuk kemaksiatan dan kemungkaran. Wallahu’alam bishowwab.[]

Comment